Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

9 Contoh Cerita Jenaka yang Pendek untuk Anak Sekolah, Lucu Mengundang Tawa

Hasna Fadhilah   |   HaiBunda

Kamis, 18 Apr 2024 21:40 WIB

Dongeng Si Kancil
9 Cerita Jenaka untuk Anak/ Foto: HaiBunda/Dwi Rachmi
Daftar Isi

Cerita jenaka merupakan salah satu cerita yang mudah dipahami dan pastinya disukai oleh anak-anak. Tidak hanya karena lucu, namun cerita jenaka juga menyelipkan pesan-pesan moral tentang kehidupan yang bisa menjadi pelajaran berharga untuk anak-anak. 

Contoh cerita jenaka untuk anak yang populer di antaranya itu kisah Abu Nawas, Pak Pandir, dan Pak Lebai. Cerita-cerita tersebut dapat menjadi pilihan yang tepat bagi Bunda untuk mengisi waktu luang anak dengan membantu mereka belajar tentang nilai-nilai moral seperti kejujuran, kecerdasan, persahabatan, atau kerja sama. 

Nah, Bunda, apa saja cerita jenaka atau lucu lainnya yang cocok dan mudah dipahami oleh Si Kecil? Yuk, simak kumpulan cerita jenaka singkat berikut ini, ya!

Mengenal cerita jenaka

Mengutip dari buku Mengenal Sastra Lama (2015), cerita jenaka adalah cerita yang mengungkapkan hal-hal yang lucu yang ada dalam diri tokoh-tokohnya. Kelucuan dalam cerita jenaka biasanya muncul karena kebodohan maupun kecerdikan si tokoh cerita. Selain itu, dalam cerita jenaka, biasanya ada tokoh yang selalu beruntung, tetapi juga ada tokoh yang mengalami kesialan.

Cerita jenaka bersifat menghibur, akan tetapi juga diselipkan pesan-pesan moral tertentu tentang nilai-nilai kehidupan. Cerita jenaka tak hanya ada di Indonesia, melainkan juga beredar di berbagai negara. Beberapa cerita jenaka populer yang mungkin tidak asing bagi Bunda di antaranya yaitu dongeng Abu Nawas. 

Ciri-ciri cerita jenaka

Adapun cerita jenaka memiliki ciri-ciri yang bisa dilihat dari struktur ceritanya, yaitu sebagai berikut:

  • Mengandung unsur humor yang membangkitkan tawa.
  • Isi cerita menggambarkan kelucuan atau kebodohan tokoh utama berdasarkan sifat dan tindakannya.
  • Terdapat tokoh-tokoh seperti si pintar, si cerdik, si bodoh, dan lain-lain.
  • Cerita jenaka seringkali dijadikan sebagai sarana hiburan bagi pembacanya.

Kumpulan contoh jenaka yang pendek untuk anak sekolah

Berikut kumpulan contoh cerita jenaka untuk anak sekolah yang lucu dan menghibur serta mengandung pesan moral yang berharga.

1. Contoh cerita jenaka: Abu Nawas yang Ingin Menjual Matahari

Dikisahkan kala itu sejumlah penduduk Baghdad berkumpul di depan istana Khalifah Harun Al-Rasyid. Sebagian berteriak dan meminta agar Abu Nawas ditangkap.

Para penduduk protes karena baliho raksasa milik Abu Nawas yang dipasang di depan rumahnya yang berbunyi, "Dijual Cepat: Matahari Baghdad, Siapa Cepat Dapat Bonus Anak Unta"

Penduduk lainnya merasa panik dan kasak-kusuk di depan istana. Mereka takut sekaligus bingung, jika Matahari Baghdad dijual maka bagaimana mereka bisa hidup?

"Abu Nawas kamu serius mau menjual Matahari?" tanya Khalifah Harun Al-Rasyid sambil mengamati massa yang membludak di depan istananya.

"Benar baginda, supaya kita bisa ikut cara mereka menggunakan otak," jawab Abu Nawas.

"Maksudnya?" Khalifah kembali bertanya.

"Begini baginda, apakah baginda senang infrastruktur di Baghdad terbangun hebat di zaman baginda? Baginda bangga bisa menjadi teladan buat rakyat bahwa selama menjabat jadi khalifah baginda tidak korupsi? Baginda senang tidak mempertontonkan keserakahan dengan menguasai ratusan ribu hektar padang pasir, padahal baginda bisa melakukannya dengan kekuasaan yang sekarang baginda genggam?" beber Abu Nawas.

Khalifah Harun Al-Rasyid yang bingung lantas meminta Abu Nawas untuk menjelaskan maksud dari ucapannya.

"Abu Nawas, coba ke inti masalah!"

"Jika baginda turun dan tanya massa yang sekarang berdemonstrasi itu, ketahuilah bahwa mereka akan menjawab buat apa bangun infrastruktur, infrastruktur tidak bisa dimakan! Jadi, jalan-jalan mulus yang baginda bangun selama ini, puluhan bendungan yang baginda banggakan, lapangan terbang, rel kereta api di Korramabad, pasar-pasar di Kirkuk, itu semua percuma, tak bisa dimakan!" kata Abu Nawas menjelaskan.

Khalifah Harun Al-Rasyid terdiam.

"Baginda bangga tidak korupsi? Anak baginda jual pisang goreng? Itu malah membuat mereka marah dan cemburu. Buat mereka baginda mestinya korupsi agar mereka tak repot-repot lagi bikin isu tak masuk akal, misalnya baginda keturunan Mongolia, baginda memusuhi ulama, baginda membiarkan partai Ba'ts yang sudah dilarang tumbuh lagi, wah pokoknya banyak baginda,"

"Lalu apa hubungannya dengan menjual Matahari?" tanya Khalifah Harun Al-Rasyid.

Abu Nawas kemudian menjelaskan apa yang dianggap Khalifah Harun sebagai prestasi nasional justru dianggap pemborosan dan membebani negara karena mereka terbiasa melihat prestasi yang ada di ruang gelap. Di ruang gelap, gadis cantik tak terlihat, sebatang emas bisa dianggap besi.

"Tapi kalau pun mata mereka tak melihat di ruang gelap, bukankah telinga mereka mendengar, hati mereka terbuka? Bagaimana mungkin mereka menuduhku memusuhi ulama padahal wakilku sekarang adalah ulama besar? Jika pun mereka tak suka aku, bukankah kepada mereka sekarang aku sodorkan ulama yang dulu mereka klaim mereka bela? Mengapa sekarang mereka tinggalkan?"

Abu Nawas kemudian berkata, "Baginda, itulah enaknya melihat dunia di ruang gelap sambil terbalik. Kita bisa menikmati apa yang mereka nikmati selama ini. Baginda tidak capek berpikir rasional?"

Khalifah Harun Al-Rasyid kembali terdiam, Abu Nawas lanjut menjelaskan.

"Percayalah baginda, hanya dengan melihat segala sesuatu di kegelapan, baginda akan paham mengapa selama ini mereka melihat infrastruktur megah, pemerataan pembangunan di daerah tertinggal, semuanya sama sekali tidak berguna karena tak bisa dimakan. Mohon jangan katakan, 'infrastruktur memang tak bisa dimakan, tapi dengan infrastruktur kita semakin mudah cari makan,' itu cara berpikir rasional dan normal, paduka,"

Massa di depan istana semakin membludak. Khalifah Harun Al-Rasyid masih diam, ia lantas memberi isyarat membenarkan ucapan Abu Nawas.

"Jadi, boleh saya menjual Matahari?"

Kisah ini menunjukkan Abu Nawas sebagai pribadi yang cerdas dan peduli. Mimpi tak akan nyata karena keajaiban, butuh keringat, kebulatan tekad dan kerja keras untuk mewujudkannya.

2. Contoh cerita jenaka pendek Pak Pandir

Di sebuah kota yang terletak di sebelah timur kota Baghdad, hiduplah seorang laki-laki yang dipanggil Pak Pandir. Ia dipanggil dengan julukan “pandir” karena mudah percaya apa pun perkataan orang. Bahkan, anak-anak kecil sering mempermainkannya. 

Suatu hari, Pak Pandir Ingin menjual kambing dan menampungnya ke kota. Untuk sampai ke kota, ia harus menempuh perjalanan jauh. Pak Pandir juga membawa beberapa helai baju dan perlengkapan minum. Supaya kedua peliharaannya tidak tercecer atau lepas di jalan, ia mengikat kambing tersebut di ekornya. Pak Pandir juga menggantungkan lonceng di leher kambingnya.

"Selama lonceng itu masih berbunyi berarti kambingku masih aman," pikirnya. Di tempat lain, tiga orang penyamun siap menghadangnya. "Aku akan ambil kambingnya, kau ambil keledainya, dan kau ambillah baju kumalnya," kata penyamun pertama.

Di tempat yang rimbun dan tersembunyi, penyamun pertama menunggu Pak Pandir. Ketika Pak Pandir lewat, diam-diam ia memutus tali yang mengikat kambing di ekornya, lalu lonceng di leher kambing ia ikatkan di ekornya.

Lonceng masih berbunyi, Pak Pandir berpikir bahwa kambingnya masih ada. Namun, ketika ia menoleh ke belakang, betapa terkejutnya ia ketika menyadari kambingnya sudah tidak ada. la duduk dan menangis keras.

Tiba-tiba seseorang datang menghampirinya. la adalah penyamun kedua.

"Hei, mengapa Anda menangis, Pak Tua?" sapa penyamun itu.

“Kambingku dicuri orang!” kata Pak Pandir

“Ah, itu kambingmu? Tadi aku melihat seorang lelaki menyeret-nyeret kambing di dekat lapangan rumput. Larilah ke sana, Anda pasti masih sempat mengejarnya, Pak Tua.”

"Betulkah? Baiklah, aku akan mengejarnya. Tolong jaga dulu keledalku sampal aku kembali," kata Pak Pandir

"Baiklah," kata si penyamun dengan ramah. Pak Pandir memberikan ikatannya pada penyamun itu dan berlari ke arah yang ditunjuk orang asing itu padanya.

Ternyata, Pak Pandir tidak menemukan apa-apa. la kembali terkejut ketika kembali ke tempat ia menitipkan menenangkannya. Lelaki asing dan berkumpulnya juga sudah tidak ada. Segera ia sadar bahwa ia telah ditipu.

Tiada hal lain yang bisa ia lakukan kecuali kembali ke desanya, la menempuh jalan kembali ke desanya dengan sedih.

Di perjalanan, ia mendengar suara orang menangis seperti dirinya. Seorang laki-laki sedang melolong di pinggir sebuah sumur. 

Mengapa kau menangis seperti Itu?" sapa Pak Pandir.

Laki-laki itu tersedu-sedu kemudian berkata, "Aku sedang mengalami masalah berat. Aku tadi melongok ke dalam sumur itu, tiba-tiba kantong-kantong permataku terjatuh ke dalamnya. Kau tahu Pak Tua, permata-permata itu milik penguasa negeri ini dan bernilai sangat tinggi. Aku pasti akan dipenjarakan. Aku tak bisa mengambilnya ke dalam, aku tidak bisa berenang!”

Pak Pandir merasa iba. Saya merasa masalah yang dihadapinya tidak lebih berat daripada yang dialami laki-laki ini.

"Selain permata bernilai tinggi. di dalam kantong itu juga terdapat sepuluh keping emas. Aku akan menghadiahkan kepingan emas itu bagi siapa saja yang bisa mengambilkan kantong permata itu untukku,” kata laki-laki itu lagi.

Pak Pandr tertarik dengan hadiah yang dijanjikan. la bersedia mengambilkan kantong emas itu.

“Akan aku ambilkan kantung permata itu, tetapi aku tak ingin bajuku basah. Maukah kau menjaga bajuku?” kata Pak Pandir. Laki-laki itu bersedia menjaga pakaian Pak Pandir. Mulailah Pak Pandir masuk ke dalam sumur. 

Beberapa saat di dalam sumur, Pak Pandir tidak menemukan apa-apa. Kemudian, ia kembali ke atas. Apa yang terjadi? Laki-laki itu sudah tidak ada di sana, begitu juga pakaian Pak Pandir. Barulah Pak Pandir sadar bahwa ia kembali tertipu. Laki-laki tersebut adalah penyamun ketiga.

Dengan pikiran kacau-balau, ia kembali ke desa dan menceritakan pengalamannya kepada siapa saja yang ditemuinya. Orang-orang yang mendengarnya, tertawa terpingkal-pingkal.

Semenjak itu, para tetangga sering mengundang Pak Pandir untuk menceritakan pengalamannya tersebut. la selalu disuguhi makanan enak. Ternyata pengalaman buruknya membawa keuntungan baginya. la bisa mendapatkan makanan yang lezat dengan gratis.

3. Contoh cerita jenaka pendek untuk anak SD tentang Pak Belalang

Halban Cundung adalah sebuah negeri kaya yang dipimpin oleh Raja Indera Maya. Meski demikian, tidak lantas semua rakyatnya hidup sejahtera.

Dikisahkan di sebuah desa dalam kerajaan tersebut, hiduplah seorang laki-laki bernama Pak Belalang yang berada dalam kemiskinan karena kemalasannya. la lantas berpura-pura menjadi ahli nujum.

Karena berbagai peristiwa yang terjadi secara kebetulan, ia berhasil mènjawab pertanyaan-pertanyaan sulit dan meramal suatu kejadian. Dari situlah ia mendapat imbalan berupa padi, jagung, ayam, dan bahan-bahan makanan lainnya. Singkat cerita, Pak Belalang menjadi kaya dan terkenal sebagai ahli nujum yang hebat.

Pada saat yang sama, Sang Raja sedang menghadapi permasalahan yang besar. Peti-peti yang berisi harta kekayaan kerajaan hilang diambil orang. Sang Raja berusaha mengirimkan prajurit, telik sandi, bahkan para peramal untuk mencari keberadaan peti-pet tersebut namun tidak ada hasilnya.

Tidak ada satu orang pun yang dapat membantu Raja. Saat sang Raja sudah hampir putus asa, tiba-tiba penasihat keraton teringat dengan sosok Pak Belalang. Seorang ahli nujum yang konon mampu memecahkan berbagai masalah di desanya. Setelah berdiskusi dengan Raja dan pejabat kerajaan lainnya, diputuskanlah untuk memanggil Pak Belalang ke istana.

"Pak Belalang" seru Raja indera sambil berjalan mondar-mandir

“Iya, Paduka Raja" jawab Pak Belalang sambil menundukkan kepala.

“Beberapa hari yang lalu, peti-peti yang berisi emas dan perhiasan kerajaan hilang dicuri orang. Jumlahnya ada tujuh peti. Saya datangkan kamu ke sini untuk mencari di mana harta itu. Kamu akan saya beri imbalan yang besar Namun, jika gagal kamu akan saya penjarakan” ujar Raja Indera. 

Pak Belalang hanya mengangguk ketakutan, Bagaimana mungkin mengetahui keberadaan pencuri itu, meramalkan nasibnya saja ia tak sanggup. Ingin rasanya Pak Belalang mengakui bahwa ia hanya berpura-pura menjadi ahli nujum. Namun, diurungkan niatnya, ia takut sang Raja semakin murka.

"Mohon maaf, Paduka izinkan hamba pulang ka desa terlebih dahulu. Kitab-kitab ramalan saya tertinggal di rumah semua. Hamba tidak bisa meramal tanpa kitab-kitab itu,” pinta Pak Belalang kepada Raja. la berusaha mengulur waktu mengatur siasat bagaimana cara keluar dari permasalahan itu. Pak Belalang benar-benar ketakutan, tapi ia berusaha tetap tenang menyelesaikan masalah.

Baiklah, kamu saya beri waktu satu minggu untuk ini. Tapi ingat, jangan sekali kali membohongi saya. Pengawal saya akan dengan mudah menemukan keberadaanmu,” ancam sang Raja kepada Pak Belalang.

Pak Belalang pulang dengan hati gelisah. Kemana ia akan mencari pencuri-pencuri itu. Sesampai di rumah, ia minta dimasakkan yang banyak kepada istrinya. Pak Belalang ingin makan enak supaya pikirannya jernih.

Apalagi hari ini ia baru saja mendapat upah dari kerajaan. Meskipun terkesan garang, ternyata sang Raja sangat baik. la memberikan banyak bahan makanan kepada Pak Belalang

Sambil berbaring di dipan, Pok Belalang berpikir dan ia berbicara sendiri. Menghitung berapa makanan yang dimasak istrinya "Satu.. Dua… Tiga…” Terdengar suara adonan dimasukkan ke penggorengan, "Empat… Lima… Enam… Tujuh… Wah, banyak juga, ya" ujar Pak Belalang. Tiba-tiba saja, terdengar suara pintu diketuk. Pintu dibuka, masuklah beberapa orang yang tak dikenal, Wajah mereka pucat tampak sangat ketakutan,

"Tolong, Pak. Jangan laporkan kami kepada Raja. Kamilah orang yang mengambil peti-peti perhiasan itu. Kami akan memberitahumu di mana kami menyimpannya. Tapi tolong jangan laporkan kami” ucap salah satu dari kawanan orang itu penuh rasa takut. 

Sementara Pak Belalang hanya terdiam. Mencoba menebak apa yang sebenarnya terjadi. Setelah tamu-tamunya tenang barulah ia berkata, "Bagaimana kalian tahu kalau aku sedang mencari kalian?” 

“Pak Belalang orang hebat di desa ini. Tahu segalanya. Bahkan, saat kami datang, Pak Belalang sudah tahu dan menghitung jumlah kami, yaitu tujuh orang. Sungguh, kami memuji kehebatan Bapak. Ampunilah kami” ujar salah satu pimpinan pencuri itu.

Setelah berdiskusi, mereka sepakat untuk menunjukkan di mana peti-peti itu disimpan. Pak Belalang pun menghadap sang Raja lalu menunjukkan di mana perhiasan itu berada. Setelah itu, Raja pun menghadiahi Pak Belalang dengan satu peti perhiasan dan hendak mengangkatnya menjadi ahli nujum negara. Namun, Pak Belalang menolak dengan alasan ilmunya telah musnah untuk menemukan para pencuri tersebut. Sebenarnya Pak Belalang takut kebohongannya akan mendapat balasan dari Tuhan.

Setelah peristiwa itu, Pak Balolong kembali ke desa. la menjual hadiah yang diberikan raja untuk membeli sawah dan hewan ternak. Pak Belalang rajin bekerja sebagai petani dan tak lagi meramal-ramal kejadian.

Ketika diminta bantuan untuk meramal, Pak Belalang hanya menasihati dan menyarankan agar orang itu berpasrah kepada Tuhan. Semua yang terjadi di dunia ini atas kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa. Meskipun demikian, warga tetap menganggap ia sebagai ahli nujum yang sakti dan baik hati. 

4. Contoh cerita fabel jenaka tentang Musang Berjanggut

Alkisah, di daerah Deli terdapat orang-orang istana yang licik. Hawa nafsu telah membuat orang-orang istana menjadi licik, menghalalkan segala cara, tidak memiliki harga diri, dan tak memiliki rasa malu. Anehnya, ketika mereka saling tahu kebusukan masing-masing, mereka saling menyembunyikan, menutupi, dan saling mengikat.

Raja memerintahkan Cik Awang, suami Syarifah, perempuan berparas cantik, untuk mencari musang berjanggut. Jika tidak dapat, maka leher Cik Awang akan dipenggal. Cik Awang gelisah karena tidak mungkin ada musang berjanggut. Namun, Syarifah paham, perintah Raja itu merupakan siasat untuk menyingkirkan suaminya dan menjadikannya istri.

Tidak hanya Raja yang menginginkan Syarifah, tapi diam-diam para menteri kerajaan, yaitu Datuk Bendahara, Tumenggung, dan Datuk Hakim juga berupaya mendapatkan Syarifah. Mereka selalu bertandang dan merayu Syarifah. 

Hari itu, Datuk Hakim datang merayu Syarifah. Namun, tiba-tiba Si Kolok, pesuruh Syarifah, mengabarkan Tumenggung segera datang. Datuk Hakim ketakutan. Dia meminta Syarifah menyembunyikan dirinya. Syarifah memasukkan Datuk Hakim dalam peti mati dan mengunci dari luar.

Seperti Datuk Hakim, Tumenggung pun merayu Syarifah. Namun, tak lama kemudian dikabarkan Datuk Bendahara akan datang. Tumenggung yang dalam struktur jabatan lebih rendah, ketakutan. Dia minta Syarifah menyembunyikan dirinya. Syarifah menyarankan Tumenggung berdiri di pojok rumah, berpura-pura jadi patung hiasan. Tak ada pilihan Tumenggung setuju, meski tubuhnya sering gatal-gatal. Masuklah Datuk Bendahara. Dia juga melamar Syarifah. Namun, giliran Raja dikabarkan datang.

Datuk Bendahara takut setengah mati. Dia minta disembunyikan. Syarifah menyembunyikan Datuk Bendahara dalam gentong. Ketika Raja datang ingin melamar Syarifah dengan cara memaksa, para menteri itu tidak menerima dengan perlakuan raja Sampai kemudian, terjadi keributan. Dari dalam gentong, Datuk Bendahara diam-diam meraih buah-buahan yang dibawa Raja. Tak sengaja tangannya menyentuh patung Tumenggung. Tumenggung terperanjat dan berteriak. Semua jadi kacau. Rahasia Raja, Tumenggung, dan Bendahara terkuak.

Sementara Datuk Hakim tetap diam di peti mati. Ketika Raja menagih pada Cik Awang untuk menunjukkan musang berjanggut, Syarifah dan Cik Awang langsung membuka peti mati. Terlihatlah Datuk Hakim di sana. Raja, Tumenggung, dan Datuk Bendahara yang merasa rahasianya pun diketahui Datuk Hakim terkejut dan serempak membenarkan bahwa yang di dalam peti mati itu adalah musang berjanggut.

Untuk menutup rasa malu dan kebejatannya. Raja kemudian memuji dan memberikan jabatan untuk Cik Awang yang berhasil menemukan musang berjanggut.

5. Contoh cerita jenaka pendek tentang Lebai Malang

Alkisah seseorang bernama Pak Lebai yang hidup di tepi sungai di sebuah desa di wilayah Sumatera Barat. Pada suatu hari, ia mendapat undangan pesta dari dua orang kaya yang diadakan pada hari dan waktu yang bersamaan.

Pak Lebai bingung harus mendatangi undangan yang mana, karena kedua undangan memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing. la berpikir, kalau ia pergi ke pesta di hulu sungai, tuan rumah akan memberinya hadiah dua ekor kepala kerbau. Namun la belum begitu kenal dengan tuan rumah tersebut dan masakan orang-orang hulu sungai tidak seenak orang hillr sungal. 

Tetapi, kalau pergi ke pesta di hilir sungai, ia akan mendapat hadiah seekor kepala kerbau yang dimasak dengan enak. la juga kenal betul dengan tuan rumah tersebut. Bedanya lagi, tuan rumah di hulu sungai akan memberi tamunya dengan tambahan kue-kue yang lezat. Akhirnya, itu ia mulai mengayuh perahunya, meskipun belum juga dapat memutuskan pesta mana yang akan dipilih.

Dikayuhnya sampan menuju hulu sungai. Baru tiba di tengah perjalanan, la mengubah pikirannya. la berbalik mendayung perahunya ke arah hilir. Begitu hampir sampai di desa hilir sungai, ia melihat beberapa tamu menuju hulu sungai. 

Tamu tersebut mengatakan bahwa kerbau yang disembelih di sana sangat kurus. la pun mengubah haluan perahunya menuju hulu sungai. Setibanya di tepi desa hulu sungai, para tamu sudah beranjak pulang. Pesta di sana sudah selesai. Lalu, la cepat-cepat mengayuh perahunya menuju desa hilir sungai. Sayangnya, di sana pun pesta sudah berakhir.

Kedua pesta telah berakhir, Pak Lebai hanya tinggal menyesali kenapa ia tak menghadiri salah satunya, sehingga kerbau yang diinginkannya pun lenyap begitu saja. Padahal saat itu ia sangat lapar. Kemudian ia memutuskan untuk memancing ikan dan berburu. Lalu ia membawa bekal nasi dan tidak lupa ia pun mengajak anjing kesayangannya. Setibanya di sungai, ia mempersiapkan peralatan untuk memancing. 

Setelah menemukan tempat yang nyaman untuk memancing, Pak Liebai melemparkan kailnya ke tengah-tengah sungai. Dengan sabar ia menunggu kailnya dimakan ikan. Setelah memancing agak lama, kailnya dimakan ikan. Namun, kail itu menyangkut di dasar sungai. Pak Lebal pun terjun untuk mengambilkan tersebut.

Sayangnya, ikan itu dapat meloloskan diri. Sementara ia terjun, anjingnya memakan nasi yang dibawanya. Akhirnya, ia menggigit jari dan tak ada lagi yang dapat dimakan untuk mengisi perutnya yang semakin keroncongan. Kemalangan telah menimpanya hingga diketahui banyak orang. Sejak saat itu, Pak Lebal mendapat julukan dari orang orang sekampung sebagai Pak Lebai Malang Perahu. 

6. Contoh cerita jenaka pendek untuk diceritakan ke anak tentang Sepeda Baru

Pak Rahmat terkenal sebagai sosok dermawan di kampungnya. Dia senang menolong sesama yang membutuhkan. Namun, Pak Rahmat harus tahu dulu untuk apa uang atau bantuan yang akan dia berikan. Jika digunakan untuk hal-hal yang baik, Pak Rahmat tidak pernah merasa sayang memberikan bantuannya. Lain halnya, jika digunakan untuk hal-hal yang tidak baik, Pak Rahmat akan enggan memberikan bantuan.

Suatu hari, Rudi, tetangga Pak Rahmat yang juga teman sepermainan Arsyad, datang ke rumahnya. 

“Pak Rahmat.” kata Rudi setelah dipersilakan duduk. “Ada anak kecil di kampung kita yang ingin sepeda baru. Sayangnya, orang tua anak itu tidak punya uang. Kasihan betul anak itu! Keinginannya punya sepeda baru belum terpenuhi sehingga ia sangat sedih.”

Pak Rahmat merasa prihatin mendengar cerita Rudi.

“Benar begitu, Rud?”

“Benar, Pak,” Rudi menganggukan kepalanya. “Anak kecil itu ingin punya sepeda untuk pergi dan pulang sekolah. Keinginannya itu sampai terbawa dalam mimpinya!”
Pak Rahmat yang merasa iba, lantas memberikan sejumlah uang kepada Rudi. Uang itu untuk anak yang sangat menginginkan sepeda baru. 

“Bapak bahagia, kamu sangat peduli kepada sesama.” kata Pak Rahmat sambil menepuk-nepuk bahu Rudi. “Sebagai orang yang beriman, kita memang harus seperti itu.”
Rudi terdiam. Kepalanya terangguk-angguk.

“Kalau Bapak boleh tahu,” kata Pak Rahmat lagi, “Siapa anak kecil yang ingin punya sepeda baru itu, Rud?”

“Anak kecil itu… emmm… aku sendiri, Pak.”

Pak Rahmat hanya menggeleng-gelengkan kepala setelah mengetahui siapa sesungguhnya anak kecil yang membutuhkan sepeda baru itu! Namun, Pak Rahmat tidak merasa dibohongi oleh Rudi. Pak Rahmat juga tidak marah. Baginya, yang penting ia dapat membantu sesama. 

7. Contoh cerita jenaka pendek tentang Kancil dan Buaya

Pada musim kemarau panjang, tumbuhan yang menjadi makanan bagi para hewan di hutan banyak yang mati dan mengering. Makanan seperti rumput dan buah-buahan pun juga sulit didapatkan. 

Sudah berhari-hari si kancil berjalan-jalan di hutan untuk mendapatkan sumber makanan baru. Namun selama itu pula, ia hanya menemukan rumput-rumputan kering yang terpaksa dimakannya. 

Sepanjang perjalanan, ia melamunkan padang rumput yang subur dan di tengah-tengahnya terdapat kolam jernih yang membuatnya dapat minum dengan puas. Hal tersebut lantas membuat kancil merasa semakin lapar dan tiba-tiba membuatnya teringat sesuatu.

Kancil berjalan menuju ke arah sungai, kali ini langkahnya lebih cepat. Saat tiba di tepi sungai, ia melihat rumput di sana sudah habis disantap oleh hewan lain. Buah-buahan pun tidak ada lagi yang tersisa. 

“Ternyata aku terlambat. Hewan-hewan lain sudah datang kemari dan menghabiskan semua makanan yang ada di sini.” gumam kancil sedih. 

Namun karena lapar, kancil akhirnya melahap sisa-sisa rumput yang ada disana. Ketika hendak menyantap, tiba-tiba matanya tertuju ke arah seberang sungai. Matanya membelalak dan hatinya sontak merasa senang.

“Asyik! Aku bisa berpesta! Namun, bagaimana caranya aku bisa ke sana?” pikir kancil. 

Ternyata, sejak kancil tiba di tepi sungai ada seekor buaya yang mengamatinya diam-diam. Kancil yang terlalu serius memikirkan caranya agar sampai ke seberang sungai, sontak terkejut saat buaya langsung membuka moncongnya dan siap melahapnya. 

Kancil yang sigap mampu menghindar dengan mundur beberapa langkah. 

Ia semakin berpikir keras bagaimana caranya agar bisa selamat dari terkaman buaya dan mampu menyeberangi sungai menuju padang rumput subur yang dilihatnya tadi. 

Tak butuh waktu lama, kancil mendapatkan ide cerdik. 

“Wahai buaya, apakah kau tidak kasihan padaku? Aku belum makan sejak kemarin. Jika kau ingin menjadikanku santapanmu, aku rela menyerahkan diri. Namun izinkanlah aku untuk makan terlebih  dahulu. Bukankah jika aku sudah makan maka nanti dagingku akan lebih banyak?” kata kancil memelas. 

“Kau tidak sedang mengerjaiku kan, Kancil?” tanya buaya tidak percaya dengan rencana kancil. 

“Bukan begitu buaya, kau jangan khawatir. Saat ini tubuhku terlalu kurus. Jika aku makan terlebih dahulu di padang rumput di seberang sungai maka tubuhku akan menggemuk. Nantinya kau bisa membagi dagingku dengan teman-temanmu yang lain.” kata kancil. 

“Namun bagaimana caraku membawamu ke seberang sana? Aku tidak akan kuat menggendongmu sendiri.” ujar buaya. 

“Bukankah nanti akan memakanku bersama dengan kawan-kawanmu? Kalau begitu, panggillah mereka. Minta mereka berjajar dari sini hingga ke seberang sungai.” pinta kancil. 

“Untuk apa hal itu?” tanya buaya lagi. 

Kancil lalu menjelaskan. “Aku perlu tahu berapa banyak buaya yang akan memakanku. Jadi di sana, aku akan memakan rumput sebanyak itu pula. Kalau aku makan terlalu sedikit, maka ada kawan-kawanmu yang tidak kebagian dagingku.” jelas kancil.

Buaya mulai terpengaruh dengan rencana kancil. Ia pun segera memanggil teman-temannya. Tak berapa lama kemudian, mulailah bermunculan teman-teman dari buaya dan mereka kemudian membentuk barisan hingga ke seberang sungai. 

“Kami sudah siap. Silakan mulai menghitung!” teriak buaya. 

Dengan gembira, kancil mulai melangkahkan kakinya di atas punggung para buaya yang berjajar bagaikan membentuk sebuah jembatan. 

Kancil pun menghitung sampai pada buaya terakhir. 

Ketika sudah sampai di seberang, kancil langsung melompat ke darat. Ia langsung memanjat tanah berbukit tidak jauh dari sana.

“Teman-teman semua, terima kasih atas jasa kalian membantuku menyeberang hingga ke tempat ini! Setelah aku lihat-lihat, ternyata makanan di tempat ini sangat banyak. Jadi aku memutuskan untuk menetap disini dalam jangka waktu yang cukup lama. Sehingga kalian tidak perlu repot-repot menunggu!” teriak kancil disertai tawa terbahak-bahak. 

Mendengar hal tersebut, para buaya sontak merasa kesal dan marah karena ditipu oleh kancil. 

Namun, karena kancil berada di atas bukit dan berlari jauh, mereka tidak bisa mengejarnya. 

Cerita berakhir dengan kancil yang akhirnya bisa menikmati makanan di padang rumput seberang sungai. Sementara buaya yang kesal tidak dapat menikmati santapan daging kancil karena telah ditipu. 

8. Contoh cerita jenaka pendek untuk diceritakan ke anak tentang Rubah dan Gagak

Pada suatu hari, hiduplah seekor rubah yang sedang kelaparan karena belum makan. Kemudian, rubah tersebut melihat seekor gagak yang terbang melintas membawa sepotong daging di paruhnya. Gagak tersebut pun hinggap di dahan pohon.

Rubah pun akhirnya menghampiri ke bawah pohon tempat gagak hinggap. Ia memuji gagak hingga gagak tersebut pun senang dan tersipu malu.

Melihat reaksi gagak, rubah melanjutkan rencananya. Ia kembali memuji gagak.

"Melihat penampilanmu yang luar biasa, aku yakin suaramu pasti melebihi suara burung lain di hutan ini. Biarkanlah aku mendengar satu lagu darimu, Nyonya Gagak. Tentu akan terdengar sangat merdu!" kata rubah.

Gagak yang merasa tersanjung pun mulai bernyanyi. Potongan daging yang tadi ada di paruhnya pun terjatuh ke tanah dan dengan cepat dibawa pergi oleh rubah. Gagak pun menyesali peristiwa tersebut. Ia menyesal karena lengah telah dipuji.

9. Contoh cerita jenaka Raja dan Bau Napas

Raja Hino, Raja Kerajaan Pastina, sedang sakit. Ia hanya bisa berbaring seharian di kerajaan. Ia pun tidak bisa memimpin kerajaan dengan baik. Bagaimanapun, Kerajaan Pastina tetap membutuhkan seorang raja. Tanpa raja, semua urusan akan sedikit kacau. Raja Hino menyadari hal tersebut. 

“Ayah memanggil saya?” tanya Pangeran Gio, putra semata wayang Raja Hino.

Raja Hino mengangguk, “Ayah ingin kamu jadi raja,” katanya.

“Apa?! Ayah bercanda? Aku, kan, masih 16 tahun, Ayah. Selain itu, aku juga tidak bisa membaca dan menulis.” jawab Pangeran Gio.

“Astaga, Gio. Kenapa kamu masih belum belajar baca tulis dari dulu?”

“Maaf, Ayah. Aku sibuk berlatih perang dan berburu.” jawab Pangeran Gio. 

“Tapi, Nak, Kerajaan akan kacau balau tanpa adanya raja. Penasihat kerajaan juga baru diberhentikan karena menipu Ayah. Karena itu, bisa tidak bisa, kamu harus memimpin Kerajaan Pastina.”

“Tapi, Ayah…”

“Tidak ada tapi-tapian. Ayah akan tetap membimbingmu nanti di sini nanti.”

Pangeran Gio tidak punya pilihan. Meski tidak bisa menulis dan membaca, ia masih bisa berbicara. Jadilah kini Kerajaan Pastina memiliki raja muda yang tidak bisa membaca dan menulis.

Awal memimpin, tidak ada masalah yang dihadapi Raja Gio. Ayahnya sering membantu pekerjaan Raja Gio. Setiap ada masalah sulit, Raja Gio mendapatkan jalan keluar dari ayahnya. Begitulah seterusnya tanpa ada masalah.

Suatu hari, Raja Gio pergi berburu. Dua pengawalnya lupa membawa bekal. Terpaksa Raja Gio mencari buah-buahan. Sayangnya, Raja Gio dan dua pengawalnya tak menemukan satu buah pun yang bisa dimakan. Seorang kakek tua tiba-tiba melintas. Ia membawa dua buah apel di tangannya.

“Kakek Tua, bolehkah aku minta apel itu?” kata Raja Gio. 

“Maaf, Tuan. Apel-apel ini untuk putri saya yang sedang sakit,” jawab kakek tua.

“Kamu tidak tahu siapa saya? Saya ini raja. Pengawal, ambil apel kakek tua itu!” kata Raja Gio marah.

Dua pengawal Raja Gio lalu merebut apel si kakek tua. Kakek tua itu tidak bisa berbuat apa-apa. Tubuhnya terlalu lemah untuk melawan. Raja Gio pun memakan dua apel rampasannya dengan lahap. Sekejap kemudian perutnya sudah kenyang. Ia pun siap berburu kembali. 

Setelah mendapatkan seekor kelinci, Raja Gio kembali ke kerajaan. Saat mandi, ia mencium bau tidak sedap. Ia mencoba mencari bau tersebut. 

“Bau apa ini?” tanya Raja Gio bingung. Namun, sejenak kemudian, ia menyadari bahwa bau tidak sedap itu berasal dari mulutnya.

Raja Gio mencoba menghilangkan bau mulutnya dengan aneka minuman. Ia juga mencoba makan makanan apa pun. Berbagai cara ia lakukan. Namun, bau mulutnya tetap saja tidak hilang. 

Khawatir dan malu, Raja Gio pun membohongi ayahnya bahwa ia tidak bisa berbicara karena sedang sakit tenggorokan. Setiap kali berbicara, Raja Gio mendapati bau tidak sedap. Ia menjadi tidak percaya diri. Oleh karena itu, mulai saat ini, ia memutuskan untuk tidak bicara.

Pengawal kerajaan dan rakyat pun bertanya-tanya kenapa Raja Gio mendadak jadi bisu. Namun, tidak seorang pun berani bertanya. Kini, Raja Gio bahkan memerintahkan para pengawalnya untuk menggunakan bahasa isyarat tubuh.

Suatu hari, ada masalah di kerajaan. Setelah Raja Gio lama tak berburu, para pemburu mulai berani memburu burung merak tiap hari. Jumlah burung merak pun semakin sedikit. Mengetahui hal itu, Raja Gio memberi isyarat kepada para pengawal dengan menggeserkan telunjuk di leher yang berarti, “Masukkan pemburu ke penjara”.

Sayangnya, para pengawal kerajaan menyalahartikan perintah itu. Para pengawal kerajaan justru mengira Raja Gio memerintahkan menyembelih merak-merak itu dan memasaknya. Raja Gio tentu saja terkejut.

Masalah lain muncul. Seorang penarik pajak dilaporkan tidak adil. Menghadapi masalah ini, Raja Gio lalu mengambil timun dan mengiris-iris timun itu. Raja Gio sebenarnya ingin mencontohkan cara menarik pajak dengan adil, seperti irisan-irisan timun yang sama besar. Ia menunjukkan irisan timun itu kepada pengawal dan penarik pajak.

Tak lama berselang, perasaan Raja Gio tidak enak. Ia kemudian mencoba menengok keadaan penarik pajak. Betapa terkejutnya Raja Gio saat mengetahui bahwa penarik pajak akan dipotong-potong, seperti mentimun. Raja Gio benar-benar bingung. Susah sekali memerintah kerajaan dengan bahasa isyarat. Andai saja ia bisa membaca dan menulis. 

Masalah kembali muncul saat Raja Gio menjamu tamu dari kerajaan tetangga. Sebelumnya, Raja Gio memberi isyarat bahwa ia tidak bisa bicara karena sakit. Saat makan, Raja tidak konsentrasi. Tanpa sengaja, ia makan sambal. Karena kepedasan, Raja Gio menjulur-julurkan lidahnya. Raja Coki, tamu Raja Gio, merasa tersinggung. Raja Gio dianggap mengejeknya. Karena itu, Raja Coki akan kembali dengan ribuan pasukan untuk menyerang Kerajaan Pastina.

Raja Gio pun panik. Ia pun menemui ayahnya, Raja Hino. Raja Gio segera menjelaskan semuanya. 

“Temuilah kakek tua itu di hutan dan minta maaflah padanya.” nasihat Raja Hino.

Raja Gio bergegas pergi ke hutan. Untungnya ia tidak kesulitan menemukan kakek yang dulu ia rampas apelnya. Raja Gio pun meminta maaf. Ia juga mengganti apel milik kakek tua itu dengan sekeranjang apel dari kerajaan.

Raja Gio lalu meneruskan perjalanan menemui Raja Coki di kerajaan tetangga. Ia ingin meminta maaf dan menjelaskan semuanya. Untunglah, Raja Coki memaklumi keadaan Raja Gio. Perang pun dibatalkan. Setelah kejadian ini, Raja Gio rajin belajar membaca. Ia tidak ingin ada masalah lagi gara-gara tidak bisa membaca dan menulis.

Itulah, Bunda, beberapa contoh kumpulan cerita jenaka singkat dan lucu untuk anak. Semoga pilihan cerita jenaka tersebut dapat bermanfaat sebagai bahan bacaan lainnya untuk Si Kecil ya, Bunda!

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda