PARENTING
38 Pakaian Adat dari Semua Provinsi di Indonesia, Lengkap dari Aceh hingga Papua
Nazla Syafira Muharram | HaiBunda
Senin, 06 Jan 2025 10:55 WIBPakaian adat menjadi sebuah simbol penting dari warisan budaya yang dimiliki oleh beragam suku dan daerah di Indonesia. Bunda dapat mengajarkan tentang keberagaman pakaian adat ini ke anak yang sedang belajar mengenal kebudayaan Indonesia.
Nah, dengan menelusuri kembali setiap pakaian adat dan asalnya, Si Kecil akan menemukan ragam cerita menarik dibaliknya terkait dengan evolusi pakaian adat yang kaya akan simbolisme budaya.
Dalam setiap jahitan dan pola setiap pakaian adat, terkandung nilai-nilai luhur yang telah diwariskan secara turun-menurun. Pakaian adat juga seringkali dilibatkan dalam ritual-ritual suku bangsa, mengingatkan masyarakat tentang budaya yang beragam.
Selain memiliki nilai budaya yang kuat, pakaian adat juga menjadi suatu daya tarik utama dalam acara kebudayaan atau festival. karena desainnya yang mengagumkan. Misalnya, pakaian adat Bali yang penuh makna keagungan, hingga pakaian adat Jawa yang memikat karena keelokannya.
Oleh sebab itu, sebagai masyarakat Indonesia, penting bagi kita untuk melestarikan warisan budaya yang satu ini. Pemahaman secara mendalam terhadap makna dibalik setiap pakaian adat akan memupuk rasa bangga kepada identitas budaya Indonesia.
Apa itu pakaian adat?
Baju adat adalah busana tradisional yang dipakai pada acara-acara tertentu. Dalam jurnal Pengaruh Pemanfaatan Museum Sebagai Sumber Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pakaian Adat Tradisional Bengkulu di SD Negeri 5 Kota Bengkulu oleh Eka Purnama Sari dkk, Yunarto berpendapat bahwa pakaian adat adalah simbol kebudayaan suatu daerah.
Baju adat Indonesia memiliki kekhasan di setiap daerahnya. Misalnya baju adat Jawa, identik dengan beberapa jenis baju adat seperti surjan atau beskap. Sementara itu, salah satu contoh baju adat Sunda yaitu pangsi.
Pakaian adat Bali pun memiliki ciri khas pakaian adat sendiri. Mengutip laman detikcom, baju adat Bali umumnya terdiri atas tiga macam, salah satunya Payas Madya. Selain itu, berbagai daerah lain di Indonesia tentunya mempunyai baju adat yang memiliki filosofi dan makna tersendiri.
Meskipun jenis dan nama-nama pakaian adat di Nusantara tidak sama antara satu daerah dengan daerah yang lain, hal ini tetap mencerminkan keragaman bangsa Indonesia. Sesuai semboyan negara kita, berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Beragam fungsi pakaian adat
Lebih dari sekadar pelindung tubuh, baju adat memiliki fungsi yang lebih luas. Berikut ini beberapa fungsi dari pakaian adat.
1. Simbol budaya tiap daerah
Pakaian adat dapat menjadi representasi dari suatu wilayah. Tiap daerah di Indonesia memiliki keunikan tersendiri yang bisa dituangkan dalam baju adat. Selain itu, dalam baju daerah tersirat makna dan kegunaan yang disesuaikan dengan masing-masing daerah.
2. Menjadi karakter tiap daerah
Adanya karakter yang tersirat dalam berbagai jenis pakaian adat di Indonesia menjadi pembeda setiap daerah. Dikutip dari laman detikcom, karakteristik berkaitan dengan warisan budaya yang dimiliki suku tertentu.
3. Menambah kekayaan budaya Nusantara
Keragaman budaya berupa pakaian adat dari berbagai penjuru Nusantara turut memperkaya budaya. Dari 38 provinsi yang ada di Indonesia, semuanya memiliki baju adat daerah masing-masing.
Keragaman budaya memiliki manfaat seperti sarana mewujudkan toleransi antar daerah, menambah wawasan budaya bagi generasi muda bangsa, serta dapat menarik minat wisata bagi para pelancong asing.
4. Menarik minat wisatawan asing
Seperti yang telah disebutkan pada poin sebelumnya, adanya keragaman budaya, dalam hal ini pakaian adat Indonesia, dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan asing. Tidak sedikit wisatawan asing yang tertarik mencoba mengenakan baju adat Indonesia, misalnya pakaian adat Bali ketika berlibur di Pulau Dewata.
Jenis keragaman budaya di Indonesia selain baju adat
Tidak hanya melalui pakaian adat Indonesia, keragaman budaya Tanah Air dapat diketahui melalui jenis-jenis lainnya. Ini dia jenis keragaman budaya Indonesia selain baju adat.
1. Alat musik tradisional
Ketika Bunda menyaksikan tari daerah atau mendengarkan lagu daerah, Bunda mungkin akan mendengar alunan alat musik tradisional sebagai pengiringnya. Alat musik tradisional umumnya diwariskan secara turun temurun dan tiap daerah memiliki alat musik tradisional yang berbeda-beda.
Beberapa contoh alat musik tradisional yang ada di Indonesia yaitu alat musik saluang dan talempong dari Sumatera Barat, alat musik serunai dari Nusa Tenggara Barat, dan alat musik tuma dari Kalimantan Barat.
2. Tari daerah
Keragaman budaya selanjutnya adalah tari daerah. Jenis kesenian yang satu ini memiliki filosofi dan ciri khas di tiap daerah.
Tari daerah memiliki fungsi untuk upacara adat, sebagai hiburan, serta sarana pertunjukan. Beberapa jenis tarian yang ada di Indonesia yaitu tari Patuddu dari Sulawesi Barat, tari Saronde dari Gorontalo, dan tari Beripat dari Bangka Belitung.
3. Rumah adat
Lebih dari sekadar tempat bernaung, rumah adat memiliki karakteristik yang berbeda di setiap daerah. Dilansir laman detikcom, pembuatan rumah adat biasanya disesuaikan dengan letak geografis di daerah tersebut. Beberapa jenis rumah adat yang tersebar di seluruh Nusantara adalah rumah nowou sesat dari Lampung, rumah musalaki dari Nusa Tenggara Timur, dan rumah adat sasadu dari Maluku Utara.
4. Sistem kekerabatan
Sistem kekerabatan adalah kelompok sosial berdasarkan hubungan darah yang dapat ditarik dari garis keturunan ayah, ibu, kakek, nenek, paman, atau bibi. Berikut beberapa jenis sistem kekerabatan di Indonesia:
- Sistem kekerabatan bilateral: garis keturunan yang berasal dari ayah dan ibu. Mayoritas suku di Indonesia menggunakan sistem kekerabatan ini, salah satunya suku Jawa.
- Sistem kekerabatan patrilineal: garis keturunan diambil dari pihak ayah. Beberapa suku yang menggunakan sistem ini yakni suku Gayo, suku Rejang, dan suku Batak.
- Sistem kekerabatan matrilineal: garis keturunan diambil dari pihak ibu. Beberapa suku yang menerapkan sistem kekerabatan ini yaitu suku Enggano, suku Kerinci, suku Minangkabau, dan suku Lawangan.
Faktor yang memengaruhi keragaman budaya
Berikut faktor yang memengaruhi keragaman budaya:
1. Batas geografis
Jika menilik asal-usul penduduk Nusantara, terdapat sejarah perpindahan para leluhur dari Yunan ke Nusantara yang menyebar di berbagai pulau. Adanya batas berupa laut mempengaruhi terbentuknya suku di berbagai pulau yang terpisah.
Hal ini menyebabkan suku-suku yang ada di Indonesia mengembangkan budaya sesuai dengan lingkungan tempat mereka tinggal.
2. Letak geografis
Letak Indonesia yang berada di antara benua Asia dan Australia, serta Samudra Hindia dan Pasifik menyebabkan bertemunya berbagai budaya. Ada ragam budaya Indonesia yang dipengaruhi oleh akulturasi budaya Eropa, Islam, Tionghoa, Hindu-Budha, serta budaya lokal. Tak heran jika Indonesia memiliki keragaman budaya yang melimpah.
3. Iklim
Adanya perbedaan iklim di berbagai wilayah Indonesia tidak hanya mempengaruhi perbedaan suhu, tetapi juga mempengaruhi perilaku budaya di masing-masing wilayah.
Perilaku budaya ini meliputi pembuatan pakaian adat, upacara adat, makanan tradisional, rumah adat, dan sistem pertanian. Karena, perilaku budaya ini merupakan salah satu bentuk adaptasi dari kondisi iklim di tiap-tiap daerah.
38 pakaian adat dari seluruh provinsi di Indonesia
Berikut telah HaiBunda rangkum dari berbagai sumber, 38 pakaian adat dari seluruh provinsi di Indonesia:
1. Pakaian adat Aceh: Ulee Balang
Pakaian adat Ulee Balang yang berasal dari Aceh mengandung pengaruh yang kental dari budaya Islam dan Melayu sehingga menjadikan tampilannya serba tertutup. Pakaian adat untuk laki-laki disebut dengan Linto Baroyang. Pakaian ini terdiri dari penutup kepala (mahkota), baju yang tertutup pada bagian kerah dan disulam (meukasah), dan celana cekak musang (sileuweu).
Sedangkan, untuk perempuan disebut dengan Daro Baro. Pakaian ini berupa baju kurung dengan tampilan campuran budaya Melayu, Cina, dan Arab.
2. Pakaian adat dari provinsi Sumatra Utara: Ulos
Pakaian adat dari Provinsi Sumatra Utara yang terkenal adalah pakaian adat Batak Toba, yang terbuat dari kain ulos. Kain ulos sangat terkenal dan kerap digunakan untuk acara adat.
"Ulos dikenakan sebagai selendang atau sarung dan digunakan pada upacara adat Batak. Biasanya, ulos dihiasi benang emas atau perak," ujar Dian Kristiani dan Agnes Bemoe dalam buku Ensiklopedia Negeriku: Pakaian Adat.
Adapun pakaian laki-laki bagian atas disebut dengan ampe-ampe, dan bagian bawahnya disebut singkot. Sedangkan, untuk pakaian adat bagian atas perempuan disebut hoba-hoba dan bawahanya disebut haen.
3. Sumatra Barat: Bundo Kanduang
Pakaian adat dari Sumatra Barat, yaitu Bundo Kanduang atau disebut juga dengan Limpapeh Rumah Nan Gadang, merupakan pakaian adat yang digunakan oleh perempuan dari Sumatera Barat. Limpapeh memiliki arti tiang tengah dari bangunan rumah adat Sumatra Barat, Bunda.
Adapun pakaian adat Bundo Kanduang ini terdiri dari penutup kepala (tingkolok), baju kurung, kain selempang, kain sarung, dan dilengkapi dengan perhiasan berupa kalung dan anting. Penutup kepala yang berbentuk runcing dan bercabang yang dipakai menjadi ciri khas dari pakaian adat ini, lho Bunda.
Sementara itu, pakaian laki-laki dari Sumatera Barat, khususnya masyarakat Minangkabau, disebut juga pakaian panghulu. Pakaian adat ini dianggap memegang peranan penting bagi kaumnya.
4. Riau: Teluk Belanga dan Kebaya Laboh
Pakaian adat Teluk Belanga dan Kebaya Laboh adalah pakaian adat yang berasal dari Provinsi Riau. Pakaian adat ini cenderung tertutup dan panjang.
Pakaian adat Kebaya Laboh sendiri diperuntukkan bagi perempuan, yang berupa baju kurung kemudian dilengkapi hiasan kepala andam, kalung emas, gelang burung merak, dan masih banyak yang lainnya. Sedangkan, pakaian adat Teluk Belanga digunakan oleh laki-laki, yaitu berupa cekak musang dengan motif bunga cengkeh dan tampuk manggis yang diberi benang emas. Pakaian ini juga disertai dengan berbagai aksesoris seperti, mahkota.
5. Pakaian adat dari Kepulauan Riau: Teluk Belanga dan Kebaya Laboh
Pakaian adat Kebaya Laboh dari Kepulauan Riau berupa kebaya panjang yang mencapai tiga jari di bawah lutut. Sama halnya dengan penggunaan baju kurung, pakaian adat ini juga dikenakan dengan selendang atau kain tudung, Bunda.
Untuk pelengkapnya, ada sarung batik, kain pelekat, dan kain lejo yang menyesuaikan dengan warna dari baju Kebaya Laboh. Sedangkan, pakaian adat Teluk Belanga memiliki tampilan berupa baju berkerah dan berkancing. Biasanya, pakaian ini dilengkapi dengan kain di samping berupa kain pelekat atau kain songket.
6. Pakaian adat provinsi Bengkulu: Rejang Lebong
Pakaian adat Rejang Lebong yang berasal dari Provinsi Bengkulu ini memiliki ciri yang unik. Pakaian adat ini diperuntukkan untuk laki-laki dan perempuan.
Untuk pakaian perempuan sendiri memakai baju betabur, kain sulam benang emas, memakai tepung dan kembang, dan sandal warna hitam. Sedangkan, untuk laki-laki berupa kemeja putih dan jas, sebuah saku berantai emas, selendang bersulam emas, dan cek uleue atau destar adat yang terbuat dari kain songket.
7. Pakaian adat Jambi: Baju Kurung Tanggung
Pakaian adat Jambi disebut Baju Kurung Tanggung atau pakaian adat Melayu Jambi. Baju Kurung Tanggung menjadi pakaian adat dari Jambi yang biasa dipakai pada acara pernikahan. Baju Kurung Tanggung ini diperuntukkan bagi laki-laki, Bunda.
Adapun alasan dinamakan Baju Kurung Tanggung, karena baju ini memiliki panjang lengan yang tanggung, lebih dari siku tetapi tidak juga sampai pergelangan tangan. Pakaian adat ini dikenakan dengan penutup kepala (lacak) yang terbuat dari kain beludru merah, Bunda.
8. Lampung: Tulang Bawang
Pakaian adat Tulang Bawang merupakan pakaian adat dari Lampung yang biasanya dikenakan pada acara pernikahan. Bagi laki-laki, pakaian yang dikenakan ialah baju putih berlengan panjang dan celana dengan warna senada. Selain itu juga dilengkapi dengan lilitan sarung pada pinggang hingga lutut dengan dominasi warna merah dan emas.
Sedangkan, untuk perempuan yaitu berupa kebaya berwarna putih dan bagian bawahnya menggunakan sarung dengan model rok panjang, dan corak yang sama dengan yang dipakai oleh laki-laki. Baju adat perempuan umumnya disandingkan dengan perhiasan, seperti siger atau mahkota emas khas Lampung.
9. Pakaian adat dari Sumatra Selatan: Aesan Gede
Aesan Gede adalah pakaian adat dari Sumatra Selatan yang identik dengan warna merah jambu berpadu dengan warna keemasan. Pakaian adat ni melambangkan sebuah bentuk kesabaran, Bunda.
Biasanya, Aesan Gede dilengkapi dengan berbagai ornamen seperti, kain songket, celana sutra, jubah, rompi, penutup kepala (tebeng malu), ikat pinggang (pending), selendang pelangi, mahkota berbentuk topi (ketu), dan masih banyak lagi yang lainnya, Bunda.
10. Pakaian adat dari Bangka Belitung: Paksian
Pakaian adat Paksian yang berasal dari Bangka Belitung ini adalah pakaian adat yang seringkali dipakai pada acara pernikahan. Pakaian adat ini merupakan pencampuran dari budaya Arab, Cina, dan Melayu.
Adapun untuk perempuan, yaitu berupa baju seting atau baju kurung berwarna merah yang terbuat dari kain beludru, dan bagian bawahnya memakai kain cual. Sedangkan, untuk laki-laki mengenakan jubah panjang sebatas lutut berwarna merah tua yang disertai dengan selendang pada bahu kanan, dan bagian bawahnya memakai celana panjang dengan warna senada.
11. Banten: Baju Pangsi
Baju Pangsi merupakan pakaian adat yang biasanya digunakan oleh masyarakat Betawi dan Sunda. Bagi orang Sunda sendiri, khususnya Banten, Baju Pangsi ini dikenakan sebagai pakaian adat untuk laki-laki
Baju Pangsi dipakai sebagai blus atau dalam kata lain seperti rompi. Adapun Baju Pangsi digunakan sebagai busana dalam latihan silat tradisional yang ada di Banten, Bunda. Bagian atas dari Baju Pangsi disebut dengan salontreng dan celananya disebut dengan pangsi.
12. Pakaian adat dari DKI Jakarta: Kebaya Encim dan Sadariah
Kebaya Encim atau disebut juga dengan Kebaya Kerancang merupakan salah satu pakaian adat yang biasanya dikenakan oleh perempuan Betawi. Kebaya Encim ini terbuat dari bahan brokat yang dihiasi dengan bordiran dengan beragam variasi, Bunda
Tak hanya Kebaya Encim, terdapat juga pakaian adat Betawi lainnya yang dipergunakan untuk laki-laki, yaitu Sadariah. Baju Sadariah sendiri tak jauh berbeda dengan baju koko pada umumnya. Baju ini terbuat dari bahan katun dengan model kerah yang tinggi, terdapat kancing dari bagian atas sampai bawah, dan memiliki kantong pada bagian sisi kanan dan kiri bawah.
13. Pakaian adat dari Jawa Barat: Pakaian Adat Bedahan dan Kebaya Sunda
Kebaya Sunda menjadi salah satu pakaian adat dari Jawa Barat yang cukup popular di kalangan masyarakat. Keunikan dari pakaian adat ini adalah warnanya yang terkenal mencolok, sehingga akan terlihat cerah bagi siapapun yang memakainya.
Selain itu, terdapat juga pakaian adat Jawa Barat lainnya yaitu pakaian adat Bedahan. Sama halnya dengan Kebaya Sunda, Bedahan juga menggunakan kebaya yang berwarna cerah dan dilengkapi dengan berbagai aksesoris.
14. Jawa Tengah: Kebaya Jawa
Kebaya Jawa menjadi salah satu pakaian adat dari Jawa Tengah yang seringkali dikenakan oleh kebanyakan perempuan. Keunikan dari Kebaya Jawa adalah tampilannya yang tampak klasik nan berkelas.
Umumnya, Kebaya Jawa ini dikenakan pada acara-acara pernikahan oleh mempelai wanita, identik dengan warna hitam memberikan kesan yang lebih misterius. Pakaian adat ini juga dilengkapi dengan aksesoris sederhana untuk menambahkan kesan mewah.
15. DI Yogyakarta: Kebaya Ksatrian
Kebaya Ksatrian merupakan pakaian adat yang biasanya digunakan oleh laki-laki dan berasal dari DI Yogyakarta. Pakaian adat Kebaya Ksatrian ini terdiri dari surjan sebagai atasannya, celana panjang hitam, kain batik yang dililitkan pada pinggang hingga di atas lutut, dan juga hiasan kepala, Bunda. Surjan sendiri berupa jas laki-laki khas Jawa dengan kerah tegak dan berlengan panjang, terbuat dari kain laken yang berwarna hitam polos dan dihiasi bordiran keemasan dengan motif daun keluwih dan sulur.
16. Jawa Timur: Pesa'an
Pesa'an adalah salah satu pakaian adat dari Jawa Timur yang dipakai oleh laki-laki. Pakaian adat ini terdiri dari bagian atas yang disebut dengan pesa'an dan bagian bawahnya disebut dengan celana gomboran. Adapun baju adat ini terbuat dari bahan kain lasteng dengan warna hitam polos. Sedangkan, untuk bagian celananya berukuran longgar dan lebar dengan panjang mencapai mata kaki.
17. Pakaian adat dari Kalimantan Barat: King Baba dan King Tompang
Pakaian adat dari Kalimantan Barat terbagi menjadi dua, yaitu untuk laki-laki dan perempuan. Bagi laki-laki, pakaian adat yang dikenakan disebut dengan King Baba. Dalam bahasa Dayak, King sendiri berarti pakaian dan Baba berarti laki-laki. Pakaian adat King Baba terbuat dari kulit kayu yang dipukul-pukul di dalam air hingga hanya meninggalkan seratnya saja.
Sedangkan, pakaian adat untuk perempuan disebut dengan King Tompang yang juga terbuat dari kayu, Bunda. Perbedaannya adalah dari segi tampilan yang lebih tertutup dan sopan, terdiri dari penutup dada, stagem, dan rok.
18. Pakaian adat dari Kalimantan Timur: Pakaian Adat Kustin
Salah satu pakaian adat dari Kalimantan Timur ialah pakaian adat Kustin. Pakaian adat ini mengandung makna tentang kebesaran dan biasanya dipakai oleh pasangan pengantin.
Adapun untuk laki-laki, pakaian adat Kustin terbuat dari bahan beludru dengan warna hitam berlengan panjang dan kerah yang tinggi. Sedangkan, untuk perempuan beruba kebaya dengan kerah yang tinggi dan berlengan panjang, dilengkapi pula dengan sanggul (gelung kutai) dan ditusukkan kembang goyang (gerak gempa) yang terbuat dari logam bersepuh emas.
19. Kalimantan Selatan: Babaju Kun Galung Pacinan
Babaju Kun Galung Pacinan menjadi pakaian adat yang berasal dari Kalimantan Selatan, dimana tampilannya mendapat sentuhan dari budaya Tiongkok dan Timur Tengah. Pakaian adat untuk laki-laki terdiri dari baju gamis dan jubah disertai hiasan kepala berupa kopiah berlilit sorban.
Sementara itu, untuk perempuan berupa kebaya berlengan panjang dengan gaya cheong sam. Tampilannya dilengkapi dengan jahitan payet berwarna emas yang menambahkan kesan mewah, dan bagian bawahnya mengenakan rok panjang. Perempuan adat ini juga turut memakai hiasan kepala berupa mahkota berhiaskan permata, Bunda.
20. Pakaian adat dari provinsi Kalimantan Tengah: Sangkarut
Baju Sangkarut atau yang dikenal juga dengan sebutan baju Basulau adalah pakaian adat yang berasal dari Kalimantan Tengah, tepatnya oleh Suku Dayak Ngaju. Pakaian adat ini berbentuk seperti rompi dengan berbahan dasar alam yang dihiasi oleh kerang.
Adapun bahan dasar dari pakaian ini ialah serat daun nanas, serat daun lemba, serat tengang, dan serat nyamu. Selain itu, ornamen yang menghiasi baju Sangkarut sendiri terbuat dari bahan alami seperti, kerang, tempelan kulit trenggiling, kancing, uang logam, manik-manik, dan benda magis.
21. Kalimantan Utara: Ta'a dan Sapei Sapaq
Salah satu pakaian adat dari Kalimantan Utara adalah Ta'a dan Sapei Sapaq. Pakaian adat ini tepatnya berasal dari Suku Dayak Kenyah, dimana Ta'a ialah sebutan untuk pakaian adat perempuan dan Sapei Sapaq ialah sebutan untuk pakaian adat laki-laki.
Tampilan pakaian adat ini tak jauh berbeda dari pakaian adat Dayak lainnya, yakni terbuat dari kain beludru hitam yang dihiasi manik-manik dengan motif khusus. Pakaian adat Ta'a sendiri berupa rompi tanpa lengan yang dipadukan dengan rok panjang bermotif dengan tambahan beragam aksesoris. Sementara, untuk laki-laki yaitu baju adat Sapei Sapaq dipadukan dengan celana pendek dan dilengkapi dengan senjata tradisional Daya seperti mandau atau talawang.
22. Pakaian adat dari provinsi Gorontalo: Biliu dan Makuta
Pakaian adat dari Provinsi Gorontalo ialah Biliu dan Makuta. Pakaian Biliu dikenakan oleh perempuan, dan Makuta dikenakan oleh laki-laki. Biasanya, pakaian adat ini dipakai oleh pengantin di Gorontalo, Bunda.
Pakaian adat Biliu terdiri dari baju kurung, hiasan kepala, kalung bersusun, sarung, dan ikat pinggang. Sementara itu, pakaian adat Makuta yang digunakan laki-laki berupa pakaian tertutup yang dipadupadankan dengan celana panjang, dilengkapi pula dengan penutup kepala dan kain sarung yang dililitkan di pinggang.
23. Sulawesi Barat: Pattuqduq Towaine
Pattuqduq Towaine merupakan pakaian adat yang berasal dari Sulawesi Barat, tepatnya dimiliki oleh Suku Mandar. Tampilan dari pakaian adat ini cenderung sederhana Bunda, dimana laki-laki menggunakan jas hitam lengan panjang yang dipadupadankan dengan celana panjang.
Selain itu, pakaian adat juga dilengkapi juga dengan kain sarung khas Mandar yang dililitkan di pinggang. Biasanya, pakaian adat ini digunakan pada upacara pernikahan dan dalam tradisi menarikan tarian tradisional Sulawesi Barat.
24. Sulawesi Tengah: Baju Nggembe
Pakaian adat Nggembe adalah salah satu baju adat yang berasal dari Sulawesi Tengah. Berbeda dengan pakaian adat daerah lainnya, baju Nggembe terkenal dengan bentuknya yang tergolong unik. Baju Nggembe ini hanya dapat dikenakan pada acara resmi seperti, upacara adat atau upacara pernikahan saja dan hanya diperuntukkan bagi perempuan Suku Kaili.
Adapun bentuk dari baju Nggembe ini ialah segi empat dengan bagian lengan yang cenderung lebar, dan bentuk kerah leher yang bulat dan panjang. Biasanya, pakaian ini disandingkan dengan rok panjang berbentuk rumbai.
25. Pakaian adat dari provinsi Sulawesi Utara: Laku Tepu
Laku Tepu menjadi salah satu pakaian adat dari Sulawesi Utara yang dapat dikenakan oleh laki-laki dan perempuan. Ciri khas dari pakaian ini ialah berupa terusan panjang, dimana pada laki-laki mencapai lutut dan telapak kaki disertai dengan ikat kepala.
Sementara, baju yang dikenakan perempuan panjangnya mencapai betis, dan bagian bawahnya menggunakan kain sarung. Pada umumnya, baju Laku Tepu ini memiliki warna-warna yang terang dan mencolok seperti, merah, ungu, kuning tua, dan hijau tua.
26. Sulawesi Tenggara: Kinawo, Babu Nggawi
Pakaian adat dari Sulawesi Tenggara adalah Kinawo dan Babu Nggawi. Pakaian adat Kinawo ini dikenakan oleh masyarakat dari Suku Tolaki, yang berbahan kulit dari kayu dalisi, wehuka, otipulu, dan usingi. Namun, seiring berkembangnya zaman, pakaian adat ini mengalami perubahan dari segi bahannya.
Sementara itu, pakaian adat Suku Tolaki yang paling popular saat ini adalah pakaian adat Babu Nggawi, yang biasanya digunakan oleh pengantin perempuan. Bagian atas pakaian ini disebut dengan lipa hinorau dan bagian bawahnya disebut roo mendaa. Pakaian Babu Nggawi ini dipakai juga bersamaan dengan beragam aksesoris dan hiasan di kepala, Bunda.
27. Pakaian adat dari provinsi Sulawesi Selatan: Baju Bodo, Baju Pokko
Baju Bodo adalah pakaian adat yang berasal dari Sulawesi Selatan, tepatnya pada Bugis-Makassar. Dalam bahasa Bugis sendiri, pakaian ini disebut dengan waju ponco.
Bentuk dari Baju Bodo ialah tampak seperti balon yang berlengan pendek. Berdasarkan panjangnya, Baju Bodo terbagi menjadi dua yaitu, Baju Bodo pendek sampai pinggang dipakai oleh penari, pengantin, dan gadis remaja, dan yang panjangnya hingga bawah betis, dipakai oleh orang dewasa. Adapun Baju Pokko sendiri dikenakan oleh perempuan Tanah Toraja. Tampilannya berupa lengan pendek, dimana baju dan roknya memiliki warna yang senada.
28. Bali: Pakaian Adat Payas Agung
Pakaian adat Bali, Payas Agung biasanya digunakan untuk acara pernikahan. Pakaian ini terkenal dengan aksesoris yang lengkap dan memberikan kesan yang mewah, Bunda. Umumnya, pakaian Payas Agung memiliki warna yang cerah dan menawan sebagai lambang dari kebahagiaan untuk kedua mempelai pengantin.
Pengantin perempuan memakai pakaian berupa kain sebanyak dua lapis yang dieratkan dengan sabuk toros, yang dilingkarkan dari pangkal paha ke arah atas hingga ke dada. Sama halnya dengan pakaian perempuan, pakaian yang dikenakan oleh laki-laki juga terdiri dari dua lapis kain dan dilengkapi dengan beberapa aksesoris seperti, udeng sebagai penutup kepala.
29. Nusa Tenggara Timur: Pakaian Suku Sabu
Salah satu pakaian adat Nusa Tenggara Timur ialah pakaian Suku Sabu yang sesuai dengan namanya berasal dari Suku Sabu yang mendiami Pulai Hai Rau, Kabupaten Kupang. Pakaian adat yang dikenakan laki-laki berupa kemeja putih berlengan panjang, selendang, dan juga bawahan, disertai juga dengan aksesoris ikat kepala. Sedangkan, untuk perempuannya berupa kebaya dan kain tenun dengan dua lilitan.
30. Nusa Tenggara Barat: Pakaian Adat Lambung
Pakaian adat Lambung merupakan salah satu pakaian adat yang berasal dari Nusa Tenggara Barat. Pakaian ini terbuat dari kain tenun yang berupa kebaya sepanjang pinggang yang berlengan pendek dengan ukuran longgar.
Untuk bagian bawahnya, memakai sarung dengan motif flora, Bunda. Sebagai pelengkap, pakaian adat ini dilengkapi dengan sabuk anteng yang digunakan sebagai pengikat sarung, lalu ditambah pula dengan aksesoris seperti, anting bulat dari daun lontar dengan hiasan perak.
31. Pakaian adat dari provinsi Maluku: Baju Cele
Baju Cele menjadi salah satu pakaian adat khas Provinsi Maluku. Biasanya, Baju Cele ini didominasi dengan warna merah dan putih serta motifnya yang berbentuk garis-garis geometris.
Pakaian adat ini dipakai pada upacara-upacara adat seperti, pelantikan raja, acara cuci negeri, acara pesat negeri, atau acara panas pela. Kombinasi yang dikenakan ialah kain sarung dengan warna yang tidak jauh berbeda. Pakaian adat ini juga bisanya dilengkapi dengan tambahan aksesoris seperti, sanggul dengan tusukan konde yang terbuat dari emas atau perak.
32. Maluku Utara: Manteren Lamo
Pada zaman kerajaan Maluku, pakaian adat Manteren Lamo seringkali dikenakan oleh sultan kerajaan Maluku, Bunda. Pakaian adat yang berasal dari Maluku Utara ini seringkali dipadupadankan dengan celana panjang kain berwarna hitam dan juga penutup kepala khusus (destar).
Manteren Lamo terdiri dari pakaian berupa jas tertutup berwarna merah yang dilengkapi dengan 9 kancing besar yang terbuat dari perak, dimana pada bagian ujung tangan, leher, saku, dan bagian luarnya terdapat bordiran seperti payet.
33. Pakaian adat dari provinsi Papua: Koteka atau Holim
Koteka atau Holim merupakan pakaian adat yang berasal dari Provinsi Papua, berupa penutup kemaluan laki-laki yang berbentuk selongsong panjang, dimana pada bagian depannya mengerucut. Koteka terbuat dari kulit buah labu air tua yang telah dibuang biji dan daging buahnya, lalu dikeringkan.
Tampilan Koteka juga dihiasi dengan ukiran-ukiran etnik dan pada bagian ujungnya diberi bulu ayam hutan atau bulu burung. Biasanya, Koteka akan digunakan dalam upacara adat, sedangkan untuk keseharian, ukurannya akan lebih pendek.
34. Papua Barat: Pakaian Adat Ewer
Pakaian adat Ewer menjadi salah satu pakaian ada asal Papua Barat yang tergolong unik, Bunda. Hal ini karena penggunaan bahan alam yaitu jerami sebagai bahan utama pembuatan pakaian adat ini.
Untuk penggunaannya pada laki-laki, baju Ewer hanya dikenakan sebagai bawahan saja tanpa atasan. Sedangkan, untuk perempuan baju Ewer terdiri dari bagian atasan dan bawahan, dimana bawahannya tersebut terbuat dari jermai yang sudah dikeringkan. Biasanya, penggunaan baju ini juga dilengkapi dengan beragam aksesoris.
35. Papua Pegunungan: Koteka atau Holim
Di Papua Pegunungan, terdapat pakaian adat yang dikhususkan hanya untuk laki-laki, yakni Koteka atau Holim. Ciri khas dari pakaian adat ini adalah terdapat bulu-buluan seperti, bulu burung atau bulu ayam yang diletakkan pada bagian bawah Koteka. Penggunaan Koteka pada laki-laki biasanya dengan dilingkarkan pada pinggang untuk melindungi atau menutupi wilayah kemaluan laki-laki, Bunda.
36. Papua Selatan: Pummi
Pummi adalah pakaian adat yang berasal dari Papua Selatan berbentuk rok mini yang terbuat dari anyaman daun sagu. Rumbai-rumbai yang terdapat di Pummi dilepaskan begitu saja sampai terurai di sekeliling pinggul dan paha. Pakaian adat yang dipakai oleh laki-laki, berbeda dengan yang dikenakan oleh perempuan.
37. Pakaian adat dari provinsi Papua Tengah: Koteka atau Holim
Pakaian adat dari Provinsi Papua Tengah adalah Koteka atau Holim. Sama halnya dengan jenis pakaian adat di Papua pegunungan, Koteka ini juga berfungsi untuk menutupi bagian kemaluan laki-laki, sementara bagian tubuh lainnya dibiarkan terbuka. Koteka sendiri memiliki makna sebagai pakaian, dengan sebutan lainnya yaitu Holim.
38. Papua Barat Daya: Boe, Kuli Bia, Topi Kasuari, dan Kalung Manik-Manik
Terdapat beberapa pakaian adat khas Papua Barat Daya yang hingga saat ini masih dijaga oleh tiga suku besar yang disebut dengan Imeko, yaitu Inanwatan, Metemani, dan Kokoda. Pakaian adat dari Suku Imeko sendiri memiliki keunikannya, yakni kain yang berwarna merah hingga penutup kepala yang dikenal dengan sebutan topi kasuari, sementara kain merahnya disebut dengan Boe. Tak hanya itu, terdapat pula kalung yang disebut dengan kuli bia, dan berbagai kalung manik-manik sebagai aksesoris tambahan.
Itulah informasi mengenai 38 pakaian adat di Indonesia yang dapat Bunda dan Si Kecil pahami. Semoga informasi ini dapat menambah pengetahuan Si Kecil akan kekayaan budaya Indonesia ya, Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ank/ank)