Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Tren Roleplay di Medsos Bisa Bikin Anak Kecanduan? Ini Kata Psikiater Bun

Mutiara Putri   |   HaiBunda

Rabu, 21 Jun 2023 15:06 WIB

Boys are using digital tablet and is sitting on a sofa at home in Kuala Lumpur, Malaysia.
Ilustrasi Anak Main Roleplay/Foto: iStock
Jakarta -

Akhir-akhir ini media sosial dihebohkan dengan topik roleplay yang digemari banyak anak. Masalah ini muncul usai sebuah video terkait roleplay muncul di TikTok, Bunda.

Dalam video tersebut, terlihat seorang anak perempuan yang dimarahi oleh sang Ayah karena kedapatan melakukan roleplay Setelah ditelusuri, si anak ternyata melakukan roleplay yang dianggap tidak pantas untuk anak seusianya bersama orang yang tidak dikenal.

Hal ini menimbulkan berbagai perdebatan di kalangan masyarakat, Bunda. Meskipun sebagian dari mereka maklum akan hal ini, banyak pula yang menganggap tren roleplay dapat menimbulkan dampak negatif bagi perkembangan anak.

Tren roleplay ini pun mendapatkan sorotan para netizen termasuk tenaga ahli. Seorang psikiater, dr Lahargo Kembaren, SpKj, pun buka suara.

Pendapat psikiater soal tren roleplay

Menurut Lahargo, salah satu alasan anak melakukan roleplay bersama orang yang tidak dikenal di media sosial adalah demi mendapatkan perlakuan yang tidak ia terima di kehidupan nyata, Bunda. Misalnya saja berupa komunikasi, kehangatan, apresiasi, dan sebagainya.

"Dia sampai mengambil opsi memainkan roleplay di aplikasi (medsos) karena dia sebenarnya tidak mendapatkan apa yang dia butuhkan. Misalnya, anak ini butuh komunikasi, kehangatan, apresiasi, butuh reward atau penghargaan dalam hidupnya. Akhirnya dia mencarinya di tempat lain," terangnya saat dihubungi detikcom, Minggu (18/6/2023).

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa tren ini dapat memunculkan adiksi yang membuat anak tidak bisa berhenti melakukan roleplay. Hal ini karena mereka merasakan kenyamanan dan membuat otaknya mengeluarkan hormon dopamine.

"Ketika dia roleplay, ada kenyamanan, 'ternyata senang ya aku jadi peran ini'. Itu di otaknya akan keluar hormon dopamine yang bikin kenyamanan bagi dia," ungkapnya.

"Dia akan merasa tenang dan nyaman sesaat, tapi ketika sudah menurun dia tidak punya cara lain lagi untuk mendapatkan ketenangan itu selain melakukan hal yang sama, sehingga terjadilah pola perilaku yang berulang-ulang," sambung Lahargo.

Lantas, apa yang harus dilakukan orang tua untuk menghindari hal ini? TERUSKAN MEMBACA KLIK DI SINI.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(mua/som)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda