PARENTING
Psikolog Ungkap Anak Perfeksionis Lebih Rentan Cemas, Ini Cara Orang Tua Membantunya
Aisyah Khoirunnisa | HaiBunda
Sabtu, 27 Sep 2025 17:40 WIBBunda, siapa sih orang tua yang tidak bangga melihat anaknya selalu berusaha melakukan yang terbaik? Namun, jika dorongan untuk sempurna itu berlebihan, bisa jadi anak Bunda adalah anak perfeksionis.
Allison Butler yang merupakan profesor psikologi menjelaskan lebih lanjut tentang ini seperti yang dilansir CNBC Make It. Menurut penelitian, perfeksionisme tidak membuat anak lebih sukses, tetapi justru bisa menjadi faktor pemicu masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan rendahnya rasa percaya diri.
Bagaimana seorang anak dapat disebut perfeksionis dan mengapa berbahaya?
Menurut profesor psikologi dan direktur program di Bryant University, Allison Butler, seorang anak perfeksionis cenderung menetapkan standar yang sangat tinggi untuk diri mereka sendiri. Mereka juga sering merasakan tekanan eksternal untuk menjadi sempurna, ingin menyenangkan orang lain, dan ingin dianggap tanpa cela.
Anak seperti ini biasanya sangat kritis terhadap diri sendiri dan sering merasa cemas saat berhadapan dengan kemungkinan membuat kesalahan, baik dalam mengerjakan tugas sekolah maupun saat bermain olahraga.
Allison Butler mengatakan, perfeksionisme ini bisa menghambat anak untuk mencoba hal-hal baru dan berkembang. Kekhawatiran akan membuat kesalahan bisa menjadi beban berat yang menghalangi mereka untuk bereksperimen dan belajar.
Solusi utama: ubah cara pandang tentang kesalahan pada anak perfeksionis
Allison Butler memiliki satu solusi utama untuk orang tua, yaitu dengan mengajak anak untuk mengubah cara pandang mereka terhadap kesalahan. Belajar menerima kesalahan dan melihatnya sebagai peluang untuk belajar dapat membantu anak-anak mengurangi stres dan depresi yang mungkin timbul.
"Seorang perfeksionis berusaha untuk menjadi efektif, sukses, dan berhasil," kata Butler. "Ia bisa menumbuhkan rasa percaya dirinya jika mau terbuka untuk menerima umpan balik dan mencoba hal-hal baru."
Gunakan metode "design thinking" untuk anak perfeksionis di rumah
Untuk membantu anak-anak mengatasi kecemasan akan kesalahan, Allison Butler menyarankan orang tua untuk menerapkan konsep design thinking di rumah. Metode ini merupakan cara untuk memecahkan masalah dengan langkah-langkah seperti meneliti masalah, bertukar pikiran, mencari umpan balik, dan memperbaiki ide sebelum diterapkan.
Bunda bisa menerapkan konsep ini dalam kegiatan sehari-hari, misalnya:
1. Normalisasi proses belajar
Ceritakan kepada anak tentang proyek atau tugas yang sedang Bunda kerjakan. Sampaikan tantangan atau "hiccup" yang Bunda hadapi dan tanyakan pendapat anak untuk mencari solusinya. Ini akan membuat anak merasa bahwa membuat kesalahan adalah hal yang normal dan bisa diatasi.
2. Terbuka tentang kesalahan diri sendiri
Allison Butler menyarankan untuk terbuka dan jujur kepada anak tentang kesalahan yang pernah Bunda buat, baik di kantor maupun di rumah. Jelaskan bagaimana Bunda belajar dari kesalahan itu dan melangkah maju. Pendekatan ini akan menciptakan budaya di rumah di mana seluruh keluarga merasa nyaman untuk berbagi pengalaman dan belajar bersama.
3. Jadikan proses umpan balik untuk anak perfeksionis menyenangkan
Saat anak ingin mengubah desain kamarnya, misalnya, ajaklah ia untuk mencatat idenya atau membuat sketsa terlebih dahulu. Setelah itu, minta mereka untuk mempresentasikannya kepada keluarga. Di momen ini, Bunda dan anggota keluarga lain bisa memberikan umpan balik yang membangun. Hal ini akan membantu anak terbiasa menerima kritik yang konstruktif sebelum benar-benar melakukan perubahan.
Membantu anak-anak belajar menerima umpan balik dan mengimplementasikannya merupakan keterampilan penting yang akan sangat berguna bagi mereka di masa depan, baik dalam lingkungan kerja maupun kehidupan sosial. Keterampilan ini juga dapat membantu mereka membangun hubungan yang lebih baik dan lebih terhubung dengan orang-orang yang bekerja dengan mereka. Dengan demikian, kita dapat membantu anak-anak untuk tumbuh menjadi individu yang tangguh dan sehat secara mental.
Bunda, itulah alasan mengapa anak yang perfeksionis cenderung lebih rentan terhadap rasa cemas. Untuk mengatasinya, Bunda bisa mencoba cara yang sudah ditulis di atas.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(rap/rap)