Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Paparan Konten Digital Bisa Sebabkan Brain Rot, Pakar Jelaskan Dampaknya pada Anak

Mutiara Putri   |   HaiBunda

Selasa, 18 Mar 2025 13:45 WIB

Boys are using digital tablet and is sitting on a sofa at home in Kuala Lumpur, Malaysia.
Ilustrasi Anak Main Gadget/Foto: iStock
Jakarta -

Gadget menjadi salah satu teknologi yang sangat bermanfaat, terutama bagi anak dalam dunia pendidikan. Namun, terlalu banyak terpapar konten digital ternyata bisa menyebabkan Si Kecil mengalami brain rot.

Fenomena brain rot sendiri tidak boleh diremehkan baik bagi siswa maupun mahasiswa. Brain rot memiliki korelasi terhadap penurunan motivasi belajar, Bunda.

Psikolog dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Nur Islamiah, MPsi, PhD, mengungkap bahwa penurunan motivasi belajar menjadi akibat dari perubahan pola belajar. Salah satu penyebabnya adalah karena paparan konten digital yang serba instan.

Perempuan yang akrab disapa Mia ini mengatakan siswa yang terbiasa mengonsumsi informasi instan cenderung kehilangan minat dalam tugas akademik yang memerlukan usaha lebih. Misalnya membaca materi panjang atau memecahkan soal yang kompleks.

Konten medsos sebabkan anak bosan belajar

Mia menyebut anak-anak yang terbiasa mengonsumsi informasi secara instan lebih memilih aktivitas yang memberikan kepuasan instan dari pada proses belajar yang butuh ketekunan. Hal ini pun membuat motivasi intrinsik untuk belajar menurun karena merasa lebih sulit mengikuti proses pembelajaran yang durasinya lebih lama dan mendalam.

Mia juga menjelaskan bahwa kelelahan mental akibat overstimulasi digital menyebabkan anak kurang termotivasi untuk aktif dalam pembelajaran.

"Ketika otak terus-menerus menerima rangsangan dari media sosial atau konten hiburan, aktivitas belajar yang lebih statis terasa membosankan dan kurang menarik," ujarnya, dikutip dari laman IPB University.

Jika dibiarkan, hal ini akan semakin buruk karena kurangnya kemampuan reflektif. Siswa pun jadi kurang bisa memahami tujuan jangka panjang dari belajar dan lebih fokus pada kepuasan jangka pendek.

Lebih lanjut, Mia mengatakan kondisi brain rot juga akan berujung pada rendahnya keterlibatan pada proses belajar, kesulitan memahami materi, penurunan prestasi, serta peningkatan stres dan kecemasan mengenai tugas akademik.

Lantas, bagaimana cara mengatasi brain rot ini?

TERUSKAN MEMBACA KLIK DI SINI.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(mua/som)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda