Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

9 Cara Mendidik Anak yang Memiliki ADHD agar Tak Kesulitan Belajar

Annisya Asri Diarta   |   HaiBunda

Jumat, 09 Feb 2024 19:20 WIB

Cara mendidik anak ADHD
Cara mendidik anak ADHD/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Gam1983
Daftar Isi

Anak dengan ADHD atau Attention-deficit hyperactivity disorder memiliki gaya belajar tersendiri. ADHD merupakan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi atau duduk diam untuk jangka waktu yang lama. 

Mereka seringkali sulit untuk fokus pada tugas-tugas atau instruksi yang diberikan kepada mereka. ADHD telah memengaruhi jutaan anak di seluruh dunia dan seringkali berlanjut hingga masa dewasa. Ini dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan seseorang, termasuk belajar, pekerjaan, hubungan sosial, dan kesejahteraan secara umum.

Tetapi, Bunda dapat meminta bantuan guru dan dokter, cara mengelola dan mengatasi tantangan tersebut. Lantas, bagaimana strategi yang sesuai untuk mengatasi kesulitan belajar pada anak yang memiliki ADHD?

9 Cara mendidik anak yang memiliki ADHD

Melansir dari berbagai sumber, berikut 9 strategi untuk mendidik anak ADHD agar tidak kesulitan belajar. Simak yuk Bunda.

  1. Memberikan tugas-tugas yang sesuai dengan tingkat kemampuan dan kebutuhan anak dengan ADHD, Bunda dapat membantu Si Kecil merasa lebih percaya diri dan berhasil dalam proses pembelajaran.
  2. Menawarkan pilihan kegiatan. Hal ini akan membuat Si Kecil lebih patuh, mengurangi tindakan negatif dan lebih produktif dalam melakukan pekerjaannya. Memberikan pilihan-pilihan seperti ini dapat membantu anak-anak dengan ADHD merasa lebih aktif dalam proses pembelajaran dan meningkatkan kemungkinan mereka untuk berhasil menyelesaikan tugas-tugas dengan lebih baik.
  3. Memberi pengingat visual sebagai strategi yang sangat efektif untuk membantu anak dengan ADHD tetap fokus dan terorganisir. Dengan menggunakan pengingat visual, Bunda dapat membantu Si Kecil tetap terorganisir, fokus, dan terlibat dalam pembelajaran.
  4. Mengarahkan anak untuk aktif berpartisipasi di kelas. Hal yang dapat dilakukan adalah memperbanyak pembuatan kelompok belajar untuk anak dengan ADHD. Secara tidak langsung, dapat memancing keaktifan anak dalam berdiskusi untuk mendapatkan pemahaman yang maksimal.
  5. Menetapkan aturan dan rutinitas untuk anak ADHD. Peraturan-peraturan ini dirancang untuk menciptakan lingkungan yang positif, inklusif, dan mendukung, termasuk mereka yang mungkin memiliki ADHD. Dengan memberikan panduan yang jelas dan menyeluruh, diharapkan semua anak dapat merasa diterima dan termotivasi untuk belajar dengan baik.
  6. Menyisipkan waktu istirahat ke dalam aktivitas anak dengan ADHD penting untuk membantu mereka menjaga fokus dan energi, serta mengelola impulsivitas. Dengan menyisipkan waktu istirahat yang sesuai dan bervariasi ke dalam aktivitas anak dengan ADHD, kita dapat membantu mereka mengelola energi mereka dengan lebih baik, meningkatkan fokus, dan mengurangi stres.
  7. Penyesuaian di sekolah untuk mendukung pembelajaran anak dengan ADHD dapat membantu mereka merasa lebih terlibat, fokus, dan berhasil dalam lingkungan belajar. Melalui pendekatan yang holistik dan inklusif, sekolah dapat menciptakan lingkungan belajar yang mendukung dan memungkinkan anak dengan ADHD untuk meraih potensi mereka secara penuh.
  8. Membantu anak dengan ADHD dalam organisasi dan menyelesaikan tugas sehari-hari memerlukan pendekatan yang terstruktur dan dukungan yang konsisten. Dengan pendekatan yang terstruktur, konsisten, dan penuh perhatian, Bunda juga dapat membantu anak dengan ADHD mengembangkan keterampilan organisasi dan menyelesaikan tugas sehari-hari dengan lebih baik.
  9. Membantu anak dengan ADHD mengembangkan keterampilan persahabatan merupakan langkah penting untuk membantu mereka berinteraksi secara positif dengan teman sebaya dan membangun hubungan sosial yang sehat. Lewat dukungan yang tepat dari lingkungan sekitarnya, anak dengan ADHD dapat belajar dan berkembang dalam hal keterampilan persahabatan, sehingga dapat membangun hubungan yang positif dan memuaskan dengan teman sebaya.

Pengobatan dan perawatan ADHD untuk anak

Kacamata membantu pengobatan anak yang memiliki ADHD untuk memperbaiki masalah penglihatan, seperti kekurangan dalam memfokuskan mata atau gangguan penglihatan lainnya. Di sisi lain, obat stimulan digunakan untuk mengelola gejala ADHD dengan mempengaruhi sistem saraf pusat.

Obat stimulan menjadi pilihan umum untuk mengobati ADHD pada anak-anak. Obat ini membantu meningkatkan kemampuan anak-anak tersebut untuk berkonsentrasi, mengurangi impulsifitas, dan meningkatkan kontrol atas perilaku mereka. 

Menurut studi yang dilakukan dalam beberapa kasus, sekitar 80 persen anak-anak dengan ADHD yang diobati dengan stimulan, mengalami peningkatan yang sangat baik setelah obat dan dosis yang tepat ditentukan.

Namun, penting untuk selalu berkonsultasi dengan dokter atau profesional kesehatan yang berkualifikasi sebelum memulai atau mengubah pengobatan apa pun, Bunda. Selain itu, terapi perilaku juga bisa menjadi tambahan yang efektif dalam manajemen ADHD Si Kecil.

Jenis obat stimulan untuk anak ADHD

Menilik healthychildren.org berikut beberapa jenis obat stimulan untuk anak dengan ADHD :

1. Obat short-acting

Obat-obatan yang segera dilepaskan atau short-acting seringkali memiliki efek yang berlangsung untuk jangka waktu yang lebih singkat, di mana biasanya diminum setiap 4 jam sesuai kebutuhan. Obat ini seringkali lebih terjangkau secara harga karena sering digunakan dalam pengobatan simptomatik yang memerlukan dosis yang sering. Contohnya termasuk obat penghilang rasa sakit seperti ibuprofen atau parasetamol.

2. Obat long-acting

Obat-obatan yang dapat diperpanjang atau long-acting seringkali dirancang untuk memberikan efek yang berlangsung lebih lama dan biasanya diminum sekali sehari.

Misalnya pada pagi hari. Anak-anak yang menggunakan bentuk stimulan pelepasan diperpanjang dapat menghindari minum obat di sekolah atau sepulang  sekolah, karena dosis yang diperpanjang memberikan efek yang berlangsung lebih lama. Ini bisa membantu dalam menjaga konsentrasi dan fokus anak sepanjang hari.

Penting untuk tidak mengunyah atau menghancurkan kapsul atau tablet yang dilepaskan lebih lama karena hal tersebut bisa mempengaruhi cara obat tersebut bekerja dan menyebabkan pelepasan yang tidak merata. Namun, beberapa kapsul extended-release yang terbuat dari manik-manik dapat dibuka dan isinya ditaburkan ke makanan untuk anak-anak yang mengalami kesulitan menelan tablet atau kapsul.

Ketika obat stimulan tidak berhasil dalam mengendalikan gejala ADHD atau menyebabkan efek samping yang mengganggu, dokter akan merekomendasikan obat ADHD non-stimulan sebagai alternatif. Obat-obatan non-stimulan ini bekerja dengan cara yang berbeda dalam otak dan dapat menjadi pilihan yang efektif untuk beberapa anak, Bunda.

Efek samping obat stimulan pada anak ADHD

Terkadang penggunaan obat stimulan menimbulkan efek samping pada anak dengan ADHD. Hal ini cenderung terjadi pada awal pengobatan kemudian biasanya ringan dan berjangka pendek. Tetapi pada kasus yang jarang terjadi, efek samping dapat terjadi secara berkepanjangan atau lebih parah. Berikut efek samping obat stimulan yang seringkali timbul bagi anak dengan ADHD:

  1. Nafsu makan berkurang dan penurunan berat badan merupakan efek samping yang umum terjadi dengan beberapa jenis obat ADHD, terutama obat stimulan seperti metilfenidat (ritalin, concerta) atau amfetamin (adderall). Efek ini terjadi karena obat-obatan tersebut dapat mengurangi rasa lapar dan meningkatkan metabolisme tubuh Si Kecil, Bunda.
  2. Masalah tidur merupakan salah satu efek samping yang umum terjadi dengan beberapa jenis obat ADHD, terutama obat stimulan seperti metilfenidat (ritalin, concerta) atau amfetamin (adderall). Beberapa anak akan mengalami kesulitan tidur atau insomnia sebagai respons terhadap obat tersebut.
  3. Si Kecil mengalami penarikan diri dari pergaulan sosial sebagai efek samping dari obat tersebut. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk perubahan perilaku atau suasana hati yang mungkin terjadi sebagai respons terhadap obat, serta perasaan canggung atau kurang percaya diri dalam situasi sosial.
  4. Efek rebound adalah fenomena di mana anak mengalami peningkatan gejala ADHD atau perubahan suasana hati yang buruk setelah obat stimulan yang mereka konsumsi selesai bekerja atau dosisnya menurun. Efek ini dapat terjadi karena penurunan tiba-tiba kadar obat dalam tubuh. Namun hal ini sangat jarang terjadi pada anak dengan ADHD.
  5. Tics dapat berupa gerakan fisik yang disebut tics motorik, seperti mengedipkan mata, menggelengkan kepala, atau menggerakkan bagian tubuh tertentu secara berulang. Tics juga bisa berupa suara yang disebut tics vokal, seperti mengeluarkan kata-kata atau suara tertentu secara tiba-tiba. Pada beberapa kasus, stimulan seperti obat ADHD dapat memperburuk tics pada anak yang sudah memiliki predisposisi terhadap gangguan tersebut. Akan tetapi, pada kasus ini sangat jarang terjadi pada anak dengan ADHD. Jika Si Kecil mengalami tics yang mengganggu atau memengaruhi kehidupan sehari-hari mereka, Bunda perlu berkonsultasi dengan dokter untuk evaluasi lebih lanjut dan manajemen yang tepat.
  6. Keterlambatan pertumbuhan bisa menjadi efek samping yang mungkin terjadi dengan penggunaan jangka panjang obat ADHD, terutama obat stimulan seperti metilfenidat atau amfetamin. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak yang mengonsumsi obat ADHD stimulan dalam jangka panjang mungkin mengalami penurunan pertumbuhan tubuh yang lebih kecil, dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mengonsumsi obat tersebut.

Demikian sekilas informasi mengenai 9 cara mendidik anak yang memiliki ADHD agar tak kesulitan belajar. Semoga bermanfaat, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

 

(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda