Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Menyikapi si Kecil yang Bilang 'Kata Teman Aku...'

Radian Nyi Sukmasari   |   HaiBunda

Selasa, 21 Nov 2017 15:05 WIB

Nggak jarang anak memberi tahu sesuatu yang bersumber dari temannya. 'Masa, kata teman aku disunat itu sakit banget, Bun,'. Misalnya aja kayak gitu.
Ilustrasi ibu dan anak/ Foto: dok.HaiBunda
Jakarta - Dalam keseharian, anak pasti bersosialisasi sama temannya. Saat itu pula nggak menutup kemungkinan anak dapat input dari temannya, baik positif atau negatif. 'Masa kata temen aku...,'. Si kecil pernah ngomong kayak gitu, Bun?

Ya, dia menyampaikan apa yang dikatakan temannya dan nggak jarang itu memengaruhi dia nih. Seperti yang dialami sahabat HaiBunda sekaligus ibu dua anak, Nurul. Tahun lalu, si bungsu bakal disunat. Sebelum disunat, anak bungsu Nurul sempat bicara ke bundanya kalau ada seorang teman yang mengaku disunat itu sakit banget tapi ada juga temannya yang bilang disunat nggak sakit. 'Gampil, cuma kayak digigit semut,' begitu si bungsu meniru ucapan temannya kala itu.

"Saya langsung bilang 'Ah kata siapa disunat sakit banget. Sakit emang, tapi dikit doang. Mungkin teman kamu kali dek yang nggak kuat sakit,'. Saya nggak tahu ya respons itu tepat apa nggak tapi yang pasti saya cuma meyakinkan anak saya aja nggak perlu takut disunat karena kok kayaknya dia jadi takut-takut nih setelah dapat omongan begitu dari temannya," kata Nurul.

Ketika berada di situasi kayak Nurul, memang kita bisa langsung panik ya, Bun. Berpikir anak bakal takut duluan karena dapat info yang menurut kita nggak benar nih dari temannya. Nah, dalam situasi kayak gini, ketika anak menyampaikan informasi yang didapat dari temannya terlebih itu keliru, kita cukup kembalikan lagi ke anak.

Seperti kata psikolog anak dan remaja dari Mentari Anakku, Firesta Farizal, saat anak bilang temannya mengaku rasanya disunat sakit banget kayak digigit macan misalkan, kita balikkan ke anak. Gimana sih menurut dia digigit macan itu.



"Intinya jangan takut tanya ke anak apa pemahaman dia. Kadang kita udah keburu mikir si anak takut nih. Padahal tanya aja dulu ke anak. Sama kayak anak TK bilang udah punya pacar. Kita nggak perlu langsung panik, tanya aja kenapa sih kamu bilang punya pacar dan pacar tuh apa sih. Ternyata dia bilang karena temannya ini ngasih makanan. Nah, konsep pacar antara kita sama anak beda kan," tutur wanita yang akrab disapa Eta ini.

Makanya, Bun, Eta bilang yang penting sebagai orang tua bunda sama ayah nggak perlu takut tanya ke anak dan berdiskusi sama mereka. Dengan berdiskusi, kita tahu nih pemahaman anak akan sesuatu itu kayak apa. Kalau memang keliru, kita kasih tahu yang sebenarnya. Dengan begitu, anak juga merasa kalau bunda dan ayahnya bisa jadi sumber informasi terpercaya buat dia.

"Sebagai orang tua istilahnya kita nggak boleh pegal-pegal kalau ngomong sama anak. Memang waktu ngomong sama anak bisa lebih panjang, kita lebih banyak ngasih penjelasan. Tapi, dengan begitu anak bisa tahu mana yang keliru dan yang sebenarnya kayak apa sih," kata Eta.

Sementara itu, psikolog anak dari Tiga Generasi Anastasi Satriyo yang akrab disapa Anas bilang kalau anak mengomentari sesuatu atau hal yang menurut kita aneh, coba terima dulu, Bun, komentar si anak. Ini penting dilalukan supaya kita bisa membangun rasa percaya diri dan rasa amannya.

"Kita tanya menurut anak hal atau sesuatu yang dikomentari itu kayak apa sih. Karena kita sering banget nih nge-cut omongan anak sehingga anak nggak terbiasa berinteraksi kayak ke teman dan nggak nyaman kalau ngobrol sama orang tuanya. Anak kan lagi belajar mengenal dunia. Kalau kayak gitu bukan nggak mungkin anak bisa dapat info tentang suatu hal yang nggak benar kan," tutur Anas waktu ngobrol sama HaiBunda.

(rdn/rdn)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda