Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

5 Cara Mengelola Rasa Bersalah Orang Tua pada Anak Menurut Psikolog

Kinan   |   HaiBunda

Selasa, 07 Oct 2025 09:10 WIB

Orang tua dan anak
Ilustrasi cara mengatasi rasa bersalah pada anak/Foto: iStock
Daftar Isi
Jakarta -

Hampir semua orang tua pernah merasa bersalah karena khawatir belum bisa mengasuh anak dengan baik. Lalu bagaimana cara mengelola rasa bersalah tersebut?

Umumnya rasa bersalah muncul ketika seseorang merasa belum memenuhi ekspektasi diri sendiri atau orang lain dalam mengasuh anak.

Jika dibiarkan berlarut, perasaan demikian dapat merusak kesehatan mental orang tua dan bahkan memengaruhi hubungan dengan anak. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengenal sinyal dan menyikapinya dengan bijak.

Apa itu rasa bersalah dari segi psikologi?

Dikutip dari Psychology Today, dalam ranah psikologi rasa bersalah (guilt) termasuk dalam kategori emosi self-evaluative. Ini merupakan emosi yang berkaitan dengan penilaian terhadap diri sendiri, bahwa telah melakukan sesuatu yang salah.

Perasaan ini juga sering muncul ketika standar atau ekspektasi yang dimiliki, baik dari diri sendiri atau dari lingkungan sekitar, terasa belum tercapai.

Sebagai contoh, merasa bersalah karena belum bisa hadir dalam acara anak di sekolah, kelepasan emosi, atau harus menitipkan anak di daycare untuk bekerja. 

Jika rasa bersalah tidak dikendalikan dengan baik, ini bisa memicu toxic guilt. Emosi yang muncul jadi berlebihan, termasuk pada hal-hal yang mungkin di luar kendali, lalu menimbulkan stres berlebih dan kelelahan emosional terus-menerus. 

Cara mengelola rasa bersalah pada anak

Ketika rasa bersalah mulai dirasakan, ada beberapa cara yang dapat dilakukan agar tidak sampai mengarah pada emosi negatif di kemudian hari. Berikut beberapa di antaranya, Bunda:

1. Kenali rasa bersalah, jangan menghindarinya

Lantaran rasa bersalah terasa tidak nyaman, wajar jika tanpa sadar Bunda berusaha menghindarinya. Apabila demikian, ke depannya Bunda mungkin akan mencoba menjadi orang tua yang 'sempurna', bahkan sampai mengorbankan waktu istirahat demi bersama anak.

Meskipun tindakan ini dapat menutupi rasa bersalah untuk sementara, justru membuat Bunda sulit mengenali kebutuhan diri sendiri dan dapat berdampak buruk dalam jangka panjang.

Sebaiknya kenali rasa bersalah dan pemicunya, yang diyakini dapat membantu meredam emosi negatif dan membuat perasaan lebih tenang.

2. Hindari rasa bersalah yang toxic

Rasa bersalah yang masih dalam tahap wajar akan membuat Bunda mampu meminta maaf dan bertanggung jawab saat kelepasan menyakiti perasaan anak.

Sementara itu, rasa bersalah yang toxic adalah perasaan seolah-olah Bunda telah melakukan sesuatu yang salah, padahal sebenarnya tidak. Kondisi ini sering kali berakar dari ekspektasi sosial dan pengalaman masa kecil.

Studi dalam jurnal Qualitative Sociology menunjukkan bahwa para ibu yang bekerja sering kali merasa bersalah karena tidak dapat memenuhi standar budaya sebagai 'ibu yang baik'.

Selain itu, jika pengasuhan sebelumnya sering membuat Bunda bersalah setiap kali mengungkapkan kebutuhan atau perbedaan pendapat, Bunda juga mungkin tumbuh dengan keyakinan bahwa memprioritaskan diri sendiri adalah hal yang salah.

3. Hadapi rasa bersalah

Pengaturan emosi yang sehat berarti mengizinkan diri sendiri merasakan rasa bersalah atau emosi apa pun, tanpa membiarkannya lepas kendali.

"Hadapi gejolak emosi yang ada dalam kondisi rileks. Misalnya, cobalah tenangkan tubuh dengan napas dalam dari perut terlebih dahulu," ungkap Psikolog Juli Fraga yang juga merupakan co-author dari Parents Have Feelings, Too.

Tarik napas selama empat hitungan dan keluarkan selama empat hitungan. Oksigen akan mengalir ke otot-otot, mengurangi intensitas emosi dan membuat tubuh lebih rileks.

4. Jangan biarkan menghambat emosi

Dikutip dari CNBC Make It, rasa bersalah adalah salah satu emosi penghambat. Hal ini artinya perasaan tersebut bisa membuat seseorang merasakan 'emosi inti' seperti marah, sedih, atau takut.

Misalnya, rasa bersalah mungkin menutupi kesedihan ketika Bunda terpaksa melewatkan pentas sekolah anak karena urusan pekerjaan.

Setelah Bunda dapat mengenali hal itu, diharapkan Bunda bisa menamai, mengakui, dan memproses rasa sedih tersebut, alih-alih membiarkannya tersembunyi dan semakin merusak diri.

5. Coba refleksikan diri

Seperti disebutkan sebelumnya, rasa bersalah dapat memicu banyak pikiran negatif. Hal ini mungkin membuat Bunda merasa seperti orang tua terburuk atau merasa tidak pantas mendapatkan maaf.

Pesan-pesan seperti ini pun dapat menciptakan umpan balik negatif, yang membuat Bunda merasa semakin terjebak. Untuk menantang pikiran tersebut, cobalah berbicara dan refleksi dengan diri sendiri.

Gunakan pertanyaan ini sebagai panduan: 'Jika anak saya atau sahabat terbaik saya berada dalam situasi yang sama atau merasakan hal yang sama, apa yang akan saya katakan kepada mereka?'

Ketika menjawab pertanyaan itu, bicaralah kepada diri sendiri dengan kata ganti orang kedua, 'kamu', dengan tujuan untuk memudahkan munculnya rasa sayang pada diri sendiri.

Pada dasarnya, rasa bersalah adalah bagian dari menjadi orang tua. Saat Bunda belajar mengatur emosinya dengan baik dengan bijak, Bunda tidak hanya melindungi kesejahteraan diri sendiri, tetapi juga mencontohkan kecerdasan emosional bagi anak.

Pentingnya orang tua menjaga kesehatan mental

Jangan sepelekan pentingnya orang tua menjaga kesehatan mental bagi bonding keluarga secara keseluruhan ya, Bunda. 

Jika Bunda mengalami stres kronis, kecemasan, atau depresi, hal ini dapat memengaruhi cara merespons anak. Termasuk jadi lebih cepat marah atau kurang sabar.

Rasa bersalah yang berkepanjangan juga sering kali dikaitkan dengan gejala tekanan psikologis. Berdasarkan studi dalam Parenting Research Centre, orang tua dengan tingkat rasa bersalah yang tinggi cenderung mengalami stres, kelelahan emosional, serta kesulitan melakukan perawatan diri.

Dengan menjaga kesehatan mental, orang tua juga memberi contoh bagi anak. Ketika anak melihat Bunda mampu mengelola kesehatan mental, hal ini membantu perkembangan kecerdasan emosional mereka.

Itulah cara mengelola rasa bersalah orang tua pada anak. Ketika rasa bersalah sudah mengganggu aktivitas harian, maka jangan tunda untuk segera konsultasi ke profesional seperti psikolog ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(fir/fir)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda