Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

3 Teknik Mengendalikan Emosi Bunda saat Memarahi Anak

Melly Febrida   |   HaiBunda

Kamis, 27 Aug 2020 16:04 WIB

Child annoying his tired mother with headache
3 teknik menahan emosi sata marahi anak/ Foto: iStock
Jakarta -

Menghadapi anak-anak yang sedang tumbuh memang butuh kesabaran luar biasa. Bunda harus pintar menahan diri biar enggak emosi melihat anak bertengkar setiap hari.

Emosi bisa makin memuncak melihat rumah jadi berantakan, belum lagi urusan dapur yang enggak selesai-selesai ya, Bunda. Wah bisa meledak nih kalau anak susah dikasih tahu.

Situasi seperti ini pastinya memicu emosi. Respons yang sering muncul Bunda jadi gampang mengomel, berteriak, bahkan berbicara yang kasar ke anak. Ingin rasanya melepaskan diri dari jeratan emosi, tapi bagaimana caranya?

Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari, International Parenting Trainer dan Direktur Auladi Parenting School menjelaskan, orang tua terus mengulang marah-marah atau mencubit anak karena belum menemukan cara lain yang efektif untuk mengendalikan perilaku buruk anak. Alhasil, secara tak sadar orang orang menganggap dirinya sendiri sebagai orang tua yang tidak sabaran dan emosional.

"Mungkin benar pada sebagian orang tua ada masalah dengan emosinya yang mungkin harus dibetulkan jika sudah gawat. Tapi, saya kok tidak yakin penyebab orang tua emosian adalah ada masalah dengan emosi orang tua," kata pria yang akrab disapa Abah ini dalam bukunya yang berjudul 7 Kiat Orang Tua Shalih Menjadikan Anak Disiplin dan Bahagia.

Namun, menurut Psikolog Okina Fitriani memang ketika manusia terjerat dalam kondisi emosi, sulit untuk berpikir jernih. Sebenarnya Bunda bisa melakukan disosiasi, yakni melepaskan emosi yang dirasa tidak menyenangkan dengan beberapa teknik ini:

Teenage boy having problems in finishing homework3 jurus tahan emosi menghadapi anak/damircudic

1. Mundur

Ketika orang tua marah, kata Okina, cobalah mundur 1-2 langkah dan bayangkan diri tertinggal di tempat Bunda pertama kali berdiri.

"Dengan demikian, Anda dapat melihat diri Anda secara imajinatif dan melihat anak Anda beserta kondisi sekitar Anda sekaligus," kata Okina dalam bukunya Enlightening Parenting: Mengasuh Pribadi Tangguh, Menjelang Generasi Gemilang.

Pada kondisi seperti ini, lanjut Okina, Bunda berfungsi sebagai pengamat, amati situasi ini, lalu lihat diri sendiri ada di depan lalu berikan saran kepadanya sebagaiknya bagaimana bersikap dalam situasi ini.

2. Saat duduk, terbanglah

Okina bilang apabila posisi Bunda sedang duduk, sehingga tak mungkin mundur, cobalah membayangkan sedang terbang dan amati situasi dari atas. Atau Bunda bisa berpindah tempat duduk.

"Ketika Anda sudah piawai melakukannya, Anda tak perlu bergerak ke mana pun untuk mengamati diri sendiri saat berhadapan dengan peristiwa dalam konteks lebih luas," ujarnya.

Okina mengingatkan, orang tua dalam mengasuh anak sangat penting memiliki pikiran yang jernih, sehat, dan positif, serta perasaan yang damai, bahagia, dan tenang. Ini dilakukan agar orang tua mampu melihat permasalahan lebih luas, mengendalikan emosi, dan perilaku. Sehingga respons orang tua lebih sehat.

3. Ajak anak diskusi

Selain itu, psikolog anak dan keluarga Samanta Ananta, M.Psi juga mengingatkan betapa pentingnya Bunda mengelola emosi dalam menghadapi anak. Termasuk menjaga ucapan dan juga intonasi dalam memarahi mereka nih, Bunda.

Tahan diri untuk tidak berteriak kalau marah. Terima saran dan masukan dari Ayah, kalau dirasa emosi Bunda sudah kelewatan.

"Diskusi sama anak, kenapa tingkat marahnya beda. 'Kenapa ya, Mama marahnya beda sama kemarin'. Biasanya anak sudah paham, oh ternyata dia ada salah," ungkap Samanta dalam sesi Live IG beberapa waktu lalu.

Menurut Samanta, diskusi dengan anak dapat dilakukan sejak saat mereka berusia di atas 5 tahun. Namun, untuk anak-anak di usia 3-4 tahun sudah bisa mulai dipersiapkan, Bunda. Jadi, nanti di usia 5 tahun dia sudah bisa mengingatkan Bunda jika dirasa marahnya sudah kelewatan.

"Kalau Bunda tidak berubah nanti dia sudah semakin besar, dan sudah bisa menilai dia akan merasa tinggal di keluarga toxic," saran Samanta.

Bunda, simak yuk langkah Ririn Dwi Ariyanti mengendalikan emosi anak dalam video di bawah ini:

[Gambas:Video Haibunda]



(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda