Jakarta -
Siapa yang tak mengenal
Andien Aisyah? Kini, penyanyi cantik itu sudah menjadi wanita karier dan
ibu yang sukses. Dalam urusan pendidikan, wanita 33 tahun ini punya cerita yang enggak bisa dilupakan.
Sayangnya, cerita tersebut tidak membuat ibuÂ
Kawa ini merasa bangga, Bun. Ia pun menitipkan pesan agar anak zaman sekarang tidak terlalu terobsesi dengan peringkat kelas seperti dirinya dulu.
"Aku pernah jadi anak yang selalu kejar nilai, jadi selalu nilainya nomor satu terus," kata Andien dalam 'Peluncuran Inisiatif Kerja Barengan Muda, Merdeka, Berkarya' di Perpustakaan Kemendikbud RI, Senayan, Jakarta Pusat, baru-baru ini.
Andien mengenang kalau dari kelas 1 sampai 6 SD selalu juara kelas. Selain kebanggaan, meraih peringkat satu justru membuat Andien memandang anak-anak lain dengan peringkat di bawahnya tidak kompeten, Bun.
Ia sampai tidak habis pikir, bisa berpikir seburuk itu saat kecil. Sikap kompetitif yang terbangun malah membuatnya melakukan hal-hal negatif untuk mempertahankan juara kelas.
"Jadi persaingan sudah dimulai dari aku SD. Aku sekarang berkaca, 'Wah, anak kelas 6 SD saja bisa berpikir begitu dan itu jelas banget buat aku jadi harus bersaing dan mempertahankannya," ujar Andien.
"Pernah akhirnya akuÂ
mencontek dan berbuat hal-hal yang enggak asik, cari kunci jawaban sebelum ulangan," tutur Andien.
 Andien bersama putra dan suaminya/ Foto: Instagram @andienaisyah |
Beruntungnya, Andien menemukan jalan dan lingkungan yang mendukung untuk melihat sesuatu enggak cuma dari dekat saja, Bun. Kini, pelantun lagu
Gemintang itu sadar dan ingin mengubah anak-anak Indonesia.
Dia tidak ingin peringkat kelas menjadi alasan anak melakukan kecurangan. Takutnya, saat dewasa, anak tumbuh menjadi pribadi yang buruk.
Dalam kesempatan yang sama, pendidik dan psikolog Najelaa Shihab mengatakan, peringkat kelas atau rangking adalah label. Ia tidak pernah percaya jika ini bermanfaat untuk anak.
Melalui sistem rangking, anak seperti mendapat label dari orang lain. Bukan hanya anak yang mendapat rangking terakhir yang rugi, tapi juga yang ranking pertama, Bun.
"Anak akan mendapatkan pemahaman yang salah tentangÂ
kompetisi dan tidak tumbuh semangat kolaborasinya," ujar wanita yang akrab disapa Ela ini.
Menurut Ela, tujuan belajar bukan untuk mengejar ranking, tapi agar anak memahami dan punya kompetensi. Seringkali jika memberikan rangking, tujuan ini menjadi enggak penting.
"Padahal esensinya bukanÂ
membandingkan anak dengan yang lain, sampai mengorbankan anak tertentu. Tapi tujuannya agar anak menguasai," pungkas Ela.
Banyak cara bisa Bunda lakukan untuk mengasah kecerdasan anak, salah satunya dengan aktivitas balet. Simak penjelasannya di video berikut ya.
[Gambas:Video Haibunda]
(ank/rap)