
parenting
Skibidi Toilet Tontonan di YouTube yang Populer di Kalangan Anak, Apakah Berbahaya?
HaiBunda
Sabtu, 12 Aug 2023 18:30 WIB

Dengan perkembangan teknologi, ada berbagai macam tayangan yang bisa disaksikan anak di platform YouTube. Sayangnya, ada pula tontonan yang tidak sesuai dengan usianya, seperti Skibidi Toilet.
Skibidi Toilet merupakan serial animasi yang ditayangkan di YouTube yang tengah viral di kalangan anak-anak. Serial yang ditayangkan pertama kali di Februari 2023 ini bercerita tentang pasukan toilet yang menguasai dunia.
Anehnya, pasukan toilet ini menampilkan kepala manusia di dalamnya. Kepala ini juga memiliki visual yang menyeramkan dan terkadang diberikan efek darah.
Kata psikolog soal tontonan Skibidi Toilet
Menurut psikolog anak, remaja, dan keluarga, Sani Budianti, S.Psi, Psi, tayangan yang menyeramkan seperti Skibidi Toilet ini memang bisa menimbulkan berbagai dampak pada anak. Meski begitu, semua tetap bergantung pada sifat anak.
"Tentunya tayangan yang seram atau yang menyeramkan dapat menimbulkan dampak. Tapi itu semua memang tergantung anaknya," kata Psikolog Sani pada HaiBunda, Kamis (11/8/2023).
"Kalau anaknya agak ringkih, memang suka over thinking, memang akhirnya jadi kepikiran. Tapi memang ada juga anak-anak yang berani yang kalau nonton tuh biasa saja. Jadi memang tergantung kekuatan si anaknya, tergantung juga mungkin faktor lingkungan juga," sambungnya.
Kenapa anak jadi kecanduan?
Berbeda dengan orang dewasa yang menganggap Skibidi Toilet adalah serial yang menyeramkan, anak-anak justru menganggap serial ini sangat menyenangkan dan lucu. Bahkan tak sedikit dari mereka yang kecanduan menontonnya.
Psikolog Sani menjelaskan persepsi anak tentang tayangan seram bisa saja berbeda. Bisa jadi mereka tidak melihat visual yang menyeramkan ini.
"Jadi persepsi anak dalam melihat film yang seram itu berbeda. Ada mungkin yang lucu, jadi dia enggak melihat yang berdarah-darahnya. Tapi dia lucu karena melihat kepala yang muncul di WC misalnya. Jadi memang membuat anak bisa tertawa," ujarnya.
Visual, jalan cerita, dan atraksi yang menarik ini lantas dapat membuat anak ingin terus menontonnya dan menyebabkan kecanduan. Terlebih jika anak menyaksikannya bersama dengan teman-temannya.
"Dan kecanduan itu mungkin karena atraksinya itu menarik jadi anak juga ingin terus menonton lagi dan lagi dengan mungkin kejadian yang beda-beda. Dan biasanya kalau menonton bareng kan nambah seru. Kalau nonton sendiri mungkin kurang (seru) jadi kebersamaan itu yang membuat anak ingin menonton lagi," ungkap Sani.
"Bagaimana penghayatan anak juga bisa memberikan arti ketika anak menonton. Bisa juga sih anak nonton tapi ditakut-takutin akhirnya jadi takut. Tapi ketika menonton bersama, jadi ketawa-ketawa, jadi seru-seruan, dan bisa jadi menjadi lucu bagi anak jadi memang tergantung situasi saat itu, faktor lingkungan, dan penghayatan anak itu sendiri," lanjutnya.
Lantas, apa yang harus Bunda lakukan agar anak tidak kecanduan? Simak selengkapnya pada laman berikutnya, ya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
UNGKAPKAN DAMPAK NEGATIFNYA
Ilustrasi Anak Menonton Skibidi Toilet/Foto: iStock
Hal yang perlu Bunda lakukan
Psikolog Sani menjelaskan anak harus menyaksikan tayangan yang sesuai dengan usianya. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah dengan menginformasikan dampak jika anak menonton tayangan yang tidak sesuai dengan usianya.
"Tetap ya tontonan itu harus sesuai dengan usia anak walaupun anak-anak kadang-kadang bisa nyuri-nyuri (tontonan), orang tua enggak tahu. Cuman, menurut aku orang tua lebih baik menginformasikan di awal kenapa tontonan itu ada usianya," papar Sani.
Batas usia dalam sebuah tayangan sendiri berarti kapasitas dan usia yang cocok dengan tontonan tersebut, Bunda. Jadi, anak juga perlu diterangkan apa saja efek negatif jika mereka menonton film yang tidak sesuai dengan usianya.
"Jadi anak juga diterangkan mengapa dia kalau menonton bukan diusianya bisa menimbulkan efek negatif. Jadi, orang tua boleh sih menginformasikan itu. Walaupun terkadang pengaruh lingkungan itu jauh lebih tinggi dibanding pendekatan orang tua kepada anak," imbuh Sani.
Cara menjelaskan kepada anak
Untuk menjelaskan hal ini kepada anak, Bunda bisa utarakan dengan kalimat yang santai. Tak hanya itu, Bunda dan Ayah juga boleh bercerita tentang pengalaman dan berita-berita yang ada.
"Orang tua harus (berbicara) dengan santai sambil bercerita. Bisa juga cerita dari pengalaman atau dari berita-berita yang ada. Jadi anak bisa lebih yakin dengan penjelasan orang tua bahwa yang diomongin itu benar-benar terjadi dan anak juga bisa berpikir ulang kalau misalnya dia mau coba-coba atau curi-curi," ucap Sani.
"Tapi yang terpenting menurut aku cara menerangkannya adalah sesuai dengan bahasa anak, santai, cukup waktu, dan memakai data yang autentik, gitu," tambahnya.
Simak juga video jenis teriakan pada anak dan cara mengatasinya:
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Parenting
YouTube Shorts Bisa Bikin Perilaku Anak Jadi Aneh, Ini Kata Dokter soal Penggunaan Gadget

Parenting
CEO TikTok Larang Anak-Anaknya Pakai Aplikasi TikTok, Ini Alasannya

Parenting
5 Channel YouTube yang Mengedukasi, Cocok Ditonton Anak Sekolah Bun

Parenting
Pesan Psikolog Jika Mau Buat Konten tentang Anak, Jangan Cuma Ingin Eksis Bun

Parenting
Cara Blokir Konten Porno di YouTube untuk Keamanan Anak


7 Foto
Parenting
7 Potret Menggemaskan Tiga Anak Natasha Rizky dan Desta
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda