Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Cerita Istri dr. Richard Lee Besarkan Anak Autis, Tekankan Itu Bukan Salah Orang Tua

Annisa A   |   HaiBunda

Jumat, 08 Mar 2024 06:00 WIB

Reni Effendi dan dr. Richard Lee
Istri dr. Richard Lee Bagikan Tips Besarkan Anak Autis, Lihat Dunia dari Sisi Si Kecil / Foto: Instagram: @renieffendi24

Dr. Richard Lee mengungkapkan cerita tentang keluarganya. Anak ketiganya, Kenzo Sebastian Lee, mengidap kondisi autisme. 

Autisme sendiri merupakan gangguan perkembangan yang dialami anak-anak, Bunda. Biasanya, anak dengan autisme mengalami gangguan yang akan memengaruhi kemampuannya dalam berkomunikasi dan berinteraksi.

Gejala autisme yang dialami oleh setiap anak tentu berbeda-beda. Istri dr. Richard, dr. Reni Effendi, turut menjelaskan seperti apa gejala yang terlihat pada sang anak.

Sebelumnya, HaiBunda sudah menghubungi dr. Reni dan diizinkan untuk mengutip kisahnya, Bunda.

Gejala yang dialami Kenzo

Reni bercerita bahwa Kenzo hanya bisa mengucapkan satu suku kata di usia empat tahun. Ia juga tidak bisa berkomunikasi dengan baik seperti anak-anak lain seumurnya.

Selain itu, Kenzo juga mengalami gangguan pada kontak matanya. Saat berinteraksi, kontak mata Kenzo tidak panjang dan hanya terjadi sesekali.

"Kalau pada Kenzo ini dia tidak memiliki kontak mata. Kalau pada anak lain (yang tidak mengalami autisme), dia bisa lama, panjang kontak mata dengan kita. Kalau pada Kenzo ini, dia sekali-sekali saja," kata dr. Reni dikutip akun TikTok @dr.reni.effendi pada Rabu (6/3/2024).

Bunda tiga anak ini juga mengatakan bahwa Kenzo tidak merespons ketika namanya dipanggil. Ia pun tidak tertarik untuk bermain dengan anak sebayanya dan lebih larut dalam dunianya sendiri.

"Terus kalau misalnya dipanggil, dia tidak merespons. Kemudian dia itu tidak memiliki ketertarikan bermain dengan anak sebayanya. Seperti ada dunianya sendiri," ungkapnya.

Anak yang autisme umumnya memiliki ketertarikan tersendiri pada suatu hal. Pada kasus Kenzo, ia lebih tertarik dengan huruf-huruf.

"Kemudian dia ada obsessive interest. Itu seperti ada interest tertentu pada benda-benda tertentu. Jadi setiap hari dia suka bawa itu benda kemana-mana. Kenzo ini ada obsessive interest di huruf-huruf. Sekarang itu dia bisa alfabet, cuman dia tidak bisa berkomunikasi dengan kita tetap," ucap dr. Reni.

Kenzo juga melakukan perilaku berulang berupa hand flapping. Ia juga memiliki emosi yang tidak stabil dan suka marah serta menangis tanpa sebab.

"Dia itu juga suka marah, menangis, tanpa ada sebabnya. Itu sih gejala-gejala yang ada di Kenzo," tuturnya.

Dalam unggahan yang sama, dr. Reni juga membagikan pengalamannya saat membesarkan Kenzo. Simak selengkapnya pada laman berikutnya, ya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

Saksikan juga video tentang 5 tanda awal autisme yang mudah dikenali:


PENGALAMAN BESARKAN ANAK AUTIS

Reni Effendi dan dr. Richard Lee

Keluarga dr. Richard Lee / Foto: Instagram: @renieffendi24

Pengalaman dr. Reni besarkan anak autis

Dokter Reni mengungkapkan bahwa mengasuh anak autis bukanlah hal yang mudah. Untuk bisa memahami mereka, Bunda dan Ayah juga perlu masuk ke dalam dunianya.

"Anak autis itu melihat dunia secara berbeda dibandingkan anak-anak lainnya. Dan apa yang mereka dengar berbeda dengan apa yang kita dengar," katanya.

"Caranya kalau kita mau mengenali autisme ini lebih lanjut, kita harus melihat dunia ini dari sisi mereka. Kita harus meningkatkan bonding dengan mereka. Kita harus join ke dalam dunianya mereka," lanjut dr. Reni.

Banner 50 Kata Permintaan Maaf Jelang Puasa

Dokter Reni pun mengatakan banyak orang yang menyalahkan orang tua ketika mengetahui seorang memiliki kondisi autis. Padahal, orang tua anak tersebut sudah memberikan stimulasi yang terbaik.

"Percayalah kalau misalnya orang-orang yang memiliki anak-anak yang telat bicara, dia sudah mengajak ngomong anaknya setiap hari. Kami sudah kasih stimulus yang lebih bahkan," ungkapnya.

"Karena kan aku punya tiga anak, ya. Aku tuh kasih stimulus ke Kenzo ini lebih banyak dibandingkan dua anak aku yang lain Tapi kenapa anak aku yang lainnya bisa bicara tapi Kenzo itu tetap enggak bisa bicara?" imbuh dr. Reni seraya mengusap air matanya.

Dokter Reni berharap agar netizen tidak menyalahkan orang tua ketika seorang anak mengalami autisme. Anak-anak yang mengidap autisme hanya berbeda dari anak-anak lainnya.

"Jadi kalian yang melihat anak-anak yang belum bisa bicara, tolonglah kalian jangan menyalahkan orang tuanya seakan-akan mereka tidak mampu mengurus anak itu," katanya.

"Padahal sebenarnya mereka itu berbeda dengan anak-anak yang lainnya. Percayalah bahwa itu bukan salah kalian sebagai orang tua. Bukan salah kita kalau anak kita itu enggak bisa bicara," sambung dr. Reni.

Demikian cerita mengenai perkembangan Kenzo anak dr. Richard Lee dan dr. Reni, Bunda. Semoga bermanfaat, ya.

Saksikan pula video tentang apakah autisme bisa dideteksi dari perkembangan bahasa:

[Gambas:Video Haibunda]






(anm/pri)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda