Jakarta -
Apa yang dilakukan orang tua dan dilihat anak pastinya punya dampak untuk anak ke depannya. Hal ini pula yang terlintas di benak saya ketika membaca berita tentang peristiwa ledakan bom di Mapolrestabes Surabaya Senin (14/5) pagi.
Dilansir detikcom, Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyebut seorang
anak yang selamat dari pengeboman di Mapolrestabes Surabaya masih dirawat. Bocah itu diduga sebagai anak dari pelaku pengeboman.
Tito menyebut pelaku pengeboman berjumlah 4 orang yang berboncengan menggunakan 2 motor, sedangkan bocah itu duduk diboncengkan di motor paling depan dan masih selamat. Saya pun berpikir, ini berarti si anak juga melihat kematian kedua orang tua dan saudaranya. Hmm, berbagai perasaan pasti berkecamuk pada diri bocah ini...
"Hal yang sudah pasti dirasakan anak adalah cemas. Terlepas bagaimana ia di-briefing sebelumnya oleh ayah atau ibunya, pasti ada perasaan takut. Sebab ia 'terjebak' di tengah kondisi kehilangan orang terdekat dan nggak tahu harus berbuat apa," papar psikolog klinis, Christina Tedja saat ngobrol dengan HaiBunda.
Psikolog yang akrab disapa Tina ini menambahkan layaknya hal traumatis lainnya, kemungkinan yang bisa terjadi pada anak ini yaitu anak tidak mau mengulangi kejadian yang sama dengan orang tuanya karena rasa takut yang berlebihan.
"Tapi tidak menutup kemungkinan anak ini justru mengulangi kejadian yang sama karena sudah tertanam sejak kecil," kata psikolog yang berpraktik di Ciputra Medical Center, Lotte Shoping Avenue ini.
Karena itu, Tina sangat menyarankan, agar
anak-anak yang traumatik seperti ini mendapat pendampingan khusus untuk mengatas kecemasan mereka. Tujuannya, agar cara pikirnya tetap berada di jalan yang baik dengan melihat semua kejadian yang ia hadapi.
"Terutama jika kedua orang tua sudah tak ada. Perlu banget ada lingkungan yang lebih mendukung untuk perkembangan anak," ungkap Tina.
(rdn)