HaiBunda

PARENTING

7 Kemampuan Bersosialisasi Anak 2-3 Tahun, Salah Satunya Mau Main dengan Teman Sebaya

Kinan   |   HaiBunda

Kamis, 19 Sep 2024 09:05 WIB
Ilustrasi perkembangan anak/Foto: Getty Images/somethingway
Jakarta -

Memasuki usia 2-3 tahun, perkembangan emosi dan sosial anak akan semakin meningkat. Apa saja kemampuan bersosialisasi anak 2-3 tahun yang perlu dipahami oleh orang tua?

Dikutip dari laman Parents, sosialisasi merupakan bagian penting dari keseluruhan perkembangan anak. Dengan demikian, orang tua perlu turut serta membantu mengoptimalkan komponen ini.

"Perkembangan sosial anak terkait dengan banyak area lain. Ini termasuk tonggak penting selama fase balita dan prasekolah," ungkap psikolog perkembangan anak, Heather Wittenberg, Ph.D.


Sosialisasi sangat penting karena mempersiapkan anak untuk mengelola perasaan pribadi, memahami perasaan dan kebutuhan orang lain, serta berinteraksi dengan cara yang dapat diterima oleh lingkungan sekitar.

Kemampuan sosialisasi anak 2-3 tahun

Di sekitar usia ini, anak akan lebih banyak berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya dan teman sebaya. Meski begitu, mereka juga masih suka bermain dengan pengasuh utamanya yakni orang tua.

Berikut beberapa contoh perkembangan sosialisasi anak 2-3 tahun:

1. Bermain berdampingan

Anak-anak pada rentan usia ini biasanya sudah lebih mau terlibat dalam permainan paralel, ini berarti mereka bermain berdampingan alih-alih bermain bersama.

Anak sudah mulai memahami bahwa ada anak lain yang seusia dengannya. Mereka juga mulai penasaran ingin mendekat dan bermain bersama, meski tidak selalu dapat langsung melakukannya dengan lancar.

"Mereka belum banyak interaksi dengan anak-anak lain pada tahap ini, tetapi tetap penting untuk memberi anak waktu main bersama teman sebaya," ungkap Wittenberg dikutip dari laman Parents.

2. Memahami konsep kepemilikan

Hal ini juga merupakan usia di mana anak-anak mulai paham akan konsep kepemilikan, sehingga mulai sering berebut mainan dan berkata 'itu milikku!'.

Berbagi menjadi sangat sulit pada usia ini, karena mereka belum mampu melihat sudut pandang anak lain.

"Perilaku sosial mereka mencerminkan pemikiran egosentris dan masih dipandu oleh keinginannya sendiri," tutur Maria Kalpidou, Ph.D., profesor psikologi dari Assumption College, Worcester.

Bunda dapat membantu anak belajar tentang berbagi dengan menjadi contoh. Ajarkan konsep berbagi dan menunggu giliran, dengan harapan dapat membantu anak mempelajari kemampuan sosial ini.

3. Memperluas hubungan dengan orang lain

Menunjukkan minat pada orang lain adalah bagian penting dari sosialisasi. Di usia 2-3 tahun, anak-anak akan mulai mencari interaksi di luar interaksi dengan orang tua dan saudara serumah. 

Baik itu bermain dengan kakek-nenek atau melambaikan tangan kepada orang lain saat bermain di luar rumah. Dari hal-hal sederhana ini, anak belajar menikmati kebersamaan dengan orang lain. 

Meskipun beberapa anak tidak dapat langsung terbuka dengan orang lain, jangan cepat-cepat melabeli mereka sebagai 'pemalu'.

"Orang tua sering kali melihat rasa malu sebagai hal yang negatif, padahal wajar jika anak-anak lambat bergaul dengan orang yang tidak mereka kenal atau jarang mereka temui. Beri anak waktu untuk menyesuaikan diri dengan situasi baru dan ikuti arahannya," jelas Wittenberg.

Nantinya saat anak mulai banyak bermain di luar rumah, atau mungkin sudah masuk kelompok bermain, mereka akan lebih banyak bersosialisasi dengan teman sebaya.

4. Ingin bermain dengan teman sebaya

Permainan asosiatif dimulai pada rentang usia sekitar 3 tahun, jadi biasanya anak akan mulai penasaran dan ingin bermain dengan teman-teman sebayanya.

"Penting pada tahap ini untuk memberi anak banyak kesempatan untuk menghabiskan waktu dengan teman sebaya," saran Wittenberg.

Namun ingat, anak mungkin masih membutuhkan bantuan dari Bunda dalam menghadapi situasi sosial di waktu ini. Meskipun mereka dapat memahami beberapa aturan dasar berperilaku di tempat umum, tetap berikan pengertian tentang berbagi dan bergiliran.

5. Menggunakan imajinasi saat bermain

Ilustrasi anak bermain/Foto: Getty Images/iStockphoto/ronnachaipark

Bermain berdandan, bermain pura-pura, dan aktivitas kreatif lainnya akan menjadi bagian dari bermain bersama teman sebaya pada anak usia sekitar 3 tahun.

Menurut Kalpidou, Si Kecil mungkin juga akan berteman dengan anak lain berdasarkan minat yang sama. Meski konsep berbagi mungkin masih sulit bagi anak berusia 3 tahun, mereka mulai dapat memahami kompromi dan menghormati orang lain.

"Anak-anak seusia ini lebih cenderung menyelesaikan konflik dengan teman-teman untuk mempertahankan permainan mereka dan menunjukkan perilaku yang lebih positif satu sama lain," imbuhnya.

6. Mulai belajar memahami emosi

Jangan lupa bahwa anak balita biasanya masih belajar paling banyak dengan meniru orang tua, jadi tunjukkan berbagai perasaan (senang, sedih, takut) saat menonton TV atau membaca buku. Ini akan membantu anak menjadi lebih sadar akan perasaan mereka sendiri dan perasaan orang lain.

Selain itu, anak mungkin mulai menunjukkan empati dengan menawarkan pelukan saat dibutuhkan.

7. Berbagi dan bekerja sama lebih banyak dengan orang lain

Meski masih akan tetap ada fase tarik-menarik mainan alias berebut mainan, anak mulai dapat memahami konsep berbagi dan menunggu giliran. 

Ada peningkatan kesadaran akan pikiran orang lain, yang memungkinkan anak-anak mengembangkan keterampilan negosiasi, menyelesaikan konflik secara verbal, memantau keadaan emosional suatu kelompok, dan mengatur perilaku anak-anak lain.

Peran orang tua dalam perkembangan sosial anak

Dikutip dari Raising Children, rentang usia 2-3 tahun merupakan salah satu periode waktu terpenting untuk perkembangan emosional anak.

Mereka mengalami banyak emosi dan masih belajar tentang memahami berbagai perasaan tersebut. Setelah itu, barulah mereka kemudian bisa belajar memahami perasaan orang lain. 

Tantrum merupakan hal yang umum dilakukan anak saat ini, karena anak belum selalu dapat mengomunikasikan kebutuhannya. Mereka sering kali tidak tahu bagaimana mengungkapkan emosi yang kuat seperti frustrasi, marah, malu, dan rasa bersalah.

Anak juga mulai memahami bagaimana perilaku mereka memengaruhi Bunda dan pun demikian sebaliknya. Sering kali respons yang diberikan berupa tantrum untuk mencari perhatian orang tua.

Berikan anak kesempatan bermain dengan orang lain dan teman sebaya. Bermain merupakan cara yang bagus bagi anak untuk belajar bergaul dengan anak-anak lain, berteman, dan mengembangkan keterampilan sosial seperti berbagi dan bergiliran. Semoga bermanfaat ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(fir/fir)

Simak video di bawah ini, Bun:

Penyebab, Ciri, dan Cara Mengatasi Speech Delay pada Anak Menurut Dokter

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

5 Potret Before After Artis Sukses Turunkan Berat Badan, Aurel hingga Mahalini

Mom's Life Nadhifa Fitrina

Apakah Sekali Berhubungan Intim Bisa Langsung Hamil?

Kehamilan Melly Febrida

5 Potret Cadmael Anak Chand Kelvin Sunat di Usia 2,5 Bulan, Bikin Kaget Netizen

Parenting Nadhifa Fitrina

5 Potret Joanna Alexandra Ajak Kekasih Ketemu Orang Tua & Quality Time Bareng Anak

Mom's Life Nadhifa Fitrina

Curhat Pevita Pearce Ungkap Suka Duka Hidup Jauh dari Keluarga

Mom's Life Annisa Karnesyia

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

5 Potret Before After Artis Sukses Turunkan Berat Badan, Aurel hingga Mahalini

Apakah Sekali Berhubungan Intim Bisa Langsung Hamil?

5 Potret Cadmael Anak Chand Kelvin Sunat di Usia 2,5 Bulan, Bikin Kaget Netizen

20 Tanaman Hias Tahan Panas, Cocok untuk Outdoor

Curhat Pevita Pearce Ungkap Suka Duka Hidup Jauh dari Keluarga

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK