
parenting
Mengenal Encopresis pada Anak yang Tanpa Sadar Sering BAB di Celana
HaiBunda
Kamis, 16 Oct 2025 23:40 WIB

Daftar Isi
Si Kecil tanpa sadar sering buang air besar tak tertahankan, Bunda? Jangan dianggap sepele, ya. Cari tahu penyebab kondisi yang dikenal sebagai encopresis ini.
Ya, sering kali penyebabnya bukan semata-mata karena anak malas ke toilet atau sengaja. Namun, bisa juga menjadi tanda adanya masalah yang disebut encopresis.Â
Kondisi ini umumnya dialami oleh anak usia di atas 4 tahun dan sering kali berkaitan dengan konstipasi kronis atau faktor emosional seperti stres.Â
Apa itu encopresis?
Encopresis adalah kondisi ketika anak yang sudah lulus toilet training secara tidak sadar mengeluarkan kotoran di celana. Umumnya tak cuma satu kali, melainkan bisa terjadi berulang kali.
Ketika konstipasi, tumpukan feses yang mengeras di usus besar dapat membuat kotoran baru yang lebih lembek keluar tanpa disadari oleh anak.
Di sisi lain, tekanan emosional atau perubahan lingkungan juga bisa memperparah kondisi ini, terutama pada anak yang sensitif terhadap stres. Dikutip dari Medical News Today, encopresis bukanlah penyakit, melainkan gejala dari kondisi lain.Â
Jangan langsung dimarahi ya, Bunda. Kondisi ini juga dapat menimbulkan perasaan cemas, malu, dan bersalah pada anak.
Penyebab encopresis
Penyebab encopresis dapat dipicu oleh beberapa faktor, termasuk faktor biologis, perkembangan, psikososial, dan lingkungan. Penyebab paling umumnya termasuk:
1. Sembelit
Dokter paling sering mengaitkan encopresis dengan sembelit kronis dan kebiasaan menahan buang air besar. Menurut beberapa penelitian, 90–95 persen anak dengan kondisi ini juga mengalami sembelit dan penumpukan tinja.
Tinja yang keras dan sulit dikeluarkan dapat tersumbat di rektum dan usus besar (fecal impaction). Akhirnya, tinja cair akan merembes di sekitar tinja keras tersebut, menyebabkan 'kebocoran'.
Anak juga mungkin menghindari buang air besar karena merasa sakit saat melakukannya, yang kemudian memperburuk sembelit dan memicu encopresis.
2. Penyebab fisik lainnya
Beberapa penyebab fisik lain dari sembelit kronis dan encopresis meliputi:
- Hipotiroidisme
- Penyakit radang usus (inflammatory bowel disease)
- Kerusakan saraf yang menyebabkan otot sfingter anus tidak dapat menutup dengan benar
- Infeksi pada rektum
- Luka robek pada rektum
3. Penyebab emosional dan psikososial
Selain masalah fisik, masalah emosional dapat memicu encopresis. Peristiwa apa pun yang dapat memicu stres pada anak, bisa juga meningkatkan risiko encopresis.
Beberapa kondisi tersebut misalnya toilet training yang terlalu dini, fase memulai sekolah, pindah rumah, kabar duka, atau bahkan perpisahan orang tua.
Anak dengan masalah kesehatan mental atau konflik lingkungan keluarga juga lebih berisiko mengalami encopresis.
Penelitian dalam jurnal Gastroenterology Research and Practice menunjukkan bahwa anak dengan encopresis lebih mungkin memiliki:
- Gejala kecemasan dan depresi
- Prestasi belajar yang buruk
- Masalah sosial
4. Penyebab dan faktor risiko lainnya
Beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko encopresis dan sembelit antara lain:
- Jenis kelamin: Encopresis dua kali lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada perempuan.
- Gangguan perkembangan saraf: Anak dengan ADHD atau autisme memiliki risiko lebih tinggi.
- Obat-obatan tertentu: Beberapa obat yang menyebabkan sembelit dapat meningkatkan risiko encopresis.
- Kebiasaan makan: Pola makan tinggi lemak dan gula meningkatkan risiko sembelit kronis. Kurangnya asupan cairan juga bisa menjadi pemicu.
- Kurang aktivitas: Anak yang jarang bergerak berisiko lebih tinggi mengalami sembelit.
Gejala encopresis
Beberapa tanda dan gejala encopresis yang perlu menjadi perhatian orang tua di antaranya:Â
- Tiba-tiba ingin buang air besar dengan sedikit 'sinyal'
- Sering menghindari buang air besar
- Tekstur tinja cair menyerupai diare
- Sembelit
- Nyeri perut
- Nyeri di area anus
- Penurunan nafsu makan
- Anak tampak stres, cemas, atau merasa bersalah
Pengobatan encopresis
Pengobatan encopresis sebenarnya bergantung pada tingkat keparahan kondisi dan usia anak. Semakin dini pengobatan dimulai, semakin baik hasilnya.
Biasanya, pengobatan yang diberikan oleh dokter akan mencakup satu atau lebih hal berikut:
1. Mengeluarkan tinja yang mengeras
Dokter biasanya memulai pengobatan dengan mengeluarkan tinja keras yang menumpuk di usus besar. Untuk melakukannya, dokter mungkin akan meresepkan obat pencahar.
2. Mendorong kebiasaan buang air besar teratur
Anak perlu belajar kebiasaan sehat untuk rutin buang air besar, supaya proses pembuangan menjadi lancar. Hal ini juga membantu mencegah kekambuhan sembelit atau encopresis.
Untuk proses ini, Bunda bisa membantu memberikan anak menu makanan seimbang dengan banyak serat dan cairan. Pastikan juga anak cukup aktivitas fisik setiap hari untuk mencegah sembelit.
Atur kenyamanan toilet di rumah, supaya anak terbiasa dan bisa segera buang air besar setelah merasa ingin. Jika perlu, Bunda juga bisa berkonsultasi dengan dokter untuk memeriksa kemungkinan alergi, seperti alergi susu, yang dapat menyebabkan sembelit.
3. Psikoterapi
Jika penyebab encopresis adalah masalah emosional, anak mungkin memerlukan psikoterapi.Â
Dalam terapi, anak dapat membahas faktor-faktor yang memicu encopresis serta belajar cara mengatasi rasa takut dan malu dengan lebih profesional.
4. Dukungan dari orang tua dan pengasuh
Dukungan dari orang tua atau pengasuh berperan penting dalam membantu anak mengatasi encopresis.
Oleh sebab itu, penting untuk tidak memarahi, mempermalukan, atau menghukum anak atas situasi yang mungkin terjadi akibat encopresis.
Sebaliknya, berikan dukungan positif dan kesabaran untuk membantu anak membangun kebiasaan baru dan mengelola tekanan emosional yang dirasakannya.
Pencegahan encopresis
Dikutip dari Harvard Health Publishing, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah encopresis akibat sembelit kronis. Salah satunya pastikan anak cukup asupan serat. Berikan cukup sumber serat seperti buah, sayur, dan biji-bijian.
Pastikan juga anak minum cukup cairan, terutama dari konsumsi air putih. Dorong anak untuk tetap aktif, sebab aktivitas fisik membantu ususnya bekerja lebih lancar. Hindari penggunaan laksatif setiap hari kecuali atas petunjuk dokter.
Kapan harus konsultasi ke dokter?
Pastikan untuk segera menghubungi dokter jika:
- Anak berusia lebih dari 4 tahun dan terus-menerus mengalami 'kebocoran' buang air besar.
- Anak mulai kembali mengotori celana setelah lama bersih.
- Anak sering sembelit, meski tidak mengalami encopresis.
Jika Bunda curiga Si Kecil mengalami encopresis atau sembelit kronis, konsultasikan dengan dokter. Nantinya dokter dapat melakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan riwayat kesehatan pribadi dan keluarga, rontgen perut untuk melihat jumlah tinja di usus, serta evaluasi psikologis jika gejala fisik dipicu oleh faktor emosional.
Demikian ulasan tentang encopresis pada anak. Ingat, sebagian besar anak dengan encopresis dapat pulih sepenuhnya dengan pengobatan dan dukungan dari orang tua.
Namun butuh waktu beberapa bulan hingga fungsi usus kembali normal dan kekambuhan mungkin masih bisa terjadi selama masa pemulihan. Penting untuk tidak mempermalukan atau menyalahkan Si Kecil ya, Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(fir/fir)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Parenting
Mengenal BAB Bayi Baru Lahir atau Newborn yang Sehat dari Tekstur hingga Warna

Parenting
5 Penyebab Bayi Sering BAB Sedikit-Sedikit & Cara Mengatasinya

Parenting
Coba 4 Resep MPASI Ini Bun, Bisa Dongkrak Berat Badan Bayi

Parenting
10 Cara Menambah Tinggi Badan Anak, Mulai dari Olahraga Tepat hingga Makan Bergizi

Parenting
5 Cara Mengatasi Batuk pada Anak yang Bisa Bunda Lakukan di Rumah


7 Foto
Parenting
Potret 7 Anak Artis saat Menikmati MPASI, Ekpresinya Cute dan Gemas
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda