Jakarta -
Sebagai ibu, penyanyi
Andien Aisyah tahu benar pentingnya mengenalkan perbedaan pada anak, termasuk mengenalkan anak-anak lain yang terlahir spesial atau punya kebutuhan khusus. Nah, ibu satu anak ini punya cerita ketika dia memberi pemahaman pada putra semata wayangnya, Anaku Askara Biru atau Kawa tentang disabilitas.
Ini bermula ketika Andien berkolaborasi dengan anak-anak difabel dari Art Therapy Center (ATC) Widyatama. Untuk single kelimanya yang berjudul 'Warna-warna'. Saat Andien berkunjung ke Art Therapy Center (ATC) Widyatama, ia juga mengajak Kawa. Kata Andien dia selalu mengajak Kawa dalam kegiatan sehari-harinya. Ya, Andien ingin buah hatinya paham bahwa mereka hidup dalam masyarakat yang memiliki berbagai latar belakang.
"Iya saya ajak Kawa juga, bahkan dia terpesona melihat teman-teman di ATC. Momen ini membekas banget di Kawa, pulang dari sana malah teman-teman ATC banyak yang mengabadikan Kawa lewat gambar," papar Andien dalam konferensi pers 'Andien Berkolaborasi dengan Art Therapy Center (ATC) Widyatama Persembahkan Pameran Warna-warna: Warna dalam Perpektif Anak-anak Berkebutuhan Khusus' di Dia.Lo.Gue, Kemang, Jakarta Selatan baru-bari ini.
Lalu bagaimana cara Andien mengajarkan atau mengenalkan Kawa pada teman-teman yang spesial ini?
"Dari awal saya bukan mengajarkan, tapi lebih ke melibatkan dia di situasi real dalam masyarakat, di mana masyarakat kita sangat plural dan kita hidup di masyarakat yang bermacam-macam," kata Andien.
Andien merasa kita hidup bukan di lingkungan yang normal atau tidak normal, tapi lebih ke soal tiap orang berbeda. Hingga saat ini, hal tersebut yang Andien ingin ceritakan dan tanamkan ke Kawa untuk dia cerna dan diresapi sampai besar nanti.
Pada kesempatan yang sama, direktur ATC Widyatama Dr Anne Nurfarina, MSn setuju dengan cara yang Andien lakukan ke putranya. Bisa dikatakan ini cara yang inklusif di mana anak lebih dilibatkan dalam keadaan nyata dengan berbagai 'keunikan' yang dipunya anak-anak difabel.
"Sebenarnya ada PR untuk masyarakat kita, yaitu keterbiasaan. Saat penyandang autisme sedang mumbling (bergumam), tak sedikit orang yang melirik aneh padahal biarkan saja karena karakteristik mereka memang begitu," tutur Anne.
Menurut Anne, masyarakat perlu diedukasi lagi tentang anak-anak spesial ini karena kadang masih ada stigma. Begitu melihat seseorang yang dirasa aneh, penghakiman pun sering dengan mudah diberikan.
"Contoh konkret yang sebenarnya bisa dilakukan siapapun yang punya anak special need. Seperti yang
Andien lakukan yaitu melibatkan anak langsung agar tak judgemental, tidak lirik-lirik dan merasa aneh," imbuh Anne.
(rdn)