HaiBunda

PARENTING

Ketahui Frekuensi Napas Normal dari Bayi sampai Dewasa, Bisa Tahu Kondisi Kesehatan Bun

Asri Ediyati   |   HaiBunda

Sabtu, 09 Dec 2023 17:38 WIB
Ilustrasi Bayi/ Foto: Getty Images/iStockphoto

Frekuensi pernapasan adalah jumlah napas yang dilakukan seseorang setiap menitnya. Ini adalah salah satu tanda vital, bersama dengan tekanan darah, denyut nadi, dan suhu, Bunda.

Saat seseorang menarik napas, oksigen memasuki paru-parunya dan mengalir ke organ-organ. Saat napas dihembuskan, karbon dioksida keluar dari tubuh. Nah, frekuensi pernapasan yang normal berperan penting dalam menjaga keseimbangan oksigen dan karbon dioksida di dalam tubuh.

Perlu diketahui, frekuensi napas normal berbeda di setiap tingkatan usia. Mulai dari bayi dilahirkan sampai usia dewasa, frekuensi akan mulai menurun setiap menitnya.


Frekuensi napas normal dari bayi sampai lansia

Mengutip laman Healthline, frekuensi pernapasan dapat dipengaruhi oleh usia seseorang. Berikut frekuensi napas normal menurut tingkat usia, dari bayi sampai dewasa:

  • Bayi baru lahir sampai 6 bulan: 30 sampai 60 napas per menit.
  • Bayi 6 bulan hingga 1 tahun: 30 hingga 50 napas per menit.
  • Anak 1 hingga 3 tahun: 24 hingga 40 napas per menit.
  • Anak 3 hingga 5 tahun: 22 hingga 34 per menit.
  • Anak 5 hingga 12 tahun: 16 hingga 30 per menit
  • Anak 12 hingga 18 tahun: 12 hingga 20 per menit

Frekuensi pernapasan normal pada orang dewasa (di atas 18 tahun) yang sehat kira-kira 12 hingga 20 napas per menit. Beberapa variasi dalam frekuensi pernapasan mungkin terjadi seiring bertambahnya usia. Semakin bertambahnya usia, kita menjadi lebih rentan terhadap kondisi kesehatan tertentu. Perubahan pada kesehatan atau sistem organ lain juga dapat mengubah frekuensi pernapasan kita, Bunda.

Cara menghitung frekuensi napas

Frekuensi pernapasan  dapat diukur dalam beberapa langkah, yakni:

  1. Bunda dapat menyetel pengatur waktu selama 1 menit.
  2. Duduk atau berbaring untuk mendapatkan posisi istirahat. Hindari aktivitas berat sebelum menghitung frekuensi napas.
  3. Nyalakan pengatur waktu dan ukur jumlah napas yang diambil dalam 1 menit. Hal ini bisa dilakukan dengan menghitung berapa kali dada naik.

Terkadang, perasaan stres bisa muncul saat Bunda fokus menghitung napas. Perasaan ini dapat memengaruhi frekuensi pernapasan. Jika hal tersebut terjadi, Bunda bisa meminta anggota keluarga atau teman untuk menghitung napas selama 1 menit. Hal ini juga berlaku saat Bunda menghitung napas Si Kecil.

Penyebab peningkatan frekuensi pernapasan

Frekuensi pernapasan merupakan tanda vital yang penting. Frekuensi napas yang tidak normal bisa mengindikasikan kondisi serius, seperti serangan jantung. Bila frekuensi pernapasan di atas rata-rata, ini mungkin mengindikasikan kondisi lain yang mendasarinya.

Berikut beberapa penyebab peningkatan frekuensi pernapasan:

1. Demam

Demam adalah salah satu reaksi yang dialami tubuh saat melawan infeksi. Ada banyak tanda dan gejala demam, antara lain kulit panas, berkeringat, dan menggigil. Demam juga dapat menyebabkan peningkatan laju pernapasan saat tubuh mencoba untuk mendinginkan diri.

2. Dehidrasi

Dehidrasi terjadi ketika tubuh tidak mendapatkan cukup air untuk memenuhi kebutuhannya. Saat mengalami dehidrasi parah, kadar cairan yang rendah dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius. Komplikasi ini dapat mempercepat laju pernapasan, Bunda.

3. Asma

Asma merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan penyempitan saluran udara, meradang, dan dipenuhi lendir. Pengidap asma bisa sulit mendapatkan cukup udara ke paru-paru. Hal tersebut dapat menyebabkan peningkatan pernapasan saat tubuh berupaya mengkompensasi kurangnya pertukaran udara.

4. PPOK dan kondisi paru-paru lainnya

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah serangkaian kondisi yang ditandai dengan kerusakan paru-paru jangka panjang. Beberapa jenis PPOK adalah empisemabronkitis kronis, dan asma refrakter.

PPOK dapat menyebabkan kerusakan atau iritasi pada lapisan paru-paru, sehingga membuat pengidapnya sulit mendapatkan oksigen yang cukup. Saat tubuh juga mencoba meningkatkan konsumsi oksigen, sehingga laju pernapasan meningkat.

5. Kondisi jantung

Jantung berhubungan erat dengan pernapasan. Peran jantung, yang bekerja sama dengan paru-paru, adalah mengedarkan darah mengandung oksigen ke organ-organ vital tubuh. Pada fungsi jantung yang memburuk dan tidak dapat memompa darah sebanyak-banyaknya, tubuh menjadi tidak bisa mendapatkan oksigen yang dibutuhkan dan pernapasan menjadi meningkat.

6. Stimulan

Stimulan merupakan obat-obatan yang bekerja pada bahan kimia neurotransmitter tertentu di otak. Pada gilirannya, stimulan dapat memiliki berbagai efek pada tubuh. Saat mengonsumsi stimulan, salah satu efek samping potensial adalah peningkatan laju pernapasan.

7. Infeksi

Infeksi paru-paru dapat menyebabkan peradangan pada saluran udara dan paru-paru. Peradangan ini bisa membuat sulit bernapas. Ketika tubuh tidak dapat menarik napas panjang dan dalam, pernapasan akan menjadi lebih cepat untuk mencoba mendapatkan lebih banyak oksigen.

8. Kecemasan atau serangan panik

Hiperventilasi adalah gejala umum dari kecemasan dan serangan panik. Selama serangan panik, respons tubuh dalam 'melawan' akan diaktifkan. Respons ini membuat detak jantung, tekanan darah, serta laju pernapasan dapat meningkat.

9. Takipnea sementara pada bayi

Kondisi akut ini terjadi pada bayi baru lahir dan ditandai dengan pernapasan yang cepat, terkadang sesak. Saat bayi baru lahir mengambil napas pertama, cairan yang ada di paru-parunya dikeluarkan.

Ketika bayi tidak dapat mengeluarkan cairan seluruhnya, laju pernapasan dapat meningkat untuk mengambil lebih banyak oksigen. Takipnea sementara memerlukan perawatan di rumah sakit, tetapi dengan pengobatan, biasanya akan hilang dalam beberapa hari.

Ilustrasi Bayi Baru Lahir/ Foto: Getty Images/iStockphoto

Kapan harus segera ke dokter?

Dilansir Medical News Today, ada beberapa gejala yang perlu mendapatkan penanganan terkait masalah pernapasan, yakni:

  • Nyeri dada
  • Sianosis, atau ketika kulit membiru
  • Suara gemericik saat bernapas
  • Mengambil napas sangat sedikit per menit

Seorang anak mungkin memerlukan perawatan medis segera jika:

  • Mengalami kesulitan bernapas yang parah
  • Mengalami kelelahan karena mencoba bernapas
  • Otot-otot di bawah tulang rusuk tampak seperti menyedot setiap menarik napas
  • Si Kecil mendengus saat menghembuskan napas
  • Anak sulit dibangunkan
  • Anak sudah bangun, tetapi sangat mengantuk dan tidak mau tetap terjaga
  • Pernapasan mereka berhenti selama lebih dari 20 detik, atau ada jeda singkat yang teratur dalam pernapasan saat mereka bangun
  • Kulit menjadi sangat pucat atau biru
  • Bagian dalam bibir dan lidah membiru
  • Mengalami serangan untuk pertama kalinya

Orang tua juga harus segera mencari perawatan medis untuk anaknya bila laju pernapasannya meningkat menjadi sebagai berikut:

  • Bayi berusia antara 2 bulan hingga 1 tahun: Lebih dari 50 napas per menit.
  • Anak-anak berusia 1-12 tahun: Lebih dari 40 napas per menit.
  • Anak-anak di atas 12 tahun: Lebih dari 20 napas per menit.

Demikian penjelasan terkait frekuensi napas normal dari bayi hingga dewasa. Semoga informasi ini bermanfaat ya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(aci/ank)

Simak video di bawah ini, Bun:

Apakah Bayi 0-6 Bulan Boleh Mandi dengan Air Dingin?

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Cerita Artis Shezy Idris Jadi Single Parent, Kini Jualan Donat & Baju Demi Anak

Mom's Life Amira Salsabila

Ternyata Ini Alasan Seseorang Jadi Target Gigitan Nyamuk

Mom's Life Tim HaiBunda

7 Tanaman Pembawa Hoki di Dapur Menurut Feng Shui

Mom's Life Ajeng Pratiwi & Sandra Odilifia

Cerita Miskah Shafa Jalani Sidang S1 secara Daring karena Kehamilan Sudah Dekat HPL

Kehamilan Amrikh Palupi

Makan Telur Setiap Hari Bikin Kolesterol Tinggi, Mitos atau Fakta?

Mom's Life Pritadanes

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Cerita Miskah Shafa Jalani Sidang S1 secara Daring karena Kehamilan Sudah Dekat HPL

Ternyata Ini Alasan Seseorang Jadi Target Gigitan Nyamuk

7 Tanaman Pembawa Hoki di Dapur Menurut Feng Shui

5 Potret Teuku Wisnu Ajak Shireen Sungkar Pulang Kampung ke Aceh, Rumah Lama Jadi Sorotan

Makan Telur Setiap Hari Bikin Kolesterol Tinggi, Mitos atau Fakta?

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK