Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

10 Kesalahan Ayah Terhadap Anak yang Sering Dilakukan Tanpa Disadari

Annisya Asri Diarta   |   HaiBunda

Jumat, 24 May 2024 13:11 WIB

Kesalahan Mendidik Anak
Kesalahan Mendidik Anak/ Foto: Getty Images/iStockphoto/nanausop
Daftar Isi

Menjadi seorang Ayah merupakan tanggung jawab besar dengan banyak kebahagiaan dan tantangan. Dalam upaya memberikan yang terbaik untuk anak, tak jarang seorang Ayah melakukan kesalahan yang kelihatannya kecil tapi bisa berdampak besar.

Kesalahan-kesalahan ini sering kali tidak disadari dan bisa memengaruhi perkembangan emosional, mental, dan sosial anak. Salah satu kesalahan yang sering terjadi adalah kurangnya waktu berkualitas dengan anak.

Dalam kesibukan bekerja dan tanggung jawab lainnya, ayah mungkin merasa bahwa menyediakan kebutuhan materi sudah cukup. Padahal, perhatian dan kebersamaan yang tulus sangat penting bagi perkembangan emosional anak. Menghabiskan waktu bersama anak, berbicara dari hati ke hati, dan mendengarkan cerita mereka adalah cara-cara sederhana namun efektif untuk menunjukkan kasih sayang.

Tak jarang, Ayah juga terjebak dalam sikap perfeksionis terhadap anak. Harapan yang terlalu tinggi dan keinginan agar anak selalu sempurna bisa memberikan tekanan yang tidak perlu pada anak.

Mengutip buku Psikologi Kepribadian Anak oleh Reza Fahlevi, dkk, diungkapkan bahwa perkembangan kepribadian individu sudah dimulai sejak masa kanak-kanak. Perkembangan seperti proses berpikir yang dialami anak termasuk salah satu tujuan utama dalam pembelajaran bagi anak usia dini.

Salah satu metode pembelajaran yang efektif adalah dengan memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih permainan yang sesuai dengan minat dan kemampuan mereka. Anak membutuhkan ruang untuk belajar dari kesalahan dan mengembangkan diri tanpa merasa terbebani oleh ekspektasi yang berlebihan.

Kesalahan ayah terhadap anak

Ayah dapat membuat kesalahan pada anak yang sering dilakukan tanpa disadari ketika perkembangannya yang dikutip dari Very Well Family. Simak selengkapnya, Bunda dan Ayah.

1. Amarah yang tak terkendali

Terkadang perilaku anak bisa sangat menjengkelkan, Ayah tidak perlu mendisiplinkan mereka saat sedang marah. Meninggikan suara, mengumpat, atau kehilangan kendali cenderung mengajarkan anak bahwa berteriak, marah, dan kekerasan adalah hal yang dapat diterima dalam hubungan dengan teman dan keluarga.

Sebaliknya, ketika Ayah merasa amarah mulai memuncak, luangkan beberapa detik atau menit untuk menyendiri dan menenangkan diri. Anak dapat merespons lebih baik terhadap pendekatan yang tenang, masuk akal, langsung, dan tepat.

2. Menerapkan hukuman fisik

Ketika anak membuat kesalahan fatal, memberikan hukuman seperti memukul, menarik lengan anak, atau menggunakan kekerasan dalam bentuk apapun sangat tidak efektif dilakukan. Tindakan ini mengajarkan anak bahwa konflik harus diselesaikan dengan kekuatan fisik. Jika Ayah merasa ingin menggunakan disiplin fisik, ambillah waktu sejenak untuk menenangkan diri.

3. Tidak konsisten dalam membimbing anak

Sebagian besar ayah yang mendisiplinkan anak mereka secara tidak konsisten. Pelanggaran perilaku yang sama, bisa mendapatkan respon yang berbeda pada waktu yang berbeda.

Misalnya, jika suatu saat anak mengucapkan kata-kata kasar dan Ayah hanya tertawa, namun di lain kondisi Ayah memberi hukuman pada Si Kecil. Secara tidak langsung, anak menjadi bingung dan tidak tahu apa yang diharapkan.

Menetapkan seperangkat aturan dan standar yang dipahami dengan konsekuensi yang jelas pada Si Kecil, cenderung memberikan hasil terbaik. Konsistensi dalam mendisiplinkan anak adalah cara terbaik untuk mengajari mereka perilaku mana yang bisa diterima dan mana yang tidak.

4. Menggunakan suap

Menyuap anak dengan menjanjikan hadiah agar mereka berperilaku baik, hanya akan mengajarkan hadiah akan mereka dapatkan jika bertindak tidak pantas terlebih dahulu, lalu mengubah perilakunya.

Anak akan terbiasa dengan hal tersebut. Anak akan memandang bahwa melakukan kebaikan dengan mengharapkan imbalan hadiah.

Sebaiknya Ayah ajarkan mereka bertindak dengan benar sejak awal. Ayah perlu mengajarkan pada anak bahwa melakukan hal baik merupakan perilaku yang baik dan tidak memerlukan imbalan berupa hadiah.

5. Memberi konsekuensi yang tidak berhubungan

Ayah dapat menerapkan konsekuensi yang sesuai dengan perilaku Si Kecil agar mereka dapat memahami sebab dan akibat perbuatannya. Misalnya, jika anak melewati batas jam bermain, konsekuensi yang diberikan dengan memotong waktu bermain keesokan harinya.

Jika mereka tidak bisa dipercaya dengan aturan jam bermain, mereka harus membangun kembali kepercayaan itu seiring waktu.

Ayah perlu menghindari dalam memberikan konsekuensi yang tidak terkait, misal anak terlambat pulang diberi hukuman dikurung di kamar. Berikan hukuman yang masuk akal.

Misalnya, anak merusak pot tanaman di rumah, beri konsekuensi untuk mengganti biaya pembelian pot atau membuat pot secara alami. Biarkan mereka membeli pot dengan menabung uang jajannya. Jika konsekuensi tidak sesuai dengan pelanggaran, anak mungkin tidak belajar dari pengalaman tersebut.

6. Mengajak untuk melawan orang tua lain

Orang tua perlu bersatu dalam strategi pendisiplinan. Jika seorang anak dapat meminta keringanan hukuman dari salah satu orang tua, hal ini dapat merusak kredibilitas orang tua lainnya.

Misalnya, Ayah memberikan batasan pulang bermain sampai jam 5 sore, namun Bunda menyampaikan ke anak bahwa batasan sampai jam 6 sore. Hal ini mengakibatkan anak akan mudah menggampangkan Bunda dalam berbuat kesalahan. Jangan pernah membatalkan keputusan disiplin pasangan di depan umum.

7. Membingungkan peran orang tua

Ayah tidak perlu menanyakan persetujuan anak dalam mendisiplinkan mereka. Sebagai orang tua, Ayah memiliki tanggung jawab untuk mendisiplinkan anak.

Keputusan dalam hal disiplin bersifat final dan tidak dapat dinegosiasikan. Seiring bertambahnya usia anak, Ayah bisa mulai menjelaskan alasan di balik tindakan, namun apa pun yang terjadi, keputusan Ayah tetap yang terakhir.

8. Menggurui anak

Lebih baik untuk berdiskusi dengan anak daripada hanya memberi ceramah mengapa perilaku buruk menyebabkan kebencian daripada pembelajaran. Pendekatan yang lebih baik dalam mendisiplinkan anak adalah dengan berbicara untuk mencari tahu penyebab di balik perilaku yang tidak pantas tersebut.

Misalnya, jika anak gagal menyelesaikan pekerjaan rumahnya tepat waktu, memberikan ceramah tentang pentingnya pendidikan tidak akan menghasilkan perubahan perilaku yang diinginkan.

Ayah dapat menanyakan hal-hal yang menghambat penyelesaian pekerjaan rumah dan mengapa tidak selesai tepat waktu. Kemudian mencari solusi dalam permasalahan tersebut, sehingga lebih mudah dalam mengarahkan anak untuk menyelesaikan tugasnya.

9. Sering membandingkan dengan teman sebaya atau saudara kandung

Sering kali Ayah membandingkan anak dengan teman sebaya atau saudara kandung tanpa disadari. Mengatakan kepada anak, "Kakak perempuanmu sangat pandai berlatih piano setiap hari, mengapa kamu sepertinya tidak bisa menguasainya?" mungkin terlihat seperti pendekatan yang memberikan motivasi dan harapan. Namun, sebaliknya, perbandingan semacam itu hanya akan menimbulkan rasa tidak suka.

Setiap anak adalah individu yang unik dengan bakat dan kelebihannya masing-masing. Lebih baik Ayah menanyakan minat dan potensi yang ingin digali pada anak. Kemudian sebagai orang tua, Ayah memberikan dukungan pada pilihan anak.

10. Membuat anak merasa bersalah

Anak merupakan anugerah dari Tuhan untuk orang tua, dan mereka juga tidak bisa memilih siapa orang tuanya. Namun, menggunakan rasa bersalah atau malu yang telah dilakukan pada anak merupakan hal yang akan menimpa balik Ayah sebagai orang tua.

Jika Ayah membuat anak harus bertanggung jawab dengan kondisi atau konflik yang tidak beres dalam hidup. Hal itu menunjukkan perilaku kodependen, bukan perilaku orang tua. Lebih baik menjauhi rasa bersalah dan memberikan konsekuensi yang sesuai.

Demikian ulasan tentang kesalahan Ayah terhadap anak yang sering dilakukan tanpa disadari. Semoga bermanfaat ya, Bunda dan Ayah.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

 

(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda