
parenting
Anak Demam Turun Disertai Nyeri Perut, Waspada Terkena DBD Bunda
HaiBunda
Jumat, 20 Sep 2024 21:00 WIB

Demam merupakan salah satu gejala Demam Berdarah Dengue (DBD) yang patut diwaspadai, Bunda. Pada anak-anak keluhan demam sering kali sulit dikenali sebagai gejala DBD.
Menurut Dr. dr. Anggraini Alam, SpA(K), Ketua UKK Infeksi dan Penyakit Tropis, PP Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), demam DBD yang dialami anak memiliki ciri yang khas. Demam yang tiba-tiba turun dapat disertai gejala lain, seperti nyeri perut hingga munculnya pendarahan.
Turunnya demam tersebut merupakan bagian dari fase kritis perjalanan penyakit DBD. Bunda perlu waspada bila mengalami keluhan ini setelah sebelumnya suhu tubuh naik.
"Ada tiga fase dalam perjalanan penyakit dengue (DBD) selama tujuh hari, yakni fase demam, fase kritis, dan pemulihan," kata dokter yang akrab disapa Anggi ini dalam acara Diskusi Media Penanggulangan DBD bersama Takeda Indonesia di Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (19/9/24).
"Pada fase demam, suhu tubuh anak mendadak tinggi. Di fase kritis, demam akan turun dan sering kali disangka sembuh. Padahal, kalau ada salah satu tanda bahaya, seperti nyeri perut hebat, muntah-muntah, pendarahan, tubuh lesu atau gelisah, itu harus segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut," sambungnya.
Ya, gejala DBD pada anak memang cukup khas, Bunda. Pada anak yang masih kecil dan belum bisa bicara, gejala demam biasanya akan disertai perubahan perilaku. Berbeda dengan kondisi medis lain, anak yang demam karena DBD umumnya tidak akan mengalami pilek.
"Gejala di anak, terutama pada anak yang belum bisa bicara itu mendadak demam, anak tampak lesu, lebih rewel, dan mukanya itu tampak merah semua. Terkadang, gejala ini sulit dibedakan, tapi pada umumnya pada DBD in tidak ada pilek," ungkap Anggi.
Perlu diketahui ya, anak yang terkena DBD akan mengalami tingkat kesakitan, keparahan, dan kematian yang tinggi. Sekitar 73 persen kasus dengue terjadi pada usia 5-4 tahun, dengan proporsi angka kematian sebesar 49 persen yang terjadi pada kelompok usia 5-14 tahun.
Seorang anak yang pernah terkena DBD dapat terjangkit kembali dengan penyakit serupa. Sebab, virus dengue ini terdiri dari empat jenis serotipe yang dapat menularkan ke manusia di waktu berbeda.
Selain itu, hingga kini belum ditemukan obat untuk mengatasi, Bunda. Pengobatan yang dilakukan di rumah sakit hanya untuk penanggulangan gejala.
Cara mencegah DBD pada anak
Ilustrasi Anak Demam karena DBD/ Foto: Getty Images/iStockphoto
Meski tidak ada obat, DBD dapat dicegah agar tidak menjadi parah. Pencegahan ini dapat dimulai sejak dini di setiap keluarga.
"Hingga saat ini, belum ada obat khusus untuk mengobati dengue, sehingga pencegahan menjadi krusial. Upaya ini harus dimulai dari tingkat terkecil yaitu diri sendiri dan keluarga," ungkap Anggi.
Berikut tiga langkah pencegahan DBD pada anak yang dapat Bunda lakukan:
1. Melakukan 3M Plus
Gerakan 3M Plus merupakan langkah awal yang dapat dilakukan di rumah untuk mencegah DBD. Makna dari 3M dapat berarti:
- Menguras tempat penampungan air
- Menutup tempat-tempat penampungan air
- Mendaur ulang berbagai barang yang memiliki potensi untuk dijadikan tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus DBD.
Sementara poin Plus dapat berarti:
- Menanam tanaman yang dapat menangkal nyamuk
- Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk
- Memeriksa tempat-tempat yang digunakan untuk penampungan air
- Menggunakan obat anti nyamuk atau kelambu tidur
- Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi yang ada di rumah
- Meletakkan pakaian yang telah digunakan dalam wadah yang tertutup
- Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar
- Memberikan larvasida pada penampungan air yang susah untuk dikuras
- Melakukan gotong royong untuk membersihkan lingkungan secara bersama
2. Vaksinasi DBD
Langkah selanjutnya untuk mencegah DBD adalah pemberian vaksin. Melalui vaksinasi ini, Si Kecil bisa terhindar dari keparahan sakit bila terinfeksi virus DBD, Bunda.
"Secara umum, setiap 12 detik itu satu bisa nyawa diselamatkan dengan vaksinasi. Jika orang yang divaksinasi sakit, mereka cenderung memiliki gejala yang lebih ringan. Secara umum juga sangat jarang seseorang yang divaksinasi mengalami sakit parah," kata Anggi.
Saat ini di Indonesia terdapat dua jenis vaksin DBD yang sudah mendapatkan izin edar dari BPOM. Salah satu vaksin dari PT Takeda Indonesia dapat diberikan pada anak usia 6-18 tahun, Bunda.
"Vaksin ini dapat melindungi dari empat virus serotipe DBD. Vasin dapat diberikan pada usia 6-45 tahun, atau pada anak itu 6-18 tahun. Vaksin diberikan dua dosis dengan selang waktu (jarak) tiga bulan," ujar Anggi.
"Menurut penelitiannya, vaksin ini belum menunjukkan perlunya pengulangan atau booster sampai 4,5 tahun. Tapi nanti tentunya kalau ada perubahan terkait pengulangan vaksinasi pasti akan diinformasikan."
Vaksin DBD hingga kini masih berbayar. Biaya satu dosis vaksin mulai dari Rp600.000, atau tergolong lebih murah dibandingkan vaksin berbayar lainnya.
"Meskipun anak adalah yang paling rentan terjangkit, tetapi remaja dan dewasa tetap perlu perlindungan karena penyebaran virus dengue tidak terbatas usia, di mana seseorang tinggal, serta gaya hidup mereka," kata Anggi.
Demikian gejala DBD serta ketersediaan vaksin untuk mencegah keparahan sakit. Semoga informasi ini bermanfaat ya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
Simak juga 4 tips membersihkan rumah untuk cegah nyamuk daalam video berikut:Â
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Parenting
7 Ciri DBD pada Anak yang Perlu Diwaspadai, Kapan Perlu Dibawa ke Dokter?

Parenting
Ciri-Ciri Anak Kena DBD Alias Demam Berdarah Dengue, Sudah Tahu Bun?

Parenting
Demam Berdarah Dengue Kambuh Bisa Lebih Parah Jika Antibodi Turun

Parenting
Jangan Sepelekan, DBD Bisa Sebabkan Kematian Anak

Parenting
Kenali Gejala DBD pada Anak yang Tidak Bunda Sadari


5 Foto
Parenting
Deretan Artis yang Masih Sembunyikan Wajah Anak, Ternyata Ada Alasannya
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda