Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

7 Kebiasaan Toksik Orang Tua ke Anak, Bisa Berdampak Negatif ke Tumbuh Kembang

Kinan   |   HaiBunda

Sabtu, 22 Jul 2023 18:06 WIB

7 Kebiasaan Toksik Orang Tua ke Anak, Sering Berdalih Disiplin
Ilustrasi 7 Kebiasaan Toksik Orang Tua ke Anak, Sering Berdalih Disiplin. Foto: Getty Images/golfcphoto
Jakarta -

Kebiasaan toksik alias toxic parenting diam-diam bisa membawa dampak negatif bagi tumbuh kembang anak. Meski berdalih disiplin, apakah Bunda termasuk tanpa sadar suka menerapkan hal ini di rumah?

Dikutip dari Parenting for Brain, kebiasaan toksik dari orang tua ke anak dapat menciptakan lingkungan rumah yang negatif. Tanpa disadari, orang tua menggunakan ketakutan, rasa bersalah, dan sindiran sebagai alat untuk mendapatkan kepatuhan dari anak. 

Padahal yang sebenarnya terjadi justru orang tua lalai, tidak hadir secara emosional, dan bahkan kasar. Dalam jangka panjang, anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan rumah demikian rentan mengalami stres dan masalah psikis lainnya.

Banner Perawatan Bayi

Sayangnya, tak sedikit orang tua dengan kebiasaan toksik yang tidak merasa dan tidak mengakui kesalahan tersebut. Mereka kerap menganggap hal tersebut demi kedisiplinan dan kepentingan anak.

Dalam bidang psikologi, istilah yang paling sering digunakan untuk menggambarkan orang tua yang kebiasaan toksik ini adalah narcissistic parents.

Kebiasaan-kebiasaan toksik orang tua ke anak

Dilansir dari berbagai sumber, orang tua dengan pola asuh toxic parenting biasanya akan sering menunjukkan kebiasaan-kebiasaan sebagai berikut:

1. Mementingkan diri sendiri

Kebiasaan toksik orang tua yang paling sering dilakukan yakni hanya mementingkan diri sendiri, alias menempatkan kebutuhan mereka sendiri di atas kebutuhan anak-anak.

Orang tua yang demikian cenderung tidak secara untuk memenuhi kebutuhan emosional anak dan tidak memiliki empati terhadap orang lain.

2. Keras kepala

Kebiasaan berikutnya yakni bersikeras bahwa pendapat dan nilai yang diterapkan satu-satunya yang benar. Dengan demikian, segala pendapat dari orang lain akan dianggapnya salah. Biasanya, orang tua dengan prinsip seperti ini akan memaksa anak untuk menerapkan pendapat dan nilai yang sama.

Anak jadi tidak bisa mengungkapkan pendapat dan sulit mengutarakan keinginannya jika berbeda dengan orang tua.

3. Mudah tersinggung

13 Dampak Psikologis Anak yang Jauh dari Orang TuaIlustrasi/Foto: Getty Images/iStockphoto/Prostock-Studio

Orang tua toksik juga cenderung sangat sensitif terhadap kritik. Setiap kali pendapat, nilai, atau tindakannya ditentang, ketidakmampuan mereka untuk mengendalikan emosi rentan menyebabkan ledakan kemarahan dan perilaku reaktif yang tidak dapat diprediksi.

4. Ketidakstabilan emosional

Salah satu kebiasaan toksik orang tua berikutnya yaitu memiliki temperamen yang meledak-ledak. Dengan sedikit provokasi atau sekadar perdebatan, mereka menjadi dramatis, agresif, senang menyindir atau bahkan melakukan hukuman fisik. 

5. Manipulatif

Kebiasaan berikutnya yakni bersikap manipulatif. Dengan dalih disiplin atau kebaikan anak, mereka biasanya akan menggunakan rasa bersalah atau silent treatment untuk 'mengendalikan' anak-anak. 

6. Kasar

Pelecehan verbal dan emosional adalah hal biasa dalam penerapan pola asuh toksik. Orang tua mungkin anak gemar berteriak dan marah-marah sebagai alat komunikasi utama dengan anak-anak, tanpa memikirkan perasaannya.

Segala bentuk ketegasan, perbedaan pendapat atau pemberontakan dipandang oleh orang tua toksik sebagai serangan pribadi.

7. Terlalu mengendalikan

11 Cara Cerdas Menghadari Anak Tantrum, Jangan Panik & Kenali PenyebabnyaIlustrasi/Foto: Getty Images/Hispanolistic

Gaya pengasuhan toxic parents sering kali bersifat otoriter. Mereka cenderung menggunakan rasa takut anak untuk memastikan kepatuhan. Selain itu, orang tua juga tidak mau bertanggung jawab atas tindakan mereka dan senang menyangkal.

Kebiasaan orang tua toksik berikutnya dikutip dari Web MD yakni tidak mau mengakui prestasi anak dan cenderung sangat kritis. Apa pun yang diraih anak jika tidak sesuai dengan ekspektasi maka tidak akan diakui atau dihargai. 

Perlu dipahami bahwa anak-anak dari keluarga dengan kebiasaan toksik rentan tumbuh sebagai orang dewasa yang kurang memiliki harga diri dan sulit percaya dengan orang lain. Anak-anak ini juga terkait kuat dengan masalah perilaku, terutama saat remaja.

Karena mereka tidak membentuk bonding dan tak ada rasa percaya yang aman dengan orang tua, anak-anak ini berisiko mengalami kesulitan mempertahankan hubungan yang sehat dengan orang lain saat tumbuh dewasa.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(fir/fir)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda