PARENTING
Cara Mengatasi Anak Pemarah Menurut Psikologi, Ketahui Juga Penyebabnya
Annisya Asri Diarta | HaiBunda
Sabtu, 03 Feb 2024 19:35 WIBDalam mengekspresikan emosi Si Kecil memiliki caranya masing-masing. Mereka sudah bisa menunjukkan ekspresi kesedihan, kesenangan, dan amarah. Namun salah satu emosi yang sulit dikendalikan pada Si Kecil adalah amarah, Bunda.
Anak yang mengekspresikan emosinya melalui amarah seringkali menjadi tantangan tersendiri bagi para orang tua. Hal tersebut juga terkadang dapat menghambat aktivitas Si Kecil dengan teman-temannya.
Untuk memahami lebih dalam tentang bagaimana cara mengatasi anak pemarah, pahami penyebab dan strategi cara mengatasi yang dapat Bunda terapkan di rumah. Bukan hal yang aneh jika Si Kecil yang akan menginjak 4 tahun mengalami sembilan kali tantrum dalam seminggu.
Menurut Denis Sukhodolsky, PhD selaku psikolog klinis dari Yale Medicine Child Study Center, tantrum yang dialami Si Kecil dapat ditunjukkan dengan menangis, menendang, menginjak, memukul hingga mendorong yang berlangsung selama 5 sampai 10 menit.
Sebagian besar anak akan mengatasi perilaku ini secara mandiri pada usia taman kanak-kanak. Bagi anak-anak yang tantrumnya terus berlanjut seiring bertambahnya usia dan menjadi hal yang tidak sesuai dengan perkembangannya, segera hubungi bantuan profesional guna konsultasi terkait yang dialami Si Kecil ya, Bunda.
Sukhodolsky juga mengatakan bahwa masalah kemarahan adalah alasan paling umum anak-anak dirujuk untuk perawatan kesehatan mental.
Penyebab anak jadi pemarah
Banyak faktor yang berkontribusi pada amarah anak. Salah satu pemicu umum adalah frustrasi ketika Si Kecil tidak bisa mendapatkan apa yang dia inginkan atau diminta untuk melakukan sesuatu yang mungkin tidak ingin dia lakukan. Bagi anak-anak, masalah kemarahan sering kali menyertai kondisi kesehatan mental lainnya, termasuk ADHD, autisme, gangguan obsesif-kompulsif, dan sindrom Tourette.
Genetika dan faktor biologis lainnya dianggap berperan dalam kemarahan Si Kecil, Bunda. Lingkungan juga termasuk faktor pendukung. Trauma ketika ia berada di rumah, disfungsi keluarga, dan gaya pengasuhan tertentu seperti hukuman yang keras dan tidak konsisten juga membuat Si Kecil mudah menunjukkan kemarahan yang dapat mengganggu kehidupannya sehari-hari.
Cara menangani anak pemarah
Jika amarah Si Kecil tidak ditangani, masalah perilaku di masa kecil dapat mempersulit anak-anak untuk berhasil di sekolah. Hal ini juga dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan mental, penyakit fisik, dan penyalahgunaan obat-obatan di kemudian hari, Bunda.
Beruntung, ada beberapa cara yang telah terbukti dapat membantu menangani anak pemarah. Berbagai pendekatan, termasuk program Family Check-Up dan seri Incredible Years telah terbukti meningkatkan regulasi emosi, mengurangi masalah perilaku, dan meningkatkan kinerja di sekolah melalui banyak uji coba terkontrol secara acak.
Panduan berikut ini berakar pada bukti yang sama tentang perilaku dan perkembangan yang membuat program-program ini efektif. American Psychological Association juga telah merangkum cara menangani anak pemarah. Simak yuk, penjelasannya berikut ini:
1. Ajari Si Kecil cara menenangkan diri
Si Kecil sering mengamuk karena mereka menginginkan sesuatu tetapi tidak tahu cara mendapatkannya. Cobalah pegang tangan Si Kecil dan tarik napas dalam-dalam bersama-sama. Katakan kepadanya, "kamu merasa sedikit marah sekarang dan begitu juga aku. Mari kita berdua tarik napas dalam-dalam untuk membantu kita tenang, jadi kita bisa mencari tahu apa yang sedang terjadi."
Selain menarik napas dalam-dalam, Bunda dapat mengajarkan strategi pengaturan emosi lainnya. Carolyn Webster-Stratton, PhD selaku psikolog klinis yang mengembangkan seri Incredible Years juga menawarkan kalimat-kalimat bermanfaat yang dapat dikatakan Si Kecil pada diri sendiri ketika mereka merasa frustasi.
"Aku bisa melakukannya. Aku bisa tetap tenang dan sabar."
Menggunakan citra positif, seperti buku bergambar di mana anak-anak menggambar tempat-tempat di mana mereka merasa tenang, bahagia, dan dicintai. Memasukkan alat bantu visual, seperti termometer, yang akan membantu anak-anak dapat menurunkan "suhu" emosional mereka dari merah ke biru.
2. Bantu anak-anak belajar kata-kata untuk emosi mereka
Ketika Si Kecil belajar untuk memperhatikan dan menjelaskan bagaimana perasaan mereka, mereka dapat menggunakan kata-kata untuk menyampaikan rasa frustrasi, tanpa harus marah-marah. Bunda juga dapat mengajarkan kata-kata emosional seperti sabar, tenang, bahagia, frustrasi, marah, sedih untuk membantu anak-anak menghubungkan setiap istilah dengan sensasi fisik yang menyertai emosi tersebut.
Kemudian, bicaralah ketika anak mengalami setiap emosi, termasuk memberikan validasi pada emosi mereka. Lakukan dengan cara yang nyaman seperti kalimat "Kamu benar-benar sabar dan tenang. Bunda melihat kamu terus berusaha keras." Kalimat tersebut dapat membuat Si Kecil lebih tenang dan mengelola emosinya dengan baik.
3. Sampaikan dan jelaskan konsekuensi
Ketika Si Kecil berperilaku buruk, penting untuk memberikan konsekuensi yang konsisten, disertai dengan penjelasan, sehingga mereka dapat belajar bahwa ada hubungan antara perilaku mereka dan responsnya. Misalnya, Bunda dapat menyuruh Si Kecil untuk ke kamarnya selama 15 menit atau mencabut hak istimewa tertentu, seperti waktu menonton TV selama satu jam.
Kemudian Bunda dapat jelaskan alasan dari konsekuensi tersebut dengan kalimat "Bunda memberikan waktu istirahat selama 15 menit karena kamu melempar piring ke dinding." Hal itu dapat membuat Si Kecil mengurungkan niatnya jika akan melakukan perilaku buruk kembali, Bunda.
Pendekatan untuk mengatasi kemarahan anak
Hal terpenting saat menghadapi kemarahan anak-anak, perlakukan mereka dalam konteks keluarga. Tunjukkan kepekaan yang tinggi terhadap budaya dan nilai-nilai serta gaya hidup masing-masing keluarga.
Sebagai contoh, menunjukkan rasa hormat kepada kakek dan nenek merupakan hal yang penting secara budaya bagi keluarga tertentu. Beberapa anak membutuhkan sedikit pelatihan ekstra tentang bagaimana bersikap hormat. Selain itu, Bunda juga belajar untuk menghormati hal-hal yang penting bagi Si Kecil, dan saudara kandung terlibat dalam perlakuan tersebut.
Perlu diingat Bunda bahwa ledakan kemarahan sesekali adalah hal yang normal di antara anak-anak usia prasekolah. Namun apabila perilaku tersebut berlanjut, Bunda dapat mencari bantuan dari pusat kesehatan mental atau program pelatihan orang tua.
Bunda, itulah penjelasan mengenai cara mengatasi anak pemarah menurut psikologi. Semoga bermanfaat dan mampu mengatasi amarah Si Kecil ya, Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(rap/rap)