Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

3 Fase Sakit Demam Berdarah (DBD) pada Anak, Simak Bun

Mutiara Putri   |   HaiBunda

Rabu, 21 Feb 2024 22:05 WIB

Aedes mosquito sucking blood
Ilustrasi fase demam DBD/Foto: Getty Images/iStockphoto/Noppharat05081977
Daftar Isi
Jakarta -

Sama seperti orang dewasa, anak-anak juga bisa terserang penyakit demam berdarah dengue (DBD). Ketika mengidap kondisi ini, anak akan melewati beberapa fase mulai dari demam hingga pemulihan, Bunda.

DBD sendiri merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes. Hal ini turut diungkapkan oleh dokter spesialis anak, dr. Dian Sulistya Ekaputri Sp.A.

"DBD merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes. Penyakit ini dapat menyebabkan demam tinggi, nyeri sendi, nyeri otot, dan dalam kasus yang parah dapat menyebabkan perdarahan serius dan syok," ungkapnya ketika diwawancarai HaiBunda pada Rabu (21/2/2024).

Banner Tips Diet Ala Nabi Muhammad

Ciri dan tanda khas DBD

Dalam kesempatan yang sama, dr. Dian mengungkapkan beberapa ciri yang dapat terlihat ketika anak terserang DBD. Berikut ini deretannya:

  • Demam tinggi
  • Nyeri otot dan sendi
  • Sakit kepala
  • Ruam kulit
  • Mual
  • Muntah
  • Perdarahan dari gusi atau hidung

Sementara itu, dr. Dian juga menyebut ada beberapa ciri atau tanda khas dari DBD. Salah satunya adalah bintik-bintik pada kulit.

"Tanda khasnya adalah perdarahan, seperti bintik-bintik merah di kulit yang disebut purpura, serta perdarahan dari gusi, hidung, atau bahkan bintik-bintik darah pada kulit," paparnya.

Fase dalam DBD

Dalam DBD, terdapat 3 fase yang akan dilalui Si Kecil, Bunda. Ketiganya adalah fase demam, fase kritis, dan fase penyembuhan. Berikut ini penjelasannya:

1. Fase febris atau demam

Dokter Dian menjelaskan, pada fase demam ini akan akan mengalami sejumlah gejala. Mulai dari demam tinggi, sakit kepala, hingga muntah.

"Fase febris ditandai dengan demam tinggi, sakit kepala, mual, dan muntah," ujarnya.

Melansir dari laman CDC, demam pada fase ini umumnya berlangsung selama 2-7 hari. Tidak hanya itu, kondisi ini juga dapat bersifat bifasik.

2. Fase kritis

Fase kritis sendiri merupakan fase di mana anak sudah mulai mengalami penurunan pada jumlah trombosit, Bunda. Pada tahap ini, risiko perdarahan pun akan semakin meningkat.

"Fase kritis adalah ketika pasien mulai mengalami penurunan jumlah trombosit dan risiko perdarahan meningkat," jelas dokter yang berpraktik di RS Kenak Medika Gianyar Bali ini.

Fase kritis demam berdarah dimulai saat suhu tubuh turun dan berlangsung selama 24 hingga 48 jam. Pada fase ini, kebanyakan pasien mengalami perbaikan klinis, namun mereka juga mengalami kebocoran plasma dalam jumlah besar selama beberapa jam yang dapat memperparah kondisinya.

Menilik dari CDC, anak mungkin anak tampak baik-baik saja meski sudah miliki tanda syok awal. Di tahap ini, anak biasanya mengalami tinja berdarah, hingga syok berkepanjangan.

3. Fase penyembuhan

Fase selanjutnya yang akan dilewati anak dengan DBD adalah fase penyembuhan, Bunda. Di tahap ini, gejala mulai menurun dan kondisi anak mulai membaik.

"Fase penyembuhan adalah fase di mana gejala mulai membaik dan tubuh mulai pulih," ujar dr. Dian.

Pada fase ini, jumlah sel darah putih biasanya mulai meningkat yang juga diikuti dengan pemulihan jumlah trombosit. Selain itu, ruam pada kulit juga akan mengalami penyembuhan, Bunda.

Langkah pencegahan DBD

Dokter Dian mengungkap pencegahan DBD dapat dilakukan dengan program 3M. Berikut ini penjelasannya:

1. Menguras

Kegiatan menguras adalah langkah awal yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit DBD. Kegiatan ini bisa dilakukan dengan cara menguras tempat-tempat yang bisa menjadi sarang nyamuk seperti ember, bak mandi, dan masih banyak lagi.

"Menguras tempat-tempat yang bisa menjadi sarang nyamuk, seperti potongan ban bekas, ember, atau bak mandi yang tidak digunakan. Pastikan tidak ada genangan air di sekitar rumah," jelasnya.

2. Menutup

Kegiatan selanjutnya adalah menutup rapat-rapat tempat penyimpanan air. Tidak hanya itu, Bunda juga bisa memasang kelambu pada jendela dan pintu.

"Menutup rapat-rapat tempat penyimpanan air, seperti tong air dan bak mandi, serta memasang kelambu pada jendela dan pintu untuk mencegah nyamuk masuk ke dalam rumah," kata dr. Dian.

3. Mendaur ulang

Selanjutnya, dr. Dian mengungkap kegiatan lain yang bisa dilakukan adalah mendaur ulang barang-barang yang memiliki potensi untuk dijadikan tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti. Beberapa barang di antaranya adalah botol bekas, kaleng, ban bekas, dan lain sebagainya.

"Mendaur ulang berbagai barang yang memiliki potensi untuk dijadikan tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti, seperti botol bekas, kaleng, ban bekas, dan barang-barang lain yang bisa menampung air," ujarnya.

"Dengan mendaur ulang atau membuang barang-barang ini dengan tepat, kita dapat mengurangi tempat yang dapat digunakan oleh nyamuk untuk bertelur dan berkembang biak," tambah dr. Dian.

Demikian informasi mengenai fase dalam kondisi DBD, Bunda. Semoga bermanfaat, ya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(mua)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda