HaiBunda

PARENTING

Ketahui Ciri-ciri Kejang pada Anak yang Berbahaya

Annisya Asri Diarta   |   HaiBunda

Kamis, 16 May 2024 08:10 WIB
Kenali kejang berbahaya pada anak/ Foto: Getty Images/iStockphoto/PeopleImages

Ketika anak mengalami kejang secara tiba-tiba pastinya membuat orang tua merasa khawatir dan panik. Kejang merupakan hasil dari ledakan aktivitas listrik secara tiba-tiba dan tidak terkendali di otak, sehingga menimbulkan perubahan perilaku, gerakan, perasaan dan tingkat kesadaran. Gejala kejang pada anak-anak perlu perhatian khusus, Bunda terutama pada bayi dan balita.

Terdapat banyak jenis kejang, gejala serta tingkat keparahannya. Jenis kejang berbeda-beda tergantung pada lokasi awalnya di otak dan seberapa jauh penyebarannya. Sebagian besar kejang berlangsung selama 30 detik hingga dua menit, tetapi kejang yang berlangsung lebih dari lima menit dianggap sebagai keadaan darurat medis dan memerlukan perhatian segera.

Saat Si Kecil demam tinggi dan mengalami kejang, hal ini menjadi tanda bahwa keadaan mereka membutuhkan evaluasi medis dengan segera. Bunda perlu waspada terhadap gejala-gejala lain seperti muntah, lemas, atau kebingungan yang terjadi sebelum atau setelah kejang.


Apabila Si Kecil mengalami dua atau lebih kejang dalam rentang waktu 24 jam yang tidak diketahui penyebabnya. Hal ini dianggap kejang yang cukup serius dan berbahaya, Bunda.

Memahami ciri-ciri kejang yang berbahaya merupakan langkah penting dalam menjaga keselamatan anak. Dengan mengenali tanda-tanda peringatan dan bertindak cepat, Bunda juga membantu memastikan bahwa anak menerima perawatan yang sesuai dan mengurangi risiko komplikasi yang berbahaya.

Proses terjadinya kejang

Menilik Cleveland Clinic, kejang terjadi karena gangguan pada sistem komunikasi neuron di otak. Ketika neuron melepaskan sinyal listrik secara tidak terkendali, hal ini memicu serangkaian reaksi yang menyebabkan terjadinya kejang. Semakin banyak neuron yang terlibat dalam proses ini, semakin parah kejang yang dialami, Bunda.

Kerusakan pada neuron akibat kejang terjadi ketika proses kejang berlangsung terlalu lama, atau terjadi secara berulang. Hal ini menyebabkan kerusakan permanen pada sel-sel otak, pada gilirannya dapat memengaruhi fungsi otak anak secara keseluruhan.

Sementara itu, kejang juga dapat memengaruhi keseimbangan kimia dalam darah, sehingga berdampak buruk pada otak jika berlangsung dalam jangka waktu yang lama, Bunda.

Bagaimana penyebaran kejang dalam tubuh?

Mengetahui lokasi terjadinya kejang dalam otak berperan penting pada proses diagnosis dan penanganan kejang. Jenis kejang yang dialami oleh anak dapat memberikan petunjuk tentang letak gangguan aktivitas listrik terjadi.

Kejang umum terjadi di kedua sisi otak dan sering kali menyebabkan efek yang lebih luas dan parah. Kemudian bisa menyertakan kejang ke seluruh tubuh atau kehilangan kesadaran pada Si Kecil.

Di sisi lain, kejang fokal juga dikenal sebagai kejang parsial yang terjadi hanya di satu sisi otak. Hal ini menyebabkan gejala yang terlokalisasi pada bagian tertentu dari tubuh atau fungsi otak. Meski awalnya terjadi di satu sisi otak, kejang fokal terkadang dapat menyebar dan menjadi kejang umum.

Faktor pemicu kejang pada anak

Menilik penjelasan di laman Kemenkes, kejang pada anak dapat dipicu oleh beberapa faktor. Berikut deretannya:

1. Demam

Ketika Si Kecil mengalami peningkatan suhu tubuh lebih dari 38 derajat Celsius saat demam, dapat memicu gejala kejang. Hal ini dinamakan kejang demam. Diungkap dr. Devia Irine Putri dari RS dr. Mohammad Hoesin Palembang bahwa kejang demam dapat menyerang bayi berusia enam bulan.

“Kondisi ini umumnya dialami oleh anak berusia 6 bulan sampai 5 tahun. Orang awam menyebut demam ini dengan ‘step’ pada anak. Biasanya, peningkatan suhu yang menyebabkan kejang ini bisa dipengaruhi oleh adanya faktor infeksi pada tubuh anak,” ujar Devia seperti yang dikutip dari Kemenkes.

Kejang ini dapat dipicu oleh demam tinggi dan sering kali menjadi pengalaman yang menakutkan bagi orang tua. Namun penting untuk memahami bahwa kejang demam umumnya memiliki dua kategori berbeda yang menentukan tingkat keparahannya.

Kejang demam yang berlangsung kurang dari 15 menit disebut "sederhana". Meski menakutkan, kejang semacam itu biasanya tidak memiliki efek neurologis jangka panjang pada anak. Hal ini berarti bahwa setelah kejang berakhir, anak cenderung pulih sepenuhnya tanpa komplikasi yang serius.

Tetapi jika kejang demam berlangsung lebih dari 15 menit, itu disebut "kompleks" dan dapat menimbulkan risiko perubahan neurologis jangka panjang pada anak. Dalam kasus ini, penting untuk segera mencari bantuan medis untuk mengevaluasi dan mengelola kondisi dengan tepat.

2. Epilepsi

Kejang juga dipicu oleh epilepsi, hal ini merupakan kondisi di mana terjadi kejang berulang tanpa penyebab yang jelas. Sebelum kejang terjadi, anak mungkin beraktivitas seperti biasa, dan setelah kejang berakhir, mereka kembali ke kegiatan sehari-hari.

Gejala epilepsi tidak selalu harus terjadi dalam bentuk kelojotan dan busa. Kejang epilepsi dapat bervariasi, mulai dari kekakuan otot di seluruh tubuh, kejang sebagian pada lengan atau tungkai, kedutan di sebelah mata atau wajah, hingga hilangnya kesadaran sesaat di mana anak terlihat bengong atau melamun.

Beberapa anak juga mungkin mengalami sentakan tiba-tiba pada tangan atau kaki, bahkan tiba-tiba jatuh tanpa alasan yang jelas. Gejala kejang ini sangat tergantung pada area otak yang menjadi fokus kejang dan bervariasi pada setiap anak. Pemicu kejang pada anak dengan epilepsi seperti kurang tidur, stres, sakit atau demam, kelaparan, makan berlebihan, paparan cahaya yang terlalu terang.

3. Cedera kepala

Kejang yang timbul setelah cedera kepala pada anak umumnya dapat terjadi dalam minggu pertama setelah cedera terjadi. Namun tak jarang kejang muncul bahkan setelah lebih dari satu minggu berlalu, terutama ketika cedera tersebut mengakibatkan kerusakan permanen pada otak.

Bunda perlu memperhatikan bahwa setiap cedera kepala pada anak harus diperlakukan serius, bahkan jika tidak terjadi kejang setelahnya. Dibutuhkan tindakan medis segera dan juga pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter untuk memastikan tidak terjadi kerusakan otak yang lebih serius.

4. Meningitis

Kejang pada anak menjadi salah satu gejala meningitis, yang merupakan peradangan pada selaput otak dan sumsum tulang belakang. Meningitis sering kali menyebabkan gejala yang luas, termasuk demam tinggi, sakit kepala parah, kaku kuduk, muntah, kebingungan, sensitivitas terhadap cahaya dan ruam kulit.

Kejang pada kasus meningitis biasanya disertai dengan gejala-gejala lainnya, termasuk tanda peringatan yang serius bahwa infeksi telah menyebar ke sistem saraf. Jika Si Kecil mengalami kejang bersama dengan gejala-gejala seperti demam tinggi dan kaku kuduk, Bunda segera mencari bantuan medis untuk evaluasi dan penanganan yang tepat.

Kejang demam

Diungkap dokter spesialis anak di Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret Surakarta, dr. Aisya Fikritama, SpA, kejang demam adalah penyakit yang biasa dialami oleh anak-anak.

"Kejang demam merupakan demam yang disertai kejang, biasanya terjadi pada anak yang berusia 6 bulan sampai 5 tahun, sampai saat ini penyebabnya belum diketahui tetapi kondisi tersebut diketahui karena berkaitan dengan kenaikan suhu tubuh yang terlalu cepat," ujar Aisya saat dihubungi HaiBunda melalui pesan singkat beberapa waktu lalu.

Ciri-ciri anak kejang demam

Lebih lanjut dr. Aisya Fikritama, SpA menjelaskan ciri-ciri anak yang mengalami kejang demam ditandai dengan gejala umum. Simak selengkapnya, Bunda untuk antisipasi kesehatan Si Kecil.

  1. Mengalami kenaikan suhu tubuh secara drastis, bahkan sampai lebih dari 38 derajat celcius
  2. Berkeringat secara berlebihan
  3. Tangan gemetar
  4. Mengalami kejang
  5. Buang air kecil secara tiba-tiba
  6. Bola mata melirik ke atas
  7. Tidak merespons komunikasi
  8. Tidak ada kontak mata
  9. Pingsan atau kehilangan kesadaran, terutama setelah kejang

Derajat keparahan kejang demam

Meski kejang tidak selalu dimulai dengan gejala demam, tetapi kejang demam merupakan salah satu kondisi paling umum pada anak-anak, terutama pada anak di bawah usia lima tahun. 

Seorang dokter spesialis anak di Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret Surakarta, dr. Aisya Fikritama, SpA menjelaskan bahwa derajat keparahan kejang demam terdapat dua jenis, yaitu kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Berikut deretannya:

1. Kejang demam sederhana

Kejang demam sederhana sering kali ditandai dengan beberapa gejala yang khas, termasuk mata yang melihat ke atas, kelojotan tubuh dan kejang dalam waktu yang singkat setelah kejadian pertama. Biasanya, setelah kejang demam pertama, anak bisa mengalami kejang lagi setelah beberapa jam.

Hal ini termasuk bagian dari karakteristik kejang demam sederhana yang lebih ringan. Meski begitu, Bunda perlu mencari bantuan medis apabila kejang berlanjut atau jika ada gejala yang mengkhawatirkan. Dokter anak dapat memberikan nasihat dan pengobatan yang tepat untuk Si Kecil.

2. Kejang demam kompleks

Kejang demam kompleks sering kali menunjukkan gejala yang lebih kompleks dan melibatkan satu bagian tubuh saja, seperti sisi kiri atau kanan. Gejala ini termasuk mata yang melirik ke samping serta kejang yang mempengaruhi bagian tubuh yang lebih spesifik.

Bunda perlu memperhatikan bahwa kejang demam kompleks cenderung lebih rumit dan menimbulkan kekhawatiran yang lebih besar daripada kejang demam sederhana. Jika Si Kecil mengalami kejang demam kompleks, segera cari bantuan medis untuk evaluasi dan penanganan lebih lanjut.

Pengobatan anak ketika kejang

Pengobatan kejang pada memerlukan pendekatan yang cermat dan terencana. Terdapat banyak jenis obat yang tersedia dan harus diberikan berdasarkan faktor penyerta, seperti jenis kejang yang dialami, usia anak, efek samping yang akan timbul, dan kepatuhan dalam penggunaan obat.

Obat-obatan untuk kejang umumnya tersedia dalam berbagai bentuk, termasuk kapsul, tablet, bubuk atau sirup yang diminum. Namun pada beberapa kasus, terutama ketika anak mengalami kejang yang parah dan memerlukan penanganan segera, obat dapat diberikan secara rektal atau melalui suntikan intravena (IV), terutama jika anak sedang dirawat di rumah sakit.

Bunda juga perlu memberikan obat kepada anak sesuai dengan resep dokter dan pada waktu yang tepat. Setiap anak bereaksi berbeda terhadap obat, sehingga penyesuaian dosis dan jadwal pemberian diperlukan untuk mencapai pengendalian kejang yang optimal.

Seperti halnya dengan obat-obatan lainnya, semua obat untuk kejang dapat menimbulkan efek samping. Walaupun beberapa anak mungkin tidak mengalami efek samping sama sekali, Bunda perlu berbicara dengan dokter anak tentang kemungkinan efek samping yang dapat timbul dan bagaimana cara mengatasinya dapat perhatian. Hal ini akan membantu memastikan bahwa pengobatan yang diberikan dengan aman dan efektif bagi anak.

Penanganan kejang pada anak saat di rumah

Mengutip laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), saat Bunda melihat Si Kecil mengalami kejang tetap tenang dan melakukan hal berikut ini. Simak selengkapnya.

  1. Letakkan anak di tempat yang aman, jauhkan dari benda-benda berbahaya seperti listrik dan pecah-belah
  2. Membaringkan anak dalam posisi miring agar makanan, minuman, muntahan atau benda lain yang ada dalam mulut akan keluar sehingga anak terhindar dari bahaya tersedak
  3. Cegah Si Kecil untuk memasukkan benda apapun ke dalam mulut. Memasukkan sendok, kayu, jari orang tua, atau benda lainnya ke dalam mulut, atau memberi minum anak yang sedang kejang, berisiko menyebabkan sumbatan jalan napas apabila luka
  4. Bunda tidak boleh berusaha untuk menahan gerakan anak atau menghentikan kejang dengan paksa, karena dapat menyebabkan patah tulang
  5. Amati apa yang terjadi saat anak kejang, karena catatan ini menjadi informasi bagi dokter. Lalu tunggu sampai kejang berhenti dan bawa anak ke unit gawat darurat terdekat
  6. Apabila anak sudah pernah kejang demam sebelumnya, dokter akan membekali orangtua dengan obat kejang yang dapat diberikan melalui dubur. Setelah melakukan langkah-langkah pertolongan pertama di atas, obat tersebut dapat diberikan sesuai instruksi dokter

Efek pasca kejang

Pasca kejang Si Kecil membutuhkan pemulihan yang cukup. Dokter akan menanyakan apa yang terjadi pada anak setelah kejang untuk memahami dampaknya pada tubuh dan kesejahteraan anak. Kejang menyebabkan kelelahan yang ekstrem dan kekurangan oksigen, sehingga anak merasa sangat lelah bahkan tidak sadarkan diri setelah kejang.

Ketika kejang terjadi, aktivitas listrik dalam tubuh anak menjadi luar biasa menyebabkan tubuh kehilangan banyak energi. Setelah kejang, anak akan merasa sangat lelah dan membutuhkan istirahat yang cukup. Beberapa anak bahkan jatuh tertidur atau kehilangan kesadaran sejenak.

Selama kejang, semua aktivitas di otak berhenti, sehingga anak mengalami periode kesadaran yang terganggu atau bingung setelah kejang. Hal ini merupakan gejala sisa dari kejang, dapat terjadi jika kejang terjadi secara berulang-ulang dan tidak ditangani dengan baik.

Efek jangka panjang dari kejang meliputi gangguan perkembangan dan masalah neurologis lainnya. Dokter perlu memantau anak secara teratur setelah kejang untuk memastikan bahwa mereka mendapatkan perawatan yang tepat dan mencegah komplikasi jangka panjang.

Demikian ulasan tentang ciri-ciri kejang pada anak yang berbahaya. Semoga bermanfaat untuk antisipasi kesehatan Si Kecil, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

Simak video di bawah ini, Bun:

Benarkah Kopi Dapat Mencegah Kejang pada Anak?

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

7 Artis Pindah ke Luar Negeri Beralih Profesi, Jadi Psikolog hingga Tukang Las

Mom's Life Ajeng Pratiwi & Randu Gede

Potret Luna Maya & Maxime Bouttier Hadiri Pernikahan Sahabat di Italia

Mom's Life Amira Salsabila

Alasan Indri Giana dan Ustaz Riza Jalani IVF lagi Meski Sudah Miliki 4 Anak, Ternyata..

Kehamilan Annisa Karnesyia

5 Resep Bolu Pisang Kukus yang Enak, Lembut, dan Sederhana Dibuat

Mom's Life Amira Salsabila

Kenali Pola Tidur Bayi 2 Bulan dan Membentuknya agar Ideal

Parenting Asri Ediyati

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Terpisah Puluhan Tahun, Teman Sekolah Ini Kembali Dipertemukan dan Akhirnya Menikah

7 Artis Pindah ke Luar Negeri Beralih Profesi, Jadi Psikolog hingga Tukang Las

Kenali Pola Tidur Bayi 2 Bulan dan Membentuknya agar Ideal

5 Resep Bolu Pisang Kukus yang Enak, Lembut, dan Sederhana Dibuat

3 Fakta di Balik Penggunaan Minyak Telon Bayi Beserta Rekomendasi yang Bagus dan Aman

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK