Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Pertusis atau Batuk Rejan pada Anak: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

Nadhifa Fitrina   |   HaiBunda

Sabtu, 22 Nov 2025 18:50 WIB

Pertusis atau Batuk Rejan pada Anak: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya
Ilustrasi Pertusis atau Batuk Rejan pada Anak: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya/Foto: Getty Images/MTStock Studio
Daftar Isi
Jakarta -

Bunda pernah mendengar suara batuk anak yang terdengar berbeda dari biasanya? Meski kelihatannya hanya seperti batuk biasa, kondisi ini bisa jadi pertanda anak terkena pertusis atau batuk rejan.

Batuk yang muncul berulang kerap kali membuat anak sulit bernapas dengan nyaman. Wajar saja bila Bunda merasa cemas dan mulai bertanya apa yang sebenarnya terjadi.

Tak hanya itu saja, batuk yang terus-menerus pada juga bisa mengganggu waktu istirahatnya. Saat hal ini terjadi, Si Kecil mungkinakan tampak lebih lelah dan tidak seaktif biasanya, Bunda.

Jika pola batuk mulai berubah, Bunda tentu perlu memberikan perhatian lebih. Terlebih lagi jika batuknya seperti tak kunjung mereda.

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, bisa jadi anak Bunda sedang mengalami pertusis atau batuk rejan. Sebenarnya seperti apa kondisi tersebut, ya?

Mengenal apa itu pertusis?

Pertusis atau batuk rejan adalah infeksi pada paru-paru dan saluran pernapasan yang mudah sekali menular, Bunda. Kondisi ini bisa menjadi serius, terutama pada bayi dan anak-anak yang sistem imunnya masih berkembang.

Dikutip dari laman National Health Service (NHS), untuk kondisi ini, vaksinasi jadi langkah penting untuk melindungi bayi, anak-anak, hingga ibu hamil dari risiko pertusis.

Penyebab pertusis atau batuk rejan

Menilik dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), pertusis atau batuk rejan disebabkan oleh bakteri bordetella pertussis yang menyerang paru-paru dan saluran pernapasan. Bakteri ini hanya hidup pada manusia, sehingga anak bisa saja tertular dari orang-orang di sekitarnya.

Penularannya terjadi saat anak menghirup percikan ludah dari penderita yang sedang batuk atau bersin. Risiko juga bisa meningkat bila anak menyentuh benda yang terpapar bakteri lalu menyentuh hidung atau mulutnya, Bunda.

Setelah masuk ke tubuh, bakteri tersebut menempel pada silia, atau bulu halus di saluran pernapasan anak, dan melepaskan racun yang merusak jaringan. Kondisi inilah yang membuat saluran napas anak meradang dan memicu batuk rejan.

Gejala batuk rejan

Setelah memahami apa itu pertusis atau batuk rejan pada anak dan apa penyebabnya, Bunda juga perlu kenali berbagai gejalanya. Berikut gejala batuk rejan yang perlu diwaspadai seperti dilansir dari berbagai sumber:

1. Tahap awal (fase catarrhal)

Pada tahap awal, batuk rejan kerap terlihat seperti flu biasa sehingga sulit untuk dikenali, Bunda. Kondisi ini membuat banyak anak baru terdeteksi setelah gejalanya mulai memburuk.

Lebih lanjut, fase awal biasanya berlangsung sekitar 1-2 minggu dan ditandai dengan hidung berair, demam ringan, serta batuk kecil yang muncul sesekali. Pada beberapa bayi, gejala bisa berbeda karena mereka justru tidak batuk sama sekali.

Sebagian bayi juga bisa mengalami apnea atau henti napas mendadak yang membuat mereka tampak membiru dan kesulitan bernapas.

2. Tahap lanjut (fase paroksismal)

Memasuki tahap lanjut, batuk rejan menjadi jauh lebih sulit dikendalikan. Fase ini biasanya muncul satu hingga dua minggu setelah gejala awal dan dapat berlangsung 1-6 minggu, bahkan hingga 10 minggu.

Anak mulai mengalami serangan batuk bertubi-tubi, mengeluarkan suara "whoop" bernada tinggi saat menarik napas, atau muntah setelah batuk. Setelah masa batuk, anak biasanya akan tampak sangat lelah, namun terlihat lebih baik di antara jeda serangannya.

Kabar baiknya, anak yang sudah divaksin biasanya mengalami gejala yang lebih ringan, meski tetap memiliki kemungkinan tertular. Meski begitu, vaksin sangat membantu mengurangi tingkat keparahan penyakit.

3. Tahap pemulihan (fase convalescent)

Dikutip dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), pada fase pemulihan, batuk akan mulai berkurang secara bertahap meski prosesnya bisa berlangsung cukup lama. Anak biasanya tampak membaik, namun batuk tidak langsung hilang dalam waktu yang singkat.

Batuk bisa muncul kembali apabila anak terkena infeksi saluran napas lain, sehingga masa pemulihan bisa memakan waktu beberapa minggu hingga berbulan-bulan. Kondisi ini normal terjadi pada batuk rejan ya.

Diagnosis pertusis atau batuk rejan

Kalau bicara soal diagnosa batuk rejan memang tidak selalu mudah. Mengapa demikian? Ini karena gejalanya kerap menyerupai infeksi pernapasan lain yang umum terjadi pada anak.

Mengetahui apakah Si Kecil pernah berkontak dengan penderita batuk rejan bisa membantu memperjelas dugaan. Untuk memastikan diagnosis, dokter akan menilai riwayat gejala, melakukan pemeriksaan fisik, dan mengambil sampel lendir dari bagian belakang tenggorokan untuk diuji di laboratorium.

Tes darah juga bisa dilakukan bila diperlukan guna melihat tanda infeksi secara lebih menyeluruh, Bunda.

Cara mengobati pertusis atau batuk rejan

Ilustrasi Anak BatukIlustrasi Anak Batuk/Foto: Getty Images/iStockphoto/Krishna Tedjo

Jika Bunda sudah memahami berbagai penjelasan tentang batuk rejan, wajar rasanya ingin tahu bagaimana cara mengobatinya. Melansir dari National Health Service (NHS), penanganan kondisi ini akan disesuaikan dengan usia anak dan sudah berapa lama infeksi berlangsung.

Pada kasus yang cukup berat, terkhusus pada bayi di bawah 6 bulan, perawatan di rumah sakit mungkin diperlukan. Jika batuk rejan terdeteksi dalam dua minggu pertama, dokter biasanya memberikan antibiotik untuk mencegah penyebaran ke orang lain.

Namun, Bunda perlu tahu kalau antibiotik ini tidak selalu langsung meredakan gejalanya, sehingga batuk dapat bertahan selama beberapa minggu.

Komplikasi batuk rejan

Meski awalnya terlihat seperti batuk biasa, batuk rejan ternyata dapat menimbulkan komplikasi yang tak boleh disepelekan, Bunda.

1. Bayi dan anak-anak

Batuk rejan bisa menimbulkan masalah kesehatan yang cukup serius pada bayi dan anak kecil, Bunda. Risiko ini meningkat bila mereka belum mendapatkan rangkaian vaksin pertusis secara lengkap.

Dikutip dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), sekitar 1 dari 3 bayi berusia di bawah satu tahun yang terkena batuk rejan harus dirawat di rumah sakit. Semakin muda usianya, semakin besar pula peluang mereka membutuhkan perawatan intensif, Bunda.

2. Remaja dan dewasa

Pada remaja dan orang dewasa, batuk rejan juga dapat memicu komplikasi seperti pneumonia. Namun, komplikasinya cenderung tidak seberat yang terjadi pada anak kecil.

Risikonya pun biasanya lebih rendah jika mereka sudah mendapatkan vaksinasi lengkap, Bunda.

Cara mencegah pertusis atau batuk rejan

Menilik dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), Bunda bisa melakukan beberapa langkah penting untuk membantu melindungi anak dari pertusis.

1. Vaksinasi

Langkah paling efektif untuk melindungi Si Kecil dari batuk rejan adalah lewat vaksinasi. Vaksin ini direkomendasikan untuk semua orang, terkhusus untuk bayi dan anak-anak yang masih rentan terhadap infeksi.

2. Antibiotik

Ada juga tindakan pencegahan berupa antibiotik pasca paparan, Bunda. Antibiotik ini diberikan kepada orang yang baru saja terpapar bakteri penyebab batuk rejan, supaya infeksi tidak berkembang menjadi penyakit.

3. Menjaga kebersihan

Menjaga kebersihan sehari-hari tentunya penting untuk mencegah penyebaran penyakit pernapasan. Bunda bisa membiasakan anak untuk mencuci tangan, menutup mulut saat batuk, dan menjaga kebersihan lingkungan.

4. Infeksi ulang

Si Kecil yang pernah terkena batuk rejan biasanya memiliki kekebalan tubuh sementara. Namun, Bunda perlu tahu kalau perlindungan ini tidak berlangsung seumur hidup, sehingga tetap perlu menjaga pencegahan lainnya.

Itulah ulasan mengenai pertusis atau batuk rejan pada anak, mulai dari gejala, penyebab, hingga cara menanganinya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ndf/fir)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda