Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

20 Contoh Teks Belajar Membaca Anak Kelas 1 SD untuk Tes Kosa Kata Si Kecil

ANNISA ZAHRA AULIANY   |   HaiBunda

Rabu, 28 Aug 2024 10:50 WIB

Teks anak belajar baca
Teks anak belajar baca/ Foto: Getty Images/iStockphoto/zhanghaoran521

Belajar membaca adalah tahap awal bagi Si Kecil untuk mengawali pendidikannya. Membaca merupakan tonggak penting bagi seorang anak agar dapat menempuh edukasi yang layak di masa depan.

Untuk melatih kemampuan membaca anak, Bunda dapat mengajarkannya contoh teks belajar membaca dengan beragam kosa kata. Belajar membaca perlu dilakukan secara perlahan dan butuh kedisiplinan.

Membaca dengan rajin dapat membantu anak mengembangkan skill kebahasaan serta kreativitasnya. Berikut ini sudah Bubun rangkum 20 teks bacaan untuk belajar membaca anak SD mulai dari yang singkat hingga panjang.

Kumpulan Contoh Teks Membaca Anak Kelas 1 SD

Berikut ini merupakan beberapa contoh teks belajar membaca untuk anak kelas 1 SD yang dirangkum dari buku Baca Cepat: Cara Cepat Belajar Membaca oleh Dr. Hj. Hibana, S.Ag., M.Pd. yang diterbitkan pada tahun 2020.

1. Teks Belajar Membaca Cepat Anak SD – "Baca Apa Saja"

Ajarkan Si Kecil membaca teks di bawah ini:

Fara nana maya jaka sama agama sama bahasa mana kala ada rasa dahaga maya bawa apa saja saya rasa maya kaya raya kaya asa kaya pahala fara bawa kaca mata fara baca apa saja kala ada cahaya jaga kata jaga bahasa tata hawa tata mata ada sahaja ada pahala.

2. Teks Belajar Membaca Cepat Anak SD – "Mama Papa"

Ajarkan Si Kecil membaca teks di bawah ini:

Mama papa sama saya fara faza sama baca kala ada cahaya saya baca apa saja dafa rara nala jaka pada tawa sama sama kata mama papa saya daya baca maya sama mana kala ada rasa ada tawa ada lara sama sama saya rasa

3. Teks Belajar Membaca Cepat Anak SD – "Matahari Pagi"

Ajarkan Si Kecil membaca teks di bawah ini:

Kala ada matahari pagi abi umi lari lari tiada lupa bawa nasi juga bawa roti mari bila kita suka damai kita jaga rasa sesama supaya semua bahagia tiada rasa duka bila cita cita mau dituju baca doa baca buku supaya tahu selalu segala rupa dari dulu

4. Teks Belajar Membaca Cepat Anak SD – "Baca Buku"

Ajarkan Si Kecil membaca teks di bawah ini:

Kata ibu dari dulu siapa suka baca buku dia jadi guru baru bapa ibu suka selalu siapa ada cita cita baca buku di mana saja supaya tahu segala agama juga dijaga bila cita mau dicapai baca buku hari hari jaga mata jaga hati jaga bicara jaga diri

5. Teks Belajar Membaca Cepat Anak SD – "Menata Diri"

Ajarkan Si Kecil membaca teks di bawah ini:

kala ada matahari pagi

cuaca jadi cerah sekali

kita sama sama lari pagi

supaya hati ceria lagi

 

jika ada cita cita dituju

kita coba baca buku selalu

supaya tahu segala ilmu

kata mama papa dari dulu

 

ketika tiba sore hari

tiara neti juga budi

segera wudhu juga rapi diri

menata hati menata diri 

6. Teks Belajar Membaca Cepat Anak SD – "Saya Suka Baca"

Ajarkan Si Kecil membaca teks di bawah ini:

bila kita suka baca

maka kita bisa tahu segala

fara mita dina bayu

semua suka beli buku

 

susilo heru dede hera

suka beli buku cerita

supaya hati selalu ceria

walau ada di mana saja

 

ke mana saja kita menuju

selalu bawa buku

supaya kita bisa tahu

aneka rupa segala ilmu 

7. Teks Belajar Membaca Cepat Anak SD – "Pak Tani"

pagi hari nan indah

matahari bersinar cerah

para petani pergi ke sawah

mencari rizqi penuh barokah

 

siang malam petani bekerja

hujan panas tiada dirasa

agar padi subur terjaga

terhindar dari segala hama

 

bila panen telah tiba

para petani merasa gembira

telah tampak hasil usaha

panen padi rizki bersama

8. Teks Belajar Membaca Cepat Anak SD – "Anak Pandai"

Ajarkan Si Kecil membaca teks di bawah ini:

aku ingin jadi anak pandai

jujur sholih dan baik hati

rajin belajar dan mengaji

untuk bekal di hari nanti

 

aku ingin hidup mulia

taat patuh pada ayah bunda

hormat pada yang lebih tua

sayang pada sesama

 

rendah hati percaya diri

berkata benar selalu berani

laksanakan perintah illahi

berpedoman pada kitab suci 

9. Teks Belajar Membaca Kelas 1 SD – "Kebesaran Allah"

Ajarkan Si Kecil membaca teks di bawah ini:

Allah maha kuasa. Allah ciptakan alam semesta dan segala isinya. Gunung yang tinggi menjulang, lautan yang luas membentang. Segala macam jenis binatang, di daratan maupun di lautan. Ada juga tumbuhan yang beraneka ragam. Bunga dan tanaman menghias alam.

Matahari bersinar tiada henti. Menyinari dan menerangi bumi. Bulan bercahaya di malam hari. Redup indah menarik hati. Bintang gemerlapan di langit tinggi. Sungguh besar kuasa-Mu. Menciptakan segala sesuatu. Untuk memberi manfaat bagi kehidupan manusia, dan pelajaran yang tak terhingga.

Ya Allah, jadikanlah kami orang yang pandai bersyukur atas segala nikmat dan karunia-Mu. Dan mengambil hikmah dari segala kebesaran-Mu.

10. Teks Belajar Membaca Kelas 1 SD – "Doa"

Ajarkan Si Kecil membaca teks di bawah ini:

Ya Allah yang maha suci

bersihkan hati dan pikiran kami

dari sikap dan perbuatan keji

yang tidak Engkau ridhoi

 

ya Allah yang maha mulia

bimbinglah hamba di manapun berada

jauhkan dari segala noda dan dosa

senantiasa terjaga iman dan taqwa

 

tuhanku yang maha kasih

jagalah hamba agar berhati bersih

jauhkan hamba dari siksa yang pedih

juga neraka yang panas mendidih

 

tuhanku yang maha kuat

bimbinglah hamba agar tetap semangat

menuntut ilmu yang bermanfaat

untuk kebahagiaan dunia akhirat

11. Teks Belajar Membaca Kelas 1 SD – "Bakti Orang Tua"

Ajarkan Si Kecil membaca teks di bawah ini:

Ayah ibuku orang yang paling berjasa dalam hidupku. Ibuku telah melahirkanku, merawat dan mengasuhku sejak kecil. Kasih sayang ibu kepadaku tiada tara, tulus tak bersyarat. Dalam suka maupun duka. Siang hari ibu mengasuh dan menyayangiku. Malam hati ibu mendoakanku. Dengan segenap ketulusan, ibu mencurahkan perhatian dan kasih sayang. Aku bangga dengan ibuku.

Ayahku juga luar biasa. Mencurahkan segala pengorbanan dan kasih sayang untuk anak-anaknya. Kerja keras ayahku tiada tara. Demi kebahagiaan putera-puterinya. Aku bangga dengan ayahku. Dengan tulus ku panjatkan doaku. Ya Allah ya Tuhanku, ampunilah dosa ayah ibuku. Sayangilah mereka, sebagaimana mereka menyayangiku di waktu kecil.

12. Teks Belajar Membaca Kelas 1 SD – "4 Sehat 5 Sempurna"

Setiap hari kita harus makan dan minum. Agar tubuh menjadi sehat dan kuat. Setiap hari kita harus makan makanan bergizi.

“Jangan lupa empat sehat lima sempurna ya..., nasi, sayur, lauk, buah, ditambah susu,” pesan Bu Yesi. Makanan yang kotor mengandung kuman. Dapat berakibat sakit perut.

Kita makan tiga kali sehari secara teratur. Makan teratur baik bagi tubuh. Makanan yang baik, selain beragam juga bergizi.

Makanan yang berkualitas dan terjaga kebersihannya menjadi sumber bagi kesehatan tubuh kita. Badan sehat, jiwa menjadi kuat.

13. Teks Belajar Membaca Kelas 1 SD – "Sahabatku"

Sahabat adalah teman dekat. Teman belajar bersama. Bermain dan gembira. Cerita dan tertawa.

Sahabatku teman bercanda ria. Selalu berbagi rasa. Kata Bu Erni, “orang yang baik hati akan memiliki banyak teman. Bapak Ibu dan bu guru pun sayang.”

Terima kasih bu guru..., atas nasihatmu. Akan ku ingat selalu nasihat guruku. Agar taat dan patuh selalu. Pada orang tua dan guru.

Sayang kepada teman dan saudara. Suka membantu pada sesama. Menghibur kawan yang sedang nestapa. Mendoakan teman yang sedang lupa.

14. Teks Belajar Membaca Anak SD – "Kebersihan"

Ajarkan Si Kecil membaca teks di bawah ini:

Bersih itu sebagian dari iman. Kita harus menjaga kebersihan setiap hari. “Dengan cara apa ya?” Tanya Bu Densi. “Mandi, gosok gigi, berpakaian bersih,” jawab anak bersahutan.

Setiap hari kita harus mandi. Agar kuman semua pergi. “Siapa di antara kalian yang sudah bisa mandi sendiri?” Tanya Bu Fini. “Saya Bu Guru...” jawab anak-anak serempak.

Pagi itu mereka sungguh ceria. Fara dan Najwa bermain bersama. Bermain pasir, tanah, dan air. Sambil bercanda dan bersuka ria.

Selesai bermain, cuci tangan dan cuci kaki. Agar kebersihan selalu terjaga. Memang benar, “Kebersihan sebagian dari iman”.

15. Teks Belajar Membaca Anak Kelas 1 SD – "Kerja Bakti"

Ajarkan Si Kecil membaca teks di bawah ini:

Setiap hari Jumat ada kerja bakti. Aku dan teman-temanku bergotong royong. Menyapu, membersihkan kelas, halaman, dan tempat bermain.

“Anak-anak, kita harus senantiasa menjaga kebersihan. Sebab kebersihan sebagian dari iman. Bila kelas kita bersih, kita dapat belajar dengan nyaman,” pesan Bu Fini.

Setelah kerja bakti, semua cuci tangan dan cuci kaki. Kami semua gembira. Kami akan segera makan bersama.

Bila makan telah usai, kami bermain di taman. Berlari dan berkejaran. Sungguh senang bermain bersama teman. Hati sedih menjadi riang. Karena bercanda dan berbagi pengalaman.

16. Teks Belajar Membaca Anak Kelas 1 SD – "Aku"

Ajarkan Si Kecil membaca teks di bawah ini:

Namaku Mutiara. Aku tinggal di sebuah desa. Desaku sejuk dan indah. Terlihat gunung dan sawah.

Setiap hari aku pergi ke sekolah. Bersama teman-teman yang baik hati dan ramah. Di sekolah aku belajar bersama Bu Guru. Mereka membimbingku selalu.

Di rumah aku juga belajar selalu. Menulis dan membaca buku. Dibimbing oleh bundaku.

Aku juga rajin membantu. Bersihkan rumah dan menyapu. Juga melipat baju. Agar rumahku nyaman selalu.

Aku kini punya cita-cita. Jadi orang yang berguna. Bagi agama dan bangsa. Serta bagi sesama.

17. Teks Belajar Membaca Anak SD – "Udara dan Api"

Ajarkan Si Kecil membaca teks di bawah ini:

Hari itu Pak Taufik bercerita. “Setiap hari kita memerlukan api, apa manfaat api?” tanya Pak Taufik. “Untuk memasak, menyalakan lilin, menerangi kamar...” Jawab anak-anak bersahutan. “Pintar semua.”

“Bila tidak ada api, kita tidak bisa makan nasi, karena nasi dimasak dengan menggunakan panas api,” lanjut Pak Taufik.

“Allah juga menciptakan sesuatu yang tidak dapat kita lihat, yakni udara. Udara tidak dapat dilihat, namun dapat dirasakan. Semilirnya angin adalah udara yang bergerak.

Manfaat utama udara adalah untuk bernafas. Tanpa udara manusia tidak bisa hidup. Jelas Pak Taufik. Anak-anak pun mendengarkan dengan tekun.

18. Teks Belajar Membaca Anak Kelas 1 SD – "Ke Kebun Binatang"

Ajarkan Si Kecil membaca teks di bawah ini:

Pada hari Minggu kami pergi ke kebun binatang. Kami berangkat bersama ayah, ibu, dan adik. Bahagia rasanya, santai bersama keluarga.

Di kebun binatang ada berbagai macam binatang. “Lihat Kak, ada binatang besar sekali,” seru adik. “Itu namanya gajah,” jelas ibu.

Kami terus berjalan. Satu per satu binatang kami perhatikan. Ada unta, harimau, jerapah, dan sebagainya. “Ular itu buas ya Yah?” tanyaku. “Ada sebagian yang buas, ada yang tidak,” jelas ayah. “Lihat, itu ular kobra, bisanya sangat berbahaya,” lanjut ayah.

“Kita harus sayang binatang, karena binatang adalah ciptaan Allah seperti kita,” pesan ibu. Kami pun mengangguk paham. 

Berikut ini merupakan beberapa contoh teks bacaan untuk belajar membaca anak SD yang diambil dari buku Luki dari Ujung Negeri oleh Imam Arifudin yang terbit pada tahun 2017.

Teks Bacaan Belajar Membaca Anak SD – "Luki Anak Ujung Negeri"

Ajarkan Si Kecil membaca teks di bawah ini:

Hai, nama saya Luki Desfran Sarwa. Orang- orang biasanya memanggil saya dengan nama Luki. Saya ingin berbagi cerita kepada teman-teman tentang pengalaman saya mengikuti Jambore Nasional beberapa waktu lalu.

Saya sekolah di SD Pasir Putih Raja Ampat. Sejak kecil, hobi saya membaca. Saya paling senang membaca cerita-cerita dongeng. Walau sekolah saya jauh dari kota, saya tidak ingin kalah dengan anak-anak yang bersekolah di kota. Sekolah saya memang berada di perbatasan, tetapi saya tidak ingin ilmu yang saya miliki ikut terbatas.

Cita-cita saya sederhana saja. Saya ingin melihat luasnya Indonesia. Saya yakin Indonesia itu sangat indah. Jadi, saya ingin melihat keindahan itu. Di sekolah, Ibu Guru Ester pernah bertanya kepada saya dan teman-teman.

"Siapa bisa menyebut ada pulau apa selain Papua di Indonesia?" tanya Bu Ester.

Kami semua diam.

"Kitong tahu Papua saja. Itu sudah, Bu Guru," kata salah satu teman saya. "Maluku, Bu Guru. Selain itu, ada Jawa, Sumatra, dan Kalimantan," kata saya yakin.

"Iya, Luki, kamu pintar! Boleh dapat tahu dari mana ko Luki?" tanya Bu Guru.

Dalam berbicara, ada keunikan tersendiri di Papua. Kami di Papua biasa menyebut kata kamu atau kau dengan sebutan ko. Selain itu, ada pula kata kitong yang berarti 'kita'. Ada juga kata tara yang berarti 'tidak' dan kata suyang berarti 'sudah'. Ada pula pu yang berarti 'punya'. Selain kata-kata yang unik, cara bicara kami juga unik.

"Saya ada dapat jawab dari buku, Ibu Guru. Kemarin saya punya bapak kasih saya buku kecil, Bu. Bapak bilang petakah, saya tara ingat, Bu," jawab saya. "Ya. Itu peta Indonesia, Luki!" ucap Bu Guru. "Nah, kasih tepuk tangan untuk Luki! Dia tahu karena membaca! Terima kasih, Luki," lanjut Bu Guru.

"Nah, berikutnya siapa su pernah pergi ke Jawa?" tanya Bu Guru.

Kami semua diam.

"Siapa su pernah pergi ke Sumatra?" tanya Bu Guru.

Kami semua diam.

"Siapa su pernah pergi ke Kalimantan?" tanya Bu Guru.

Kami semua diam. Ibu Guru Ester melihat kami semuanya menundukkan wajah.

"Siapa mau pergi ke Maluku?" tanya Bu Guru.

"Saya, Bu Guru!" kami semua menjawab.

"Siapa mau pergi ke Sumatra?" tanya Bu Guru.

"Saya, Bu Guru!" kami semua menjawab.

"Siapa mau pergi ke Jawa?" tanya Bu Guru.

"Saya, Bu Guru!" kami semua menjawab.

"Kitong semua bisa pergi ke mana pun kitong mau," kata Ibu Guru Ester lagi.

"Tetapi, kitong tara ada uang, Bu Guru!" ucap teman saya.

"Kitong bisa pergi jauh biar kitong tara ada uang. Mau tahu caranya?" tanya Bu Guru.

"Mau, Bu Guru!" kami semua menjawab.

"Kitong harus mau membaca dan rajin belajar," jawab Bu Guru dengan keras.

Sejak itulah saya tidak pernah bosan untuk membaca. Saya selalu ingat nasihat Ibu Guru Ester bahwa saya harus rajin membaca dan belajar.

Sekarang saya duduk di kelas 6. Cita-cita saya masih sama, yaitu saya ingin melihat Indonesia. Hari ini Ibu Guru Ester akan memberi kabar bahagia untuk kami anak-anak SD Kampung Pasir Putih. Kami sudah tidak sabar ingin mendengar informasi yang akan disampaikan Ibu Guru Ester.

"Mungkin sekolah kitong akan dapat bantuan

komputer dari kabupaten," seru Asrin, teman kelas saya.

"Ah, tara mungkin itu. Sekolah kitong bakal dapat guru barukah?" sela Delila, teman kelas saya yang lain.

Di tengah-tengah perdebatan, tiba-tiba Ibu Guru Ester datang. Kami semua yang tadinya berisik pun akhirnya diam.

"Selamat pagi, Anak-Anak! Hari ini Ibu Guru sudah kasih janji kepada kalian semua, ya. Ibu Guru akan kasih dengar satu kabar bahagia. Su siap dengar?"

"Siap, Bu Guru!" teriak kami.

"Baik! Kemarin Ibu Guru baru dapat kabar dari kota. Sekolah kita diminta untuk mengirimkan satu orang anak yang nantinya akan dikirim ke Jakarta. Siswa yang terpilih akan mengikuti kegiatan jambore nasional. Siapa yang tahu Jakarta di mana?" jelas Bu Guru.

"Di Sumatra," seru Asrin.

"Bukan, Bu Guru. Di Kalimantan, Bu," teriak Delila.

"Bukan, Bu. Jakarta di Jawa toh, Bu Guru?" seru saya yakin dan berani.

"Iya, Luki, kamu benar! Anak-Anak, Jakarta itu ada di Jawa. Jauhnya mungkin ribuan kilometer dari kitong pu sekolah," ucap Bu Guru Ester. "Siapa mau ke Jakarta?" tanya Bu Guru Ester.

"Saya, Bu Guru! Saya, Bu Guru! Saya, Bu Guru!" semua murid berteriak sembari mengangkat tangan.

"Tetapi tidak bisa semua anak pergi ke sana toh," ucap Bu Guru.

"Yah!" Murid-murid tampak kecewa.

"Siapa yang sekolah kalau kalian pergi ke Jawa semua? Hanya ada satu anak yang akan pergi ke Jawa mewakili kitong pu sekolah. Besok kitong akan adakan seleksi. Semua siswa boleh ikut seleksi. Jadi, siap-siap, ya!" kata Ibu Guru Ester.

"Biar saya saja yang mewakili sekolah, Bu Guru," teriak Delila memaksa.

"Saya saja, Bu Guru. Saya mau!" sela Asrin. "Deli dan Asrin nanti bisa buat malu sekolah, Bu. Saya saja lebih pintar dari mereka, Bu," sanggah Marlon, teman kelas saya yang lain.

"Sudah! Sudah! Kalian semua bisa mewakili sekolah. Ibu Guru percaya kalian semua bisa kasih lihat ke kitong guru-guru bahwa kalian pintar, tetapi sekali lagi kalian pu kecerdasan harus diseleksi," ujar Bu Guru Ester menengahi.

Keesokan harinya kami semua mengikuti seleksi jambore di sekolah. Semalaman saya belajar tentang materi pramuka. Saya sudah menghafal tentang sejarah pramuka, semapur, sandi morse, tali-temali, dan hal- hal lain yang berkaitan dengan pramuka.

Ketika saya sampai di sekolah, semua anak sudah berbaris di lapangan. Ibu Guru Ester memimpin di depan barisan. Dengan rasa malu, saya pun izin masuk ke dalam barisan.

"Mengapa ko terlambat, Luki? Urus anak di rumah?" tegur Bu Guru Ester.

"Tara ada, Bu. Saya tahan mata semalam, Bu Guru," jawab saya. Tahan mata di Papua artinya bergadang. Saya ingin lulus dalam seleksi peserta jambore. Saya pun belajar hingga larut malam.

"Buat apa tahan mata sampai tengah malam?" tanya Bu Guru Ester.

"Saya belajar, Bu Guru. Saya baca banyak buku tentang pramuka," jawab saya.

"Baik. Kalau ko tipu-tipu ibu-ibu guru di sini, ko tara bisa ikut seleksi ke Jawa! Sebagai hukumannya ko jadi yang pertama untuk diseleksi," ucap Ibu Guru Ester.

"Baik, Bu!" jawab saya.

Setelah giliran saya, teman-teman saya yang lain pun diseleksi. Ketika sudah tidak ada lagi anak yang diseleksi, kami diminta untuk menunggu hasilnya. Jantung kami berdegup kencang karena kami tidak sabar menunggu hasil seleksi itu.

"Anak-Anak, kalian su dengan baik ikut seleksi hari ini, tetapi guru-guru tara bisa memilih kalian semua ikut ke Jawa. Jadi, dewan guru di sini sudah sepakat memutuskan. Siswa terpilih itu adalah Luki Desfran Sarwa," ucap Bu Guru Ester.

Saya terkejut sekali. Teman-teman semua memberi selamat kepada saya. Saya menjadi semakin semangat untuk berusaha dan berdoa. Sepulang dari sekolah, saya berbagi cerita dengan Mama dan Bapa di rumah.

"Mama, saya mau pergi ke Jawa! Saya terpilih, Mama. Jambore nasional, Mama!" ucap saya dengan gembira.

Mama yang saat itu sedang sibuk membuat minyak kelapa langsung berdiri menyambut saya.

"Betulkah, Luki? Ko tara tipu Mama toh? Puji Tuhan Yang Mahakuasa!" Mama memeluk saya.

"Iya, Mama! Saya tara tipu Mama. Mama bisa tanya sama Asrin dorang dan saya pu teman-teman di sekolah. Ibu Guru Ester yang kasih pengumuman langsung tadi di sekolah," jelas saya kepada Mama.

Dalam percakapan di Papua, jika kami membahas dan menyebut nama orang lain, kami biasanya menambahkan kata dorang di belakang nama orang yang kami bahas. Dorang itu sebenarnya merupakan singkatan dari dia orang.

Mama semakin menambah kuat pelukannya. Saya bisa melihat wajah Mama yang bahagia dan bangga. Lalu, Mama bertanya lagi.

"Kapan ko berangkat ke Jawa, Luki?" tanya Mama.

"Minggu depan, Mama. Ibu Guru Ester dorang bilang begitu," jawab saya.

"Kok mesti siapkan fisik dan mental, Luki. Tara boleh malu-malu di kota nanti. Semua orang sama saja. Hitam, putih, keriting, dan lurus sama saja. Yang membedakan hanya isi kepala dan isi hati," kata Mama sambil mengusap kepala saya.

Beberapa hari berikutnya saya dilatih di sekolah oleh Ibu Guru Ester. Ibu Guru Ester mengajari saya tentang sejarah pramuka. Ibu Guru Ester juga mengajari saya bermain dengan tali, morse, dan bendera.

Di bawah ini merupakan contoh teks bacaan belajar membaca untuk anak SD merangkum dari buku Pohon Literasi (Kumpulan Cerpen untuk Anak SD Jilid 2) oleh Sri Mulatsih.

Teks Bacaan Belajar Membaca Anak SD – "Kakek Tua di Ujung Jalan"

Ajarkan Si Kecil membaca teks di bawah ini:

Kreeeeettt.....!

Garda tersentak kaget. Ditolehnya kebun rimbun, di mana suara berasal. Tak ada pergerakan apapun di sana. Bahkan angin pun enggan berembus. Ragu-ragu kembali Garda melangkah pelan, menyusuri jalan buntu.

Di hadapannya sungai kecil mengalir deras. Bebatuan yang sengaja ditata untuk menyeberang tampak menyembul sebagian. Mengapa juga dia mengikuti ajakan Husni untuk melewati jalan ini? Uji Nyali katanya? Garda menghela nafas berat.

Ditengoknya kesana kemari, tak terlihat teman-temannya. Ups.. kencang sekali mereka berlari, sampai ia ketinggalan, tak tahu arah begini.

"Hati-hati nak," tiba-tiba suara serak mengejutkan kembali Garda yang tengah termangu di pinggir sungai. Seorang kakek tua di seberang, tengah mendorong sebongkah batu untuk dimasukkan ke sungai. Terlihat sudah alur zigzag yang dibuat bongkahan-bongkahan batu yang menyembul itu. Tidak menghadang aliran air tetapi dapat digunakan untuk menyeberang.

"Maaf Kek, apakah jalan ini menuju kampung?" tanya Garda.

"Oh iya, Nak. Ini jalan pintas yang menghubungkan perumahan di depan dengan kampung ini." jelas Kakek tua, sambil membasuh kedua tangannya dengan air sungai.

"Jangan takut. Lompat saja di batu-batu, untuk menyeberang." Kakek tua berdiri menatap Garda yang mulai menyeberang. Lima hentakan pada batu, akhirnya sampai juga di di seberang. Hampir saja kaki kirinya terpeleset bibir sungai, tatkala Kakek tua meraih tangannya dengan sigap.

"Terimakasih Kek, hampir saja." ujar Garda sambil mengelus dadanya.

"Tidak apa-apa kok, nak. Sungainya tidak dalam, hanya selutut Kakek, jika aliran arus besar seperti saat ini. Tapi tetap harus waspada. Oh ya nak, ikuti saja setapak di tengah hutan bambu ini. Ujung setapak bertemu dengan jalan kampung, jangan mengambil jalan lain. Kakek takut kamu tersesat." Kakek tua menunjuk jalan setapak yang membelah rimbunan pohon bambu yang menghijau lebat.

"Ingat ya, ciri jalan setapaknya adalah hantaran daun bambu kering, jika ada jalan dengan daun bambu yang berwarna hijau jangan dilewati." Kakek tua kembali mengingatkan dengan sedikit tekanan.

"Terimakasih banyak Kek, saya pamit dulu." Garda mengangguk memberi salam. Kakek tua balas tersenyum sambil melambaikan tanganya. Garda kemudian berjalan menembus setapak. Di tengah jalan ditemuinya sebuah persimpangan. "Ingat ya, ciri jalan setapaknya adalah hantaran daun bambu kering, jika ada jalan dengan daun bambu berwarna hijau jangan dilewati."

Garda mengingat kembali pesan Kakek Tua. Di hadapannya terbentang dua jalur yang berbeda, satu jalur dipenuhi daun bambu kering, dan jalur satunya dipenuhi daun bambu yang masih hijau. Garda tidak ingin berpikir banyak, dia tidak memahami daerah ini, maka yang bisa dilakukan adalah mengikuti nasehat Kakek Tua.

Rimbun bambu, suara gesekan batangnya, keheningan yang mencekam. Garda menenangkan hatinya. Apa juga maksud Husni memberi tantangan ini? Tidak lucu! Fokus pada setapak jalan berdaun bambu kering. Selangkah dua langkah, mantap ia lanjutkan langkah-langkah berikutnya, dan terlihat sinar terang di ujung setapak. Sedikit berlari Garda menuju ujung jalan, dan benar saja jalan kampung yang sudah beraspal terbentang di depannya.

"Alhamdulillah..." gumam Garda sambil menarik nafas panjang lega. Dibungkukannya badannya, kedua tangan diletakkan di kedua lututnya untuk mengurai ketegangan. Kemudian ia kembali berjalan menyusuri jalan beraspal, di kanan kirinya terdapat rumah-rumah berpagar tumbuhan perdu hijau. Beberapa rumah terlihat tidak berpagar, hanya hamparan rumput yang terawat rapi.

"Garda!" Seru sebuah suara yang sangat dikenalnya. Di sebuah rumah berpagar perdu, tampak Husni, Richo, Abil dan Jafar melambaikan tangannya sambil berlari menyongsong Garda yang tersenyum lebar.

"Akhirnya, kau sampai juga!" Tampak sekali wajah- wajah penuh kelegaan.

"Tahu nggak, kami khawatir sekali, Da." ujar Richo.

"Kalian keterlaluan sih, ngapain juga nyuruh aku lewat jalan buntu itu!" sungut Garda merajuk. Husni Richo, abil dan Jafar berpandangan. "Siapa yang nyuruh kamu lewat jalan buntu, Gardaaa..." serentak teman-temannya berseru.

"Husni menggantung. bilang..." bela Garda, kalimatnya

"Aku bilang, ayo kita lewat jalan pintas, bukan jalan buntu" terang Husni.

"Di belakang perumahan yang kita lewati tadi memang ada pertigaan, kita ambil yang lurus, emang kamu ambil yang kanan?" sontak Jafar sambil mencengkeram bahu Garda.

"Iya. Dan jalannya buntu.." Belum selesai Garda berbicara, teman-temannya segera merangkulnya, sampai ia tersedak dan berontak melepaskan diri.

"Ada apa sih?" Tanya Garda keheranan

"Maafkan kami ya, Da," serius Husni berujar.

"Harusnya kalian larinya jangan kencang-kencang, tahu! Aku jadi ketinggalan jejak!" sungut Garda. "Iya kami minta maaf, jalan pintas di pinggir hutan bambu itu kan angker. Jadi spontan kami berlari kencang," jelas Abil

"Untunglah kamu selamat," lanjut Jafar. "Tidak ada yang berani lewat jalan buntu, Da. Bahaya!" terang Richo.

"Memangnya ada apa?" Garda mulai penasaran dengan apa yang terjadi. Terlihat wajah teman-temannya masih tampak tegang dan merasa bersalah. Mereka saling berpandangan. Dari kelima bersahabat itu, Garda adalah anak baru yang bukan asli penduduk kampung, ia tinggal di perumahan.

"Dulu teman kakekku pernah hilang di hutan bambu itu, Da." Husni mulai bercerita. Garda sedikit kaget. "Apa? bagaimana penasaran. ceritanya?" kata Garda.

"Waktu itu kakekku dan teman-temannya bermain di pinggir hutan bambu.." Husni kembali berhenti, ketika Richo, Abil dan Jafar menyela.

"Kakekku!"

"Kakekku!"

"Kakekku!"

"Iyaa... Kakek kakek kami memang bersahabat sejak kecil seperti kami. Mereka bermain di pinggir hutan bambu. Tak terasa semakin masuk ke dalam, sampai di tengah. Karena kebingungan arah, akhirnya mereka berpencar mencoba mencari jalan.

Sayangnya, salah seorang teman kakek benar-benar terpisah, ia berjalan terlalu jauh dari mereka. Ketika kakek dan ketiga temannya berhasil keluar dari hutan bambu, salah satu teman kakek tak kunjung keluar." Cerita Husni sambil menerawang, seakan merasakan kesedihan kakeknya.

"Pada saat itu juga penduduk kampung segera mencari keberadaan teman kakek, mereka berkelompok memasuki hutan bambu dengan bantuan obor untuk menanda arah jalan yang dilewati, agar dapat kembali dan tidak berputar-putar di hutan bambu. Tapi teman kakek tidak juga dapat ditemukan." lanjut Richo.

"Pencarian dilakukan sampai tiga hari berturut- turut." sahut Abil

"Teman kakek, tetap tidak ditemukan. Sejak itu, kakek-kakek kami selalu meluangkan waktu bersama setiap hari untuk menunggu di ujung jalan, di pinggir hutan bambu. Berharap temannya kembali," sambung Jafar. Garda melongo, hampir tak percaya. Kalau saja, tak dilihatnya wajah-wajah temannya yang memancarkan kesedihan, tentu ia akan anggap ini sebagai lelucon.

"Makanya, Da, kami senang sekali kamu kembali!" seru Richo, Husni, Abil dan Jafar berbarengan. Mata mereka memancarkan ketulusan. Garda tak mungkin meremehkan cerita mereka.

"Lalu, bagaimana bisa kamu melewati hutan bambu dengan selamat?" tanya Husni penasaran.

"Aku bertemu dengan seorang Kakek tua, di ujung jalan itu. la tengah merapikan jembatan batu untuk menyeberangi sungai yang sedang deras arusnya. la pula yang menunjukkan jalan setapak menuju kampung ini." Garda bercerita tanpa dilebih-lebihkan.

"Seorang Kakek?" tanya Jafar memastikan.

"Iya. Meskipun sudah tua, Beliau terlihat kuat. Hampir saja aku tercebur ke sungai, kalau saja tidak ditolongnya. Beliau pula yang menunjukkan jalan setapak mana yang harus aku lewati." Garda melanjutkan ceritanya. Husni, Richo, Jafar dan Abil mendengarkan dengan serius.

"Menunjukkan jalan? Maksudnya?" tanya Abil.

"Beliau berpesan, Ingat ya, ciri jalan setapaknya adalah hantaran daun bambu kering, jika ada jalan dengan daun bambu berwarna hijau jangan dilewati. Jadi setiap ada persimpangan jalan, aku lihat daun bambu di jalan setapak itu, jika kering maka aku lewati.

Beberapa kali aku menemukan persimpangan, dan aku selalu ingat pesan Kakek tua itu, untuk memilih jalan setapak yang berdaun kering. " terang Garda.

"Dan kau selamat, Garda!" tukas Richo

"Ya, dengan petunjuk Kakek di ujung jalan itu." Lima bersahabat itu saling berpandangan.

"Tapi, setahu kami tidak ada rumah di ujung jalan itu, lalu dimana kakek itu tinggal?" gumam Jafar sambil memandang teman-teman di hadapannya.

"Aku tidak tanya, aku juga kan tidak tahu kalau hutan bambu itu angker. Bertemu dengan kakek yang ramah, murah senyum, dan baik hati itu adalah keberuntunganku hari ini." timpal Garda.

"Apakah kakek itu berkulit kuning bersih kayak orang cina?" tanya Husni menyelidik. Garda mengingat kemudian mengangguk.

"Apakah rambutnya lurus, ada tahi lalat agak besar di ujung hidungnya?" Abil ikut mendesak. Garda terpaku. Dilihatnya teman-temannya.

"Meski sudah berwarna putih karena uban, aku yakin rambutnya lurus. Ada tahi lalat di ujung hidungnya. Kalian tidak berpikir bahwa...?" Ucapan Garda terhenti. Suasana haru menyelimuti mereka, dilihatnya mata Husni berkaca-kaca.

"Ayo! Kita ceritakan ini kepada kakek, siapa tahu sedikit mengobati rasa rindunya." ajak Jafar. Anak-anak mengangguk sepakat.

Mereka kemudian berjalan cepat menuju rumah Husni. Rumah joglo tua berpapan kayu jati, di mana anak-anak tadi berkumpul menunggu kedatangan Garda. Hembusan angin membawa suara gesekan batang bambu, resekan daunnya seakan berbisik Ingat ya, ciri jalan setapaknya adalah hantaran daun bambu kering, jika ada jalan dengan daun bambu berwarna hijau jangan dilewati...

5 Metode belajar membaca di Indonesia yang bisa dipraktikkan untuk anak sekolah

Merangkum dari buku Belajar Membaca Metode MSK (Membaca Suku Kata) karya Riduan M., berikut beberapa metode belajar membaca di Indonesia yang bisa dipraktikkan untuk anak sekolah dasar.

1. Metode dieja

Metode belajar membaca dengan mengeja telah lama diterapkan di Indonesia, bahkan jauh sebelum penggunaan EYD. Metode ini masih banyak digunakan untuk belajar membaca anak di daerah-daerah dan dunia pendidikan.

Namun, metode dieja memang kurang praktis dalam sistem pembelajaran. Anak-anak juga akan membutuhkan waktu yang lama untuk belajar sehingga mudah jenuh.

2. Metode Ba-Bi-Bu-Be-Bo

Metode belajar membaca yang satu ini cenderung menjadi hafalan dengan mengulas konsonan dan vokal, serta tidak dirumuskan secara runtut.

Contoh: K a k i s a y a, T a r i b a l i

Susunan tersebut diambil dari hafalan ba-bi-bu-be-bo sampai dengan za-zi-zu-ze-zo.

3. Metode Kurikulum

Metode kurikulum 2004, KTSP 2009/2013 adalah metode dengan bimbingan dari pemerintah. Guru SD perlu mengikuti pelatihan metode kurikulum secara langsung untuk memperoleh standar kompetensi, kompetensi dasar, hasil belajar, dan materi pembelajaran dari silabus serupa.

Namun, bagi orang tua yang non-guru akan sulit menerapkan metode ini karena kurikulum selalu berubah-ubah.

4. Metode Fonik

Metode fonik adalah metode belajar membaca yang umum diterapkan di beberapa ibukota provinsi, khususnya Jakarta. Terdapat empat indikator dalam metode ini;

  • Menyimak, anak bercerita dan bernyanyi dengan lagu A sampai Z
  • Berbicara, anak diberikan buku bergambar seri dan pertanyaan untuk mengetes kemampuan menyimak, konsentrasi, dan pemahaman kosa kata
  • Menulis, merupakan persiapan motorik dan pengetahuan bunyi dan huruf
  • Membaca, anak belajar dari tatanan termudah ke yang paling rumit mulai dari fonem, suku kata, dan kalimat.

5. Metode membaca suku kata (MSK)

Metode MSK untuk belajar membaca anak SD dilakukan dengan tiga tahap berikut ini:

  1. Anak membaca kalimat sederhana dengan tepat dan benar. Kalimat tersebut terdiri dari konsonan dan vokal, 1-3 suku kata, bermakna atau tidak.
  2. Anak telah mampu membaca buku pelajaran sekolah dengan sempurna.
  3. Tahap ketiga anak sudah menguasai metode MSK dengan sempurna dan mampu membaca jenis teks apa pun dalam bahasa Indonesia. 

Demikian 20 contoh teks belajar membaca untuk anak kelas 1 SD beserta metode pembelajarannya. Semoga bermanfaat!

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda