PARENTING
Kisah Atlet Sepatu Roda Bianca Adelyn, Awal Tak Sengaja hingga Raih Juara di PON XXI Aceh-Sumut
Mutiara Putri | HaiBunda
Rabu, 06 Nov 2024 16:05 WIBBermain sepatu roda termasuk salah satu kegiatan yang menantang bagi anak. Dari sini, Si Kecil bisa belajar beberapa hal termasuk soal keseimbangan tubuh. Hal inilah yang juga turut dirasakan gadis berusia 10 tahun bernama Bianca Adelyn Salim.
Gadis berusia 10 tahun yang akrab disapa Bianca ini baru saja menorehkan prestasi sebagai atlet sepatu roda. Ia berhasil meraih juara 2 di ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut 2024, cabang Sepatu Roda Freestyle. Tidak hanya itu, ia juga pernah mengikuti lomba tingkat nasional lainnya di Palembang dan Jakarta.
"Aku mengikuti PON XXI Aceh-Sumut di Cabang Sepatu Roda Freestyle dan mendapatkan juara dua. Lomba yang pernah aku ikuti adalah rata-rata tingkat nasional. Aku pernah mendapatkan juara 1 di Palembang, juara 3 di Jakarta, dan beberapa kali juara 2 di berbagai kota dan juara 1 lomba fashion show," tutur Bianca saat berbincang kepada HaiBunda, baru-baru ini.
Awal mula Bianca menekuni sepatu roda
Bianca menceritakan dirinya mulai belajar sepatu roda ketika berusia enam tahun. Ketertarikannya berawal ketika Bianca melihat sang sepupu bermain sepatu roda.
"Aku mulai belajar sepatu roda dari usia 6 tahun. Dulu sepupu aku bermain sepatu roda, jadi aku mulai bermain sepatu roda juga," katanya.
"Aku dulu pertama kali bermain sepatu roda berlatih di rumah pertama kali, terus aku lagi jalan-jalan, aku ketemu klub, terus aku join," sambung Bianca.
Saat bermain sepatu roda, Bianca merasa dirinya bisa ikut menari di atasnya. Meski begitu, permainan sepatu roda membutuhkan keseimbangan yang baik. Bagi Bianca, gerakan-gerakan sepatu roda yang dipelajarinya selama ini mempunyai keunikan tersendiri.
"Hal yang menarik dari sepatu roda itu karena aku bisa menari di atas sepatu roda dan bermain sepatu roda itu butuh keseimbangan. Dulu aku awalnya cuma buat hobi saja, tapi pas aku mulai lomba-lomba, ternyata seru juga. Jadi, aku pengin membuat prestasi," paparnya.
"Sepatu roda itu membutuhkan keseimbangan dan ketelitian. Sebenarnya semua gerakan sepatu roda memiliki keunikannya masing-masing, tetapi belakangan ini aku sedang menyukai gerakan yang namanya Toe Christie, yaitu gerakan yang duduk," lanjut Bianca.
Dukungan dari orang tua Bianca
Ibunda Bianca, Bunda Yenny mulai menyadari potensi sang putri dalam bidang sepatu roda ketika Bianca berusia enam tahun. Ketika itu, Bianca tidak sengaja melihat sepupunya bermain sepatu roda dan tanpa disadari ia pun tertarik dengan olahraga itu.
"Awalnya, Bianca suka bermain sepatu roda itu di usia enam tahun. Itu juga tidak sengaja, ya. Dia melihat sepupunya bermain sepatu roda dan diam-diam dia enggak bilang sama kita (orang tuanya), dia ternyata suka," katanya pada wawancara yang sama.
"Dia suka melihat sepatu roda, lalu kemudian kami pergi ke suatu toko olahraga, dia pegang sepatu roda dan dia paksa harus beli sepatu roda. Dari situ sih mulainya," sambung Bunda Yenny.
Bunda Yenny mengatakan mulanya dirinya tidak berencana mengarahkan sang putri menjadi atlet sepatu roda. Bunda Yenny hanya menganggap sepatu roda sebagai hobi yang menyenangkan.
"Sebenarnya awalnya kami sama sekali tidak ada rencana Bianca menjadi atlet sepatu roda. Semuanya hanya untuk hobi, untuk fun (senang-senang). Begitu pula ketika Bianca berlatih di club, itu juga hanya untuk dasarnya gitu," kata Bunda Yenny pada wawancara yang sama.
Setelah dijalani, Bunda Yenny merasa Bianca sangat bersemangat dan terus belajar tentang sepatu roda. Sang putri pun tidak ingin melewatkan waktu latihannya.
"Kami perhatikan kok anak ini semangat ya, semangat terus belajar sepatu roda, setiap kali dia mau ke club semangat, enggak pernah mau izin, di rumah juga dia latihan terus, cari-cari sendiri," tutur Bunda Yenny.
Awal Bianca mengikuti PON XXI
Ketekunan Bianca akan berlatih sepatu roda pun membawanya menjadi atlet di PON XXI. Sebelum mengikuti kompetisi itu, Bianca sempat mengikuti berbagai seleksi hingga akhirnya bisa lolos.
"Cerita awal Bianca menjadi atlet di PON XXI itu awalnya kami mengikuti seleksi untuk masuk ke PON. Seleksinya ini dibagi menjadi dua, yang pertama piala Ibu Negara, dua tahun lalu. Di sini Bianca lolos, lalu kemudian naik lagi ke seleksi berikutnya, berjenjang seleksinya, yaitu babak kualifikasi PON di Yogyakarta dan kemudian Bianca lolos lagi," ujarnya.
"Setelah Bianca lolos kualifikasi di Yogyakarta ini, kemudian dia masuk menjadi pelatda atau atlet Jakarta secara resmi. Jadi, berlatih di bawah coach dari pelatda," sambung Bunda Yenny.
Selama berlatih, Bianca mengatakan bahwa sang Bunda selalu memberikan motivasi pada dirinya. Kalimat yang selalu diingat adalah dirinya tidak boleh putus asa dan sombong.
"Mami selalu bilang kita tidak boleh gampang berputus asa dan tidak boleh sombong saat menang," katanya.
Bunda pasti juga ingin memiliki anak yang berprestasi seperti Bianca, ya? Lantas, bagaimana gaya parenting ala Bunda Yenny?

Tips parenting Ibunda Bianca