Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

5 Cara Mendidik Anak Tanpa Emosi agar Kesehatan Mental Terjaga

Kinan   |   HaiBunda

Sabtu, 13 Jan 2024 17:40 WIB

Mengenal Rescue Parenting, Gaya Didikan yang Disebut Bisa Membahayakan Anak
Ilustrasi 5 Cara Mendidik Anak Tanpa Emosi/Foto: Getty Images/iStockphoto/Nattakorn Maneerat
Daftar Isi
Jakarta -

Anak-anak sering kali masih belum dapat mengontrol emosinya dengan baik, terutama saat sedang marah atau sedih berlebihan. Jangan terbawa ya Bunda, ada beberapa cara mendidik anak tanpa emosi yang dapat diterapkan. 

Dikutip dari laman Very Well Family, pada dasarnya setiap anak diperbolehkan merasakan emosi apa pun yang mereka inginkan. Namun, tidak berarti mereka bisa berperilaku sesuka hati atau bahkan sampai merugikan orang lain.

Penting bagi orang tua untuk mendampingi dan mengoreksi perilaku anak. Hal ini terutama jika mereka melanggar aturan, menyakiti orang lain, atau berperilaku tidak pantas secara sosial.

Pada saat yang sama, beri tahu mereka bahwa tidak apa-apa jika mereka merasa marah, sedih, takut, gembira, atau emosi apa pun yang sedang mereka alami.

Jangan larang anak merasakan emosi

Ketika anak dilarang untuk merasakan emosi, misalnya sedih, mereka cenderung akan menghindari pencetusnya. Di sisi lain, Si Kecil bisa juga mereka merasakan kesedihan tersebut, tetapi mengabaikannya.

Dalam jangka panjang, hal ini tidak sehat bagi perkembangan mental dan emosionalnya. Duka adalah proses penyembuhan dan tidak boleh dihindari. 

Pun demikian dengan emosi marah, yang sebenarnya tidaklah buruk. Cara anak-anak memilih untuk mengatasi amarah inilah yang dapat mengarah pada pilihan yang baik atau tidak baik.

Pisahkan antara emosi dan perilaku buruk

Bedakan antara apa yang dilakukan dan apa yang dirasakan anak. Marah adalah sebuah perasaan dan memukul adalah sebuah perilaku. Kesedihan adalah sebuah perasaan dan teriakan adalah perilaku.

Daripada mencoba memaksa anak untuk tidak merasakan hal-hal tertentu, ajarkan mereka cara mengatasi emosi yang tidak nyaman.

Misalnya, secara proaktif mengajarkan teknik pengelolaan amarah. Tunjukkan pada anak bahwa merasa marah adalah hal yang normal, tetapi melampiaskan amarah secara asal-asalan itu tidak sehat. 

Kemudian, buatlah mereka memahami bahwa mereka tidak akan menghadapi konsekuensi atas perasaannya. Namun, mereka akan menghadapi konsekuensi jika mengekspresikan emosinya dengan berperilaku buruk.

Memahami emosi mereka dan merespons dengan tepat adalah bagian penting dari perkembangan kognitif anak. Faktanya, ketika anak-anak memiliki pemahaman yang kuat tentang emosi mereka, penelitian menunjukkan bahwa mereka akan berprestasi lebih baik di sekolah dan memiliki interaksi yang lebih positif dengan teman-teman dan guru.

Bagaimana cara mendidik anak tanpa emosi?

7 Alternatif Contoh Kalimat Menolak Permintaan Anak Tanpa Berkata TidakIlustrasi Bunda dan anak/Foto: Getty Images/iStockphoto/Zinkevych

Ketika Bunda mengajari anak bahwa emosinya baik-baik saja dan mereka dapat menemukan cara yang tepat secara sosial untuk mengatasi emosi tersebut, kemungkinan besar Bunda akan melihat peningkatan besar dalam perilaku mereka. 

Berikut beberapa langkah membantu anak mengelola emosi dan mengendalikan perilakunya seperti dilansir berbagai sumber:

1. Beri label pada emosi anak 

Ajari anak untuk menyebutkan perasaannya sehingga mereka dapat mulai mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang emosinya. Katakan sesuatu seperti, 'Sepertinya kamu merasa sangat kecewa karena kita tidak bisa pergi ke taman hari ini.'

Dari situ, anak akan memahami seperti apa masing-masing emosi yang dapat dirasakan olehnya. Misalnya, seperti marah, sedih, kecewa, atau juga gembira.

2. Ajarkan keterampilan mengatasi masalah yang sehat

Sampaikan pada anak secara proaktif cara mengatasi ketidaknyamanan perasaan dengan cara yang positif. Sebagai contoh, tunjukkan pada anak bahwa mereka bisa mewarnai gambar saat sedang sedih atau bermain di luar rumah saat mereka marah.

3. Tunjukkan pada anak bahwa mereka punya kendali

Jika suasana hatinya sedang buruk, bicarakan tentang bagaimana perilaku tertentu cenderung membuat mereka terjebak dalam suasana hati yang semakin memburuk. Jelaskan bagaimana pilihan lain, seperti bermain permainan yang menyenangkan, justru dapat menghibur mereka.

Bebelac Susu Pertumbuhan untuk Anak

4. Disiplinkan anak atas perilaku yang tidak pantas

Jika anak merusak mainan saudaranya saat sedang marah, berikan konsekuensi yang adil dan jelas. Sampaikan secara tegas bahwa mereka tidak akan dihukum karena perasaannya, namun mereka akan diberi konsekuensi jika melanggar aturan.

5. Hindari menerima emosi sebagai alasan

Jika anak mengatakan dia tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumahnya karena sedang sedih, jangan biarkan ia berhenti mengerjakan tugas tersebut. 

Dengan pengecualian yang jarang terjadi, mintalah mereka bertanggung jawab atas perilaku mereka. Pengecualian yang jarang terjadi misalnya saat ada situasi duka dalam keluarga atau keadaan darurat lainnya.

Saat anak tumbuh besar mereka akan mendapatkan kendali yang lebih baik atas emosinya. Namun itu tidak didapat secara instan. Sejak dini anak perlu belajar mengenal emosi dan berpikir seperti apa respons tepat yang bisa dilakukan. Semoga bermanfaat, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(fir/fir)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda