
parenting
Sleep Apnea pada Bayi: Ciri-ciri, Penyebab, Gejala, Bahaya & Cara Mengatasinya
HaiBunda
Kamis, 07 Sep 2023 19:12 WIB

Tak cuma pada anak-anak usia besar, sleep apnea juga bisa terjadi pada bayi. Ini juga menjadi salah satu gangguan tidur yang membuat para orang tua khawatir.Â
Bayi dengan sleep apnea mengalami gangguan pernapasan saat tidur. Hal ini sangat umum terjadi pada bayi prematur, yang sistem saraf pusatnya belum cukup berkembang untuk mengatur pernapasannya. Sleep apnea juga bisa disebabkan oleh adanya penyumbatan pada saluran napas.
Mendiagnosis apnea tidur pada bayi biasanya memerlukan pemeriksaan khusus, di mana bayi akan dipantau saat tidur. Dikutip dari Baby Center, kebanyakan bayi bisa sembuh dari sleep apnea, namun sampai saat itu tiba kondisi ini perlu dipantau dan mungkin diobati sesuai kebutuhan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sleep apnea adalah gangguan yang berpotensi serius di mana pernapasan terganggu berulang kali saat tidur. Jika tidak diobati, penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti kekurangan oksigen dalam darah, tekanan darah tinggi, masalah jantung, dan pertumbuhan yang buruk.
Ciri-ciri dan gejala sleep apnea
Seperti disebutkan sebelumnya, bayi dengan sleep apnea mengalami jeda bernapas saat mereka tidur. Beberapa bayi dengan sleep apnea bahkan berhenti bernapas selama 20 detik atau lebih saat tidur.Â
Pada kasus lainnya, henti napas dapat terjadi untuk waktu yang lebih singkat dan memiliki detak jantung yang lambat atau tingkat oksigen yang rendah. Bayi mungkin menjadi lemas dan menjadi pucat atau tampak biru saat tidur.
Perlu diingat bahwa bayi baru lahir dan berusia kurang dari 6 bulan adalah hal yang wajar jika mengalami pola pernapasan tidak teratur. Ini disebut periodic breathing, biasanya dimulai dengan napas cepat, kemudian napas lambat, kemudian jeda napas selama 5-10 detik.
Kemudian pola tersebut dilanjutkan dengan napas cepat kembali dan seterusnya. Periodic breathing bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan dan akan membaik pada saat bayi berusia sekitar 6 bulan.
Selain jeda saat bernapas, ciri-ciri dan gejala sleep apnea pada bayi lain yang perlu diperhatikan:
- Kulit pucat atau biru karena kadar oksigen dalam darah turun dan kadar karbondioksida meningkat
- Tidur terganggu, gelisah, sering terbangun
- Mendengkur, mendengus, batuk, terengah-engah, atau tersedak
- Pernapasan dilakukan melalui mulut
- Berkeringat di malam hari
- Sesak napas
- Infeksi pernapasan yang sering terjadi
- Kesulitan menelan
- Keterlambatan perkembangan
- Detak jantung melambat, hingga kurang dari 80 kali per menit. Penurunan detak jantung yang parah (disebut bradikardia) dapat menyebabkan hilangnya kesadaran.
Jika bayi memiliki kondisi sleep apnea, gejala ini mungkin akan terjadi setiap kali ia tidur, termasuk saat tidur siang.
Penyebab sleep apnea pada bayi
Pada bayi prematur, sistem saraf pusatnya belum cukup berkembang untuk mengatur pernapasan dengan baik. Seiring berkembangnya otak dan sumsum tulang belakang bayi, apnea prematuritas dapat menghilang. Namun, hal ini mungkin memerlukan waktu beberapa bulan.Â
Bayi mungkin juga mengalami penyumbatan saluran napas atau saluran napas kecil (misalnya karena langit-langit mulut sumbing).
Kemungkinan penyebab apnea atau kondisi lain yang dapat memperburuk sleep apnea pada bayi meliputi:
- Refluks gastroesofageal
- Kelemahan otot akibat gangguan neuromuskular, seperti sindrom Down dan cerebral palsy
- Kelainan tengkorak dan wajah
- Paparan asap rokok
- Infeksi seperti pertusis, meningitis, infeksi saluran kemih, atau infeksi paru-paru atau otak
- Gangguan metabolisme, seperti penyakit mitokondria atau hipoglikemia
- Anemia sel sabit
- Riwayat trauma kepala atau pendarahan di otak
- Ketidakseimbangan hormon tubuh
- Masalah pada jantung atau pembuluh darah, mengakibatkan jantung tidak memompa cukup darah ke otak untuk memicu sinyal bernapas
Diagnosis dan cara mengobati sleep apnea
Jika bayi lahir prematur, ia mungkin dirawat di unit perawatan intensif neonatal atau neonatal intensive care unit (NICU) rumah sakit segera setelah lahir. Di sana bayi akan dievaluasi, dipantau, dan diobati (jika perlu) untuk apnea prematuritas.
Pantauan yang dilakukan misalnya dengan alarm monitor yang mengingatkan perawat jika bayi mengalami henti napas. Jika perlu, perawat akan memberi bayi oksigen sampai ia dapat bernapas kembali dengan sendirinya.
Jika ada gejala sleep apnea pada bayi di rumah, segera lakukan konsultasi ke dokter. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan mengukur oksigen dalam darah bayi dengan oksimeter. Detak jantung dan laju pernapasan bayi juga akan diperiksa.
Apabila diperlukan, dokter juga mungkin merujuk pemeriksaan rontgen leher dan/atau CT scan untuk melihat dengan lebih baik apa yang terjadi di saluran napas bagian atas bayi.
Bergantung pada hasil tes (seberapa parah sleep apnea pada bayi dan apa kemungkinan penyebabnya), dokter akan menjelaskan rekomendasi pengobatan yang sesuai.Â
Meskipun sebagian besar bayi dapat mengatasi sleep apnea sendiri karena saluran napas bagian atasnya kian membesar dan/atau sistem saraf pusatnya semakin berkembang, mereka mungkin memerlukan pengobatan untuk sementara waktu.Â
Beberapa di antaranya termasuk seperti:
1. Nasal kanula
Nasal kanula merupakan tabung kecil yang ditempatkan di hidung untuk mengalirkan oksigen. Bayi mungkin perlu memakainya setiap saat (terutama jika ia berusia 4 bulan atau lebih muda), atau bisa juga hanya dipakai saat ia tidur.
2. Continuous positive airway pressure (CPAP)
Alat ini membantu menjaga jalan napas tetap terbuka dengan meniupkan udara ke hidung melalui masker saat tidur. Namun CPAP biasanya tidak digunakan untuk jenis sleep apnea sentral.
3. Obat-obatan
Obat sesuai anjuran dokter berdasarkan hasil pemeriksaan dapat membantu bayi bernapas dan meningkatkan detak jantungnya
4. Ventilator dan oksimeter denyut
Ventilator digunakan biasanya untuk membantu proses pernapasan pada bayi prematur. Sementara itu, oksimeter denyut akan mengukur oksigen yang didapat bayi. Beberapa alat ini memiliki alarm yang berbunyi ketika levelnya turun secara berbahaya.
Demikian ulasan tentang sleep apnea pada bayi. Ingat, jika curiga si Kecil mengalami sleep apnea, jangan tunda untuk segera berkonsultasi dengan dokter. Deteksi dini bantu memastikan anak dapat menerima pertolongan tepat secara cepat.Â
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(rap/rap)ARTIKEL TERKAIT

Parenting
10 Kalimat yang Pantang Diucapkan saat Menjenguk Bayi Baru Lahir, Catat ya Bun

Parenting
7 Alasan Bayi Perlu Dirawat di Ruang NICU, Penanganan & Peran Orang Tua

Parenting
Anak Mendadak Sakit saat Liburan? Lakukan Pertolongan Pertama Ini

Parenting
Cara Lingkar Kepala Bayi Baru Lahir, Simak Angka Normal untuk Anak Laki-laki & Perempuan

Parenting
7 Cara Mengatasi Napas Bayi Berbunyi Grok-Grok, Kapan Perlu Diperiksa ke Dokter?


9 Foto