
parenting
Mengenal Sindrom Anak Bungsu, Ciri Khasnya, dan Cara Orang Tua Menyingkapinya
HaiBunda
Minggu, 23 Jun 2024 04:00 WIB

Daftar Isi
Anak bungsu selalu digambarkan sebagai anak yang manja, Bunda. Namun, karakteristik anak bungsu ternyata jauh daripada itu.
Bunda pernah mendengar sindrom anak bungsu? Hal ini merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan karakter dan sifat dari anak bungsu.
Meski begitu, setiap anak tentu memiliki karakter yang berbeda-beda. Jadi, Bunda tidak perlu terpaku pada karakteristik tersebut.
Apa itu anak bungsu?
Anak bungsu merupakan salah satu istilah yang digunakan untuk menyebutkan posisi anak berdasarkan urutan waktu kelahirannya. Di Indonesia sendiri, anak bungsu disebut sebagai anak yang lahir paling terakhir.
Selain anak bungsu, ada pula istilah anak sulung yang mungkin sudah sering Bunda dengar. Istilah ini digunakan untuk menyebutkan posisi anak yang lahir paling awal.
Sementara itu, jika Bunda memiliki tiga anak, anak kedua disebut juga sebagai anak tengah. Mereka bukanlah anak yang paling tua, tetapi juga bukan anak yang paling muda.
Dalam KBBI, kata 'bungsu' berarti yang terakhir atau yang termuda. Sehingga, bisa dipahami bahwa anak bungsu merupakan anak yang lahir terakhir dalam keluarga.
Mengenal sindrom anak bungsu
Gagasan tentang sindrom anak bungsu telah diperdebatkan di kalangan psikolog dan peneliti selama beberapa dekade, Bunda. Banyak orang percaya pada teori urutan kelahiran yang dipopulerkan oleh psikolog bernama Alfred Adler pada tahun 1927 tentang teori urutan kelahiran.
Menilik dari laman Green Light Learning Center, teorinya menyatakan bahwa urutan lahir dapat berperan dalam membentuk kepribadian seseorang. Sementara itu, beberapa lainnya berpendapat bahwa tidak ada bukti signifikan yang mendukung teori tersebut.
Meski begitu, banyak orang tua yang membuktikan adanya kesamaan tertentu dalam perilaku anak bungsu dibandingkan kakaknya. Para penganut teori urutan kelahiran mungkin mengatakan bahwa anak-anak bungsu sering kali menerima pengasuhan yang kurang ketat dan lebih banyak keringanan hukuman dibandingkan kakak-kakak mereka.
Hal ini menyebabkan pola asuh yang berbeda, Bunda. Selain itu, hal ini juga akan berdampak terhadap perkembangan anak.
Ciri khas sindrom anak bungsu
Ada banyak ciri berbeda yang terlihat pada anak dengan sindrom anak bungsu. Berikut ini Bubun bagikan deretannya:
1. Pencari perhatian
Anak bungsu membutuhkan lebih banyak perhatian dari orang tuanya karena mereka merasa dibayangi oleh kakak-kakaknya. Hal ini membuat anak bungsu menjadi ekstrovert dan supel.
2. Gemar mengambil risiko
Anak bungsu mungkin merasa lebih dilindungi. Karena itu, mereka mengambil lebih banyak risiko tanpa takut akan konsekuensinya.
3. Kreatif
Dengan sedikit tekanan untuk menyesuaikan diri, anak bungsu dapat mengembangkan pola pikirnya menjadi lebih imajinatif. Mereka pun lebih kreatif dibandingkan saudara kandungnya yang lain.
4. Manipulatif
Beberapa orang percaya anak bungsu bisa mendapatkan apa saja yang mereka inginkan baik dari kakak maupun orang tuanya. Terkadang, mereka memiliki taktik manipulatif dan ini merupakan hal yang wajar.
5. Suka menjadi perhatian
Anak bungsu juga menunjukkan gagasan bahwa mereka dapat berkembang dalam situasi sosial dan senang menjadi pusat perhatian. Mereka memiliki keterampilan interpersonal yang kuat karena terus menerus berinteraksi dengan kakaknya.
Dampak psikologis sindrom anak bungsu
Mengutip dari Verywell Mind, direktur psikiatri anak dan remaja di Rush University, Louis J.Kraus, MD, mengatakan bagaimana anak-anak dibesarkan dan genetika mereka mempunyai dampak psikologis terhadapnya.
"Tetapi seiring berjalannya waktu dan pertumbuhan mereka, dampaknya menjadi kurang jelas dan Anda harus berhati-hati dalam memberi label pada siapapun," ujarnya.
Hubungan antara anak bungsu dan kakaknya mungkin dipengaruhi oleh dinamika keluarga. Misalnya saja tidak jarang terlihat bahwa anak tertua lebih suka membantu adik-adiknya dan anak bungsu lebih bersemangat dan mencari perhatian.
"Dengan demikian, ada pertanyaan apakah ada sifat yang lebih kekanak-kanakan dalam diri mereka sehingga mereka cenderung lebih kekanak-kanakan, dan lebih dekat dengan ibu mereka dibandingkan kakak-kakak mereka," ungkap Louis.
"Kalau Anda melihat rata-rata keluarga dengan tiga anak atau lebih, mereka mungkin akan lebih sering menggambarkan dinamika ini, bahkan jika tidak ada penelitian pasti yang mendukungnya," sambungnya.
Hubungan dengan saudara dan dinamika keluarga
![]() |
Jika ada lebih dari dua anak dalam satu keluarga, orang tua mungkin membutuhkan bantuan tambahan dan secara tidak sengaja melibatkan anak tertua. Tidak hanya itu, terkadang anak tertua bahkan mengambil peran sendiri tanpa diminta.
Dalam keluarga dengan lebih dari dua anak, anak bungsu mungkin kurang mendapat perhatian di tahun-tahun awal kehidupannya karena mereka harus 'berbagi' dengan kakaknya. Meski begitu, mereka akan mendapat perhatian penuh saat sang kakak tumbuh besar.
"Pada saat yang sama, mereka mungkin akan mengalami periode ketika kakak-kakak mereka telah pindah dan mereka mendapatkan 'akses eksklusif' terhadap orang tua mereka," ungkap psikolog kepribadian di Universitas Leipzig, Julia Rohrer.
Apa yang harus orang tua lakukan untuk mengatasi sindrom anak bungsu?
Merangkum dari laman Healthline, ada beberapa hal yang bisa Bunda dan Ayah lakukan untuk mengasuh anak dengan sindrom anak bungsu. Berikut ini Bubun jabarkan deretannya:
1. Berikan perhatian yang seimbang
Jangan sampai anak bungsu melakukan berbagai cara untuk merebut perhatian Bunda dan Ayah dari anak lainnya, ya. Anak bungsu terkadang mengembangkan taktik berbahaya untuk mendapatkan perhatian ketika mereka merasa tidak mendapatkan perhatian dari orang lain.
Si kakak mungkin sedang mendiskusikan hari-harinya di sekolah bersama Bunda. Namun, Si Kecil juga harus punya waktu untuk berbicara tanpa bersusah payah menarik perhatian.
2. Berikan anak tugas dan tanggung jawab
Berikan semua anak tanggung jawab dan tugas dalam rutinitas keluarga. Ini harus disesuaikan dengan perkembangannya, ya.
Anak bungsu tentu bisa membantu Bunda dalam beberapa hal. Misalnya membantu menyimpan mainan atau berkontribusi dalam melakukan pembersihan.
3. Ajarkan tentang konsekuensi
Bukan berarti anak bungsu tidak bisa melakukan hal yang merugikan. Ketika ini terjadi, pastikan Bunda mengatasinya dengan memberikan sanksi.
Anak bungsu memang perlu belajar tentang empati. Namun, mereka juga perlu tahu makna dari konsekuensi usai melakukan tindakan yang menyakiti seseorang.
Demikian informasi tentang sindrom anak bungsu, Bunda. Semoga dapat memberikan manfaat, ya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(mua/fir)ARTIKEL TERKAIT

Parenting
13 Fakta Unik Anak Bungsu Laki-laki & Perempuan, Lebih Santai tapi Berwawasan Luas

Parenting
3 Cara Dampingi Anak yang Takut Bertemu Orang Baru, Yuk Lakukan Role Play

Parenting
4 Strategi Penting Mengasuh Anak Bungsu agar Tidak Manja

Parenting
Bunda Perlu Tahu, Cara Memahami dan Mengatasi Anak yang Suka Merengek

Parenting
Tips Agar Anak Tak Jadi Pelampiasan Emosi Bunda


7 Foto
Parenting
7 Potret Ultah ke-2 Btari Bulan Anak Bungsu Dian Ayu & Omesh, Tiup Lilin di Rumah
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda