Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Agar Bullying Nggak Berlarut-larut, Tanamkan Agar Anak Berani Bicara

Amelia Sewaka   |   HaiBunda

Jumat, 03 Nov 2017 10:33 WIB

Yuk, tanamkan agar anak untuk berani bicara jika bullying menimpa.
Ilustrasi bullying/ Foto: Thinkstock
Jakarta - Zaman sekarang intimidasi terutama di kalangan anak dan remaja sudah sangat lumrah kelihatannya ya, Bun. Eit, ini berarti bukan hal yang bagus dan kita sudah di tahap siaga, kita nggak bisa lagi tuh meremehkan atau malah membiarkan bullying terjadi terutama di lingkungan anak kita.

Menurut data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), sejak tahun 2011 hingga 2016 KPAI telah menemukan sekitar 253 kasus, terdiri dari 122 anak yang menjadi korban dan 131 anak menjadi pelaku. Data ini tidak jauh berbeda seperti yang diungkapkan oleh Kementrian Sosial. Hingga Juni 2017, Kementerian Sosial sendiri telah menerima laporan 976 kasus di mana sebanyak 117 kasus adalah terkait bullying. Namun dari data ini muncul kekhawatiran lainnya, yaitu jumlah kasus lainnya yang tidak dilaporkan. Serem kan, Bun.

Baca juga: Dulu Di-bully, Bocah Pecinta Serangga Ini Kini Berprestasi

"Permasalahan sosial itu nggak bisa hanya satu orang yang melakukan perubahan. Perlu banyak peran baik dari orang tua, masyarakat, jika perlu sekolah atau instansi terkait untuk menghadapi isu sosial seperti ini," papar psikolog anak dan remaja, Yasinta Indrianti MPsi dari EduPsycho Research Institute, yang ditemui di acara Yupi Let's Speak Up di FX Sudirman, Jakarta Pusat, Kamis (2/11/2017).

Menurut Yasinta, banyak banget lho dampak yang bisa terjadi dari kasus bully baik secara psikologis, mental, dan juga fisik. "Seringkali yang terjadi adalah remaja belum dapat mengidentifikasi hal-hal di sekeliling mereka, sehingga tidak mendapatkan solusinya. Remaja kemudian mencari jalan keluar lain seperti mem-bully. Korban bisa menjadi pelaku dan pelaku dapat menjadi korban pula," kata psikolog yang akrab disapa Sinta ini.

Karena itu Sinta mengatakan kita perlu membangkitkan kesadaran masyarakat tentang bahayanya perilaku bullying ini. Orang tua juga perlu mengubah paradigma dalam melinfdungi anak mereka dari bullying.

Apalagi generasi sekarang, yang disebut-sebut sebagai generasi 'XYZ'. Di mana generasi milenial ini dari kecil bahkan sudah bisa membuka YouTube, padahal menurut Sinta, itu sangat berpengaruh ke tumbuh kembang anak.

Pada kesempatan yang sama Anna Lumintang, Marketing Manager PT Yupi Indo Jelly Gum mengatakan ketika speak up atau berbicara, jiwa kita bisa lebih positif. "Kami percaya bahwa speak up bukan hanya memberi efek yang baik, tapi secara psikologi juga berpengaruh ke kehidupan anak selanjutnya," tutur Anna.

Anna menambahkan, bullying menjadi masalah serius di kalangan anak-anak remaja karena memiliki dampak psikologis dan juga dapat membuat prestasi di sekolah menurun. Pada jangka panjang bully juga dapat mempengaruhi kualitas hidup pada masa dewasa lho, Bun.

Baca juga: Apa Dampaknya Kalau Anak Diejek Bentuk Tubuhnya?

Karena itu pola asuh yang sekarang haruslah sedikit dimodifikasi, dengan berawal buat anak nyaman dulu nih sama kita, Bun. Karena siapa sih yang mau cerita kalau anak sendiri nggak nyaman cerita sama orang tua, jika belum cerita anak sudah di-judge dan dimaki.

Ketika anak bermasalah, karena ia merasa aman dan nyaman dengan orang tua maka ia akan langsung datang dan cerita tentang apa yang terjadi pada dirinya. Dari pihak sekolah juga nggak kalah penting untuk ikut mengambil tindakan jika ada yang berbuat bully.

Karena itu, Yupi juga ikut turut serta membantu nih untuk mengurangi tingkat bullying di Indonesia. Adapun programnya seperti edukasi mengenai bullying ke beberapa sekolah di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, Yupi juga menyelenggarakan YUPI Got Talent, di mana aktivitas ini nantinya menjadi ajang para remaja untuk berekspresi, tampil percaya diri, serta menunjukkan bakat mereka.

"Kami yakin acara ini juga dapat menjadi media untuk para remaja dalam menyerukan penolakan terhadap bullying, serta tempat untuk menyalurkan rasa percaya diri dan optimisme dalam menyikapi hal-hal yang ada di sekitar mereka. Kita mengajak para remaja untuk memahami konsep 'berkompetisi secara positif'," tutup Anna.

Baca juga: Kecil-kecil Berani Bullying, Ini Pendorongnya Menurut Pakar (aml)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda