Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Hindari Ucapan "Gitu Aja Takut!" ke Anak, Ini Bahaya dan Kata Pengganti Terbaik Menurut Pakar

Nadhifa Fitrina   |   HaiBunda

Rabu, 09 Jul 2025 18:20 WIB

Hindari Ucapan
Ilustrasi/Foto: Getty Images/charnsitr
Daftar Isi
Jakarta -

Bunda, pernah enggak merasa bingung saat anak tiba-tiba takut hal-hal yang menurut kita sepele? Misalnya saja takut naik lift, takut air, atau panik lihat serangga kecil.

Nah, Bunda tidak sendiri. Banyak orang tua mengalami hal serupa dan tanpa sadar langsung berkata, "Gitu aja takut?" atau "Udah ah, jangan lebay."

Padahal, kalimat seperti itu bisa membuat anak makin terpuruk, lho. Sebagai orang tua, pasti sering kewalahan menghadapi emosi anak yang tampaknya berlebihan.

Dikutip dari buku How to Talk to Kids About Anything karya Robyn Silverman, PhD, bahwa sikap meremehkan justru bisa memperburuk emosi anak. Ia juga menekankan bahwa rasa takut dan kecemasan adalah dua hal yang berbeda.

Rasa takut muncul saat ada ancaman nyata, sementara kecemasan adalah respons terhadap ancaman yang dibayangkan. Anak sering kali terpancing oleh pikiran "Bagaimana jika".

Ucapan sepele bisa jadi luka emosional untuk anak

Niat menyemangati anak tentu baik. Namun, kalimat seperti "Ah, masa sih takut?" justru bisa membuat anak merasa malu dengan ketakutannya.

Padahal, menurut dr. Robyn Silverman, anak perlu tahu bahwa ketakutan yang mereka rasakan itu valid dan bukan sesuatu memalukan.

"Perasaan takut perlu dinormalisasi, bukan ditekan," tulis dr. Robyn dalam bukunya.

Jika terus diabaikan, anak bisa merasa tidak aman untuk bercerita. Lama-lama, Si Kecil jadi ragu menunjukkan perasaannya karena takut disalahkan.

Menormalkan rasa takut bukan berarti membiarkan anak larut dalam kecemasan. Namun, bantu mereka memahami bahwa takut adalah emosi yang bisa dikelola.

"Ketakutan adalah respons normal dan berguna terhadap ancaman, terutama pada anak-anak yang masih belajar mengenali dunia di sekelilingnya," kata dr. Silverman, PhD, dikutip dari purewow, Senin (07/07/2025).

Anak butuh validasi, bukan penyangkalan

Validasi bisa dimulai dari kalimat sederhana seperti, "Bunda tahu ini menakutkan buat kamu, tapi Bunda yakin kamu bisa menghadapinya". Kalimat ini memberi ruang bagi anak untuk merasakan emosinya tanpa merasa dihakimi.

"Anak-anak perlu merasa bahwa ketakutan mereka dimengerti, bukan dipermalukan," kata dr. Silverman.

Dengan begitu, mereka lebih terbuka untuk bercerita dan lebih siap menghadapi ketakutannya. Lama-kelamaan, anak pun belajar bahwa emosi tidak perlu disembunyikan, tetapi bisa dihadapi bersama orang tua yang mendukung.

Pendekatan seperti ini tidak hanya menenangkan, tetapi juga menumbuhkan keberanian. Anak belajar bahwa mereka bisa tetap melangkah meski merasa takut.

Mereka jadi tahu bahwa rasa takut bukan alasan untuk menyerah. Justru dari situlah keberanian itu tumbuh, saat anak memilih mencoba, meski hatinya masih ragu.

Ceritakan ketakutan Bunda sendiri untuk membangun koneksi

5 Tanda Anak Usia 1-3 Tahun Alami Overstimulasi, Rewel Salah Satunya BunIlustrasi/Foto: Getty Images/iStockphoto/Rawpixel

Satu trik sederhana yang disarankan dr. Silverman adalah membagikan pengalaman pribadi. Misalnya, Bunda bisa bilang, "Dulu Bunda juga takut petir, lho" atau "Bunda sampai sekarang masih takut laba-laba".

Dengan begitu, anak merasa tidak sendirian dalam rasa takutnya. Si Kecil tahu bahwa perasaan itu pernah juga dialami orang yang ia percaya.

"Berbagi pengalaman pribadi membuat anak merasa dimengerti dan lebih terbuka," ujarnya.

Daripada menyuruh anak "berhenti takut", lebih baik tunjukkan empati dan berikan pelukan. Koneksi emosional yang dibangun lewat empati jauh lebih efektif daripada teguran.

Ini kata pengganti terbaik menurut pakar

Daripada bilang "Jangan takut," lebih baik gunakan kalimat yang memvalidasi perasaan anak. Dilansir dari purewow, dr. Silverman menyarankan pendekatan yang menggabungkan empati dan dorongan positif.

1. Kamu boleh takut, tapi kamu juga bisa berani

Dengan mengakui rasa takut anak, kamu juga membantu mereka menemukan kekuatan dalam dirinya. Anak jadi belajar bahwa takut bukan berarti lemah, tapi bagian dari proses menghadapi tantangan.

Validasi ini memberi ruang bagi anak untuk tumbuh lebih percaya diri. Semakin sering mereka merasa didukung, semakin besar keberanian yang bisa mereka bangun.

2. Wajar kok kalau kamu merasa khawatir, tapi Bunda ada di sini untuk bantu

Hal ini menunjukkan dukungan dan kedekatan emosional, membuat anak merasa tidak sendirian. Anak pun belajar bahwa perasaan mereka dihargai dan penting.

Selain itu, kita bisa memperkuat kepercayaan anak terhadap orang tua sebagai tempat yang aman untuk berbagi. Seiring waktu, dukungan seperti ini membantu Si Kecil mengembangkan kemampuan mengelola emosinya sendiri.

3. Bunda juga pernah merasa takut seperti kamu, dan akhirnya bisa melewati itu

Membagikan pengalaman pribadi bisa membuat anak merasa lebih dimengerti. Cerita semacam ini membuat anak tahu bahwa rasa takut bisa diatasi.

Hal ini juga membangun kedekatan karena anak merasa kamu benar-benar memahami perasaannya. Dengan begitu, anak akan lebih terbuka untuk berbagi cerita dan emosi di lain waktu.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ndf/fir)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda