Jakarta -
Setiap orang tua pasti ingin menerapkan
pola asuh anak yang baik. sehingga sang anak bisa bertumbuh kembang dengan baik pula. Namun, suatu pola asuh yang baik untuk anak tak langsung turun begitu saja dari langit kan? Butuh usaha dan kerja sama tiap pasangan atau ayah ibunya.
Dikatakan Deny Hen MM CLC, founder Pembelajar Hidup yang juga life dan marriage coach, great parenting start from great marriage. Suatu parenting style atau pola asuh anak yang baik berasal dari pernikahan yang baik pula.
"Begini, ketika mau mendidik anak dengan baik otomatis anak pasti melihat contoh nyatanya dong, alias orang tuanya sendiri. Anak itu jarang mengingat apa yang kita omongin tapi jangan lupa anak itu peniru ulung dan pengingat yang baik. Gimana mau menerapkan pola asuh anak yang baik kalau ortunya sendiri sering ribut di rumah?" papar Deny Hen di tengah Peluncuran dan Bincang Buku 'The Great Marriage' di Gramedia Central Park, Jakarta Barat, beberapa waktu lalu.
Ya kalau tingkat pertengkarannya di rumah masih wajar, dari situ anak bisa saja belajar mengasihi orang lain. Sama halnya ketika si kecil melihat orang tua bertengkar sehabis itu baikan kembali, berarti ayah ibunya saling mengasihi dan mampu saling memaafkan. Lalu, gimana dengan orang tua yang bertengkar terus di depan anaknya?
 Ilustrasi pola asuh/ Foto: Shutterstock |
"Si anak jadi mempertanyakan, apa sih sayang itu? Papa Mama sayang tapi kok berantem? Hal ini bisa-bisa berlanjut ke keturunan anak nanti, bikin anak berpikir juga, 'Ah ortu saya aja begini'. Anak jadi nggak tahu bahwa pernikahan itu bisa bahagia lho," ungkap Deny Hen.
Selain nanti anak ikut-ikut perilaku orang tua yang suka ribut, Deny mencontohkan sebuah penelitian yang menunjukkan anak-anak yang hubungan ortunya baik di sekolah mereka berprestasi adi bidang akademis dan lebih tidak agresif. Memang ya, Bun, tiap orang tua berhak menentukan
pola asuh anak yang baik yang seperti apa.
Namun, ada lho, Bun, pola asuh yang sebaiknya dihindari karena disebut dapat memicu masalah kejiwaan pada anak. Alexandra Gabriella MPsi Psi CHt mengatakan, pola asuh itu adalah pola asuh dari keluarga yang memiliki prinsip otoriter atau pengalaman melakukan kekerasan. Sebab, pola asuh otoriter bisa memicu anak stres dan mengalami masalah kejiwaan di kemudian hari.
"Kekerasan bukan hanya fisik tapi juga verbal ya. Atau misalnya mengabaikan seperti orang tua yang berpikir 'terserah lu mau ngapain gue nggak peduli' saja, anak dapat merasa dia nggak berharga dan akhirnya stres," kata Alexa seperti dikutip dari
detikcom.
Risiko gangguan jiwa akibat penerapan pola asuh otoriter yang dapat dialami anak pun bermacam-macam, seperti skizofrenia, bipolar hingga gangguan kepribadian. Oleh karena itu, Alexa mengingatkan orang tua untuk mencegah anak merasa stres di masa tumbuh kembangnya.
(aml/rdn)