Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Jangan Sampai Kita Punya Anak Hanya karena Tekanan Orang Lain

Nurvita Indarini   |   HaiBunda

Sabtu, 30 Sep 2017 16:00 WIB

Pernah nggak sih tertekan dengan pertanyaan, "Kapan nih punya anak?" atau "Kapan nih si kakak punya adik?".
Jangan Sampai Kita Punya Anak Hanya karena Tekanan Orang Lain/ Foto: thinkstock
Jakarta - Kadang pendapat orang lain bisa menjadi tekanan. Tapi jangan sampai tekanan itu membuat kita memutuskan sesuatu tanpa mempertimbangkan banyak hal ya, Bun. Termasuk urusan punya anak atau menambah momongan.

Bener banget, anak merupakan rezeki dari Tuhan. Tapi bukan berarti kita langsung 'hajar' saja berusaha mendapatkan momongan tanpa pikir panjang. Soalnya kalau cuma asal punya anak atau asal menambah momongan hanya demi 'memuaskan' orang lain, nantinya kita sendiri yang stres dalam jangka panjang.

"Jadi penting banget merencanakan kehamilan. Bukan cuma menyiapkan uang tapi juga mental," ujar psikolog klinis dewasa dari Tiga Generasi, Della, dalam talkshow Mother and Baby Fair yang digelar di Balai Kartini, Jl Gatot Soebroto, Jakarta Selatan.

Baca juga: Ini Alasannya Kenapa Ibu Hamil Nggak Boleh Stres

Jadi ketika kita merencanakan punya anak, sambung Della, jangan karena tekanan orang tua atau orang lain. Sebaiknya saat kita ingin punya anak itu karena kita memang keinginan dari diri sendiri yang dibarengi kesiapan secara finansial dan emosional.

Jangan sampai hanya karena kita ingin punya anak banyak, tapi nggak dibarengi finansial yang cukup untuk punya anak banyak, kelak anak-anak kita yang mendapatkan imbas. Misalnya saja nih, Bun, anak-anak jadi nggak mendapatkan hak-haknya dengan baik.

"Dari awal juga harus kita sampaikan soal pembagian peran suami istri. Jangan sampai ada orang lain yang ikut campur," imbuh Della.

"Yang nggak kalah penting dan sering jadi kebingungan itu adalah saat suami istri kerja dua-duanya. Dari awal harus dipikirkan nanti kalau punya anak akan gimana, apakah istri jadi stay di rumah atau akan gimana. Karena jadi ibu baru itu banyak yang harus dilakukan. Menyesuaikan pola tidur, mengurus bayi dan tetap mengurus suami," tambah Della.

Baca juga: Meski Cuma di Rumah, Ibu Rumah Tangga Juga Rentan Stres

Selanjutnya bicarakan juga hal-hal yang bisa bikin kita marah atau sedih itu apa. Sehingga suami, sebagai orang terdekat bisa membantu mengatasi saat keadaan emosi kita nggak baik.

Della juga mewanti-wanti untuk aware dengan kondisi mental yang mengarah ke post partum psikosis. Dalam kondisi ini, kontak realita ibu dengan dunianya sudah putus. Hal ini membuat seorang ibu nggak tahu lagi perannya, lalu sering berdelusi. Misalnya, seperti mendengar suara perintah untuk membunuh anaknya sendiri.

"Masalah psikologis itu dari berbagai faktor. Misal punya riwayat gangguan, kalau di keluarga ada gangguan bipolar, biasanya akan lebih punya risiko. Relasi dengan keluarga tidak baik juga bisa menambah stres. Masalah keuangan juga. Banyak faktornya. Jangan disimpan sendiri masalah yang dimiliki agar punya penyelesaian," saran Della. (Nurvita Indarini/rdn)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda