Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Beda Usia, Beda Pula Pemberian Pemahaman ke Anak Soal Perceraian

Nurvita Indarini   |   HaiBunda

Senin, 08 Jan 2018 13:00 WIB

Harapannya pernikahan ini langgeng tanpa penceraian. Tapi kadang harapan nggak sejalan dengan kenyataan...
Ilustrasi perceraian/ Foto: Thinkstock
Jakarta - Dulu, deg-degan banget ya saat pria pilihan kita mengucapkan janji sucinya. Kita berharap pernikahan ini untuk selama-lamanya, hingga maut memisahkan. Tapi terkadang harapan tidak sejalan dengan kenyataan. Perceraian pun terjadi.

Setelah membangun biduk rumah tangga beberapa waktu, kita dan suami menemukan ganjalan yang rasanya sulit untuk tetap hidup berumah tangga bersama. Rasanya nggak mau egois dengan tidak mempertimbangkan anak-anak. Tapi apa iya, anak-anak akan sejahtera mentalnya jika ayah bundanya 'memaksakan' diri melanjutkan berumah tangga yang nggak lagi sehat?

Nah, ketika kita akhirnya memutuskan bercerai, tentu perlu memberikan pemahaman kepada anak-anak. Beda usia, beda pula pemberian pemahamannya tentang perceraian.

1. Untuk Anak Usia 0-18 Bulan

Ilustrasi perceraian/Ilustrasi perceraian/ Foto: Thinkstock


Sepertinya di usia yang masih sekecil ini, anak nggak paham ya kalau kita jelaskan soal perceraian orang tuanya. Maklum, di usia ini mereka sedang banyak belajar bagaimana caranya berkomunikasi secara verbal.

Dikutip dari Parents, saat anak-anak masih bayi, sebenarnya mereka bisa merasakan ketegangan yang terjadi pada orang tuanya, meskipun tidak memahami alasan di balik konflik tersebut. Nah, kalau ketegangan ini sering dirasakan, maka bayi sangat mungkin akan tumbuh jadi anak yang mudah tersinggung, juga sering mengalami ledakan emosi. Dalam beberapa kasus, mereka bisa mengalami kemunduran dalam tumbuh kembangnya.

Tips agar transisi lebih mudah setelah perceraian terjadi: Yang dibutuhkan anak-anak usia ini adalah konsistensi dan kegiatan yang rutin. Mereka butuh merasa terhibur dan akrab. Jadi, kendati jauh dari salah satu figur orang tuanya, kita perlu tetap menjaga kegiatan rutinnya seperti biasa.

Bagi anak-anak usia ini, kenyamanan secara fisik itu penting banget, Bun, jadi kita bisa sering-sering menimang dan memeluknya. Nggak ada salahnya juga minta bantuan teman atau keluarga untuk menjaga si kecil sesaat sehingga kita tetap mendapatkan istirahat yang cukup.

Dengan begini, seolah-olah kita bisa berkata, "Nak, ayah dan bunda memang bercerai, tapi itu nggak akan bikin kamu kehilangan kenyamanan,".



2. Usia 3-5 Tahun

Ilustrasi perceraian/Ilustrasi perceraian/ Foto: Thinkstock


Pada anak-anak usia pra-sekolah, mereka belum paham perceraian itu seperti apa. Mereka ingin ayah dan ibunya tetap di sampingnya seperti biasa, karena keberadaan ayah dan ibunya adalah kenyamanan buat mereka.

Ketika ayah dan ibunya nggak lagi bersama, anak-anak ini sering kali meyakini bahwa merekalah penyebabnya. Sering kali anak-anak ini punya perasaan yang nggak pasti terkait masa depannya. Bahkan bisa jadi membuat mereka jadi sering mengalami mimpi buruk.

Tips agar transisi lebih mudah setelah perceraian terjadi: Kita dan mantan suami perlu bersikap terbuka dan positif pada anak. Dengan begini, anak tahu bahwa bukan merekalah penyebab perpisahan orang tuanya.

Agar anak tetap merasa aman dan nyaman, Bun, kita perlu membuat jadwal kunjungan rutin. Jadi misal hak asuh anak jatuh pada kita, maka kita harus mengizinkan mantan suami mengunjungi anaknya secara rutin. Memberi kesempatan mereka untuk jalan bareng juga bukan masalah. Yang penting soal kunjungan ini dilakukan secara konsisten.

3. Anak usia 6-11 Tahun

Ilustrasi perceraian/Ilustrasi perceraian/ Foto: Thinkstock


Untuk anak usia enam tahun ke atas, ketika tahu orang tuanya akan berpisah, yang mereka khawatirkan adalah akan jadi kurang perhatian dan 'ditelantarkan'. Demikian dikutip dari clinical report American Academy of Pediatrics.

Sampai usia 8 tahun, sebenarnya anak belum paham benar bercerai itu seperti apa. Jadi ketika ayahnya nggak lagi bersamanya, dia lebih sering menghayal nantinya orang tuanya akan bersama lagi.

Nah, Bun, pada anak yang usianya di atas 8 tahun, mereka mulai bisa menilai nih. Ketika tahu ayah dan bundanya bercerai, mereka bisa saja menilai orang tuanya egois. Nah, mereka pun bisa saja mencari-cari cara melampiaskan kemarahannya. Dikutip dari Parents, anak laki-laki bisa saja jadi sering berantem dengan teman sekelasnya. Sedangkan anak-anak perempuan bisa jadi menarik diri dari lingkungannya, sering cemas, dan tampak depresi.

Tips agar transisi lebih mudah setelah perceraian terjadi: Pada anak usia sekolah, kita bisa membangun kembali rasa aman dan harga diri anak. Caranya baik kita maupun mantan suami memberikan waktu yang berkualitas untuk anak. Kita dan ayahnya bisa banyak-banyak bicara dari hati ke hati dengan anak untuk saling membuka diri.



Kita juga perlu meyakinkan anak bahwa dirinya sama sekali nggak bersalah dengan perceraian ini. Bukan merekalah penyebab perceraian ini, karena ini sudah merupakan keputusan bersama bunda dan ayahnya.

Selain menyediakan waktu yang berkualitas, kita bisa dorong anak untuk banyak terlibat dalam berbagai kegiatan positif yang menarik. Sehingga anak bisa lebih menikmati hari-harinya dan lebih bersemangat. (Nurvita Indarini)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda