Jakarta -
Vaksinasi penting untuk kekebalan tubuh anak. Cuma, kalau anak ada alergi terlebih alergi parah yang bisa memicu reaksi anafilaksis, bisa timbul kekhawatiran kan ya, Bun? Eits tapi itu bukan alasan kita nggak vaksinasi si kecil lho.
Bocah 3 tahun bernama Abi pernah mengalami reaksi anafilaksis pas dia dapat vaksin MR (Measles Rubella) di bulan September lalu. Memang, selama ini Abi punya alergi parah. Tapi, orang tua Abi bilang nggak kapok memvaksin Abi.
"Cuma kita ya mesti hati-hati lagi. Saya nggak nyalahin vaksinnya. Ini karena ya memang anak saya ada alergi kan. Pokoknya jadi lebih hati-hati deh sekarang," kata Ayah Abi, Buki.
Menanggapi vaksinasi pada anak yang punya alergi, dr Wiyarni Pambudhi SpA dari Tiga Generasi bilang dari nomenklaturnya memang reaksi vaksin bisa segera bisa juga lambat. Tapi, perlu dilihat juga apakah saat anak mendapat imunisasi kondisinya benar-benar fit yang artinya belum ada prekondisi untuk sakit. Misalnya gejala belum muncul tapi anak udah sakit. Kebetulan habis vaksin demam, nah demamnya bukan karena vaksin tapi karena sebelumnya anak udah sakit.
"Kalau kasus yang reaksinya timbul segera kayak gini mungkin betul kejadiannya dia mengalami reaksi alergi pada zat dalam vaksin karena
vaksin kan bukan zat tunggal. Nah, kalau reaksi alergi yang disebut anafilaktik khas sekali. Terjadinya segera, bahkan dalam hitungan detik," kata wanita yang akrab disapa dr Wi ini waktu ngobrol sama HaiBunda.
Setelah anak disuntik, beberapa saat kemudian muncul gejala hemodinamik, denyut jantung cepat, nadi nggak teraba, dan anak syok. dr Wi bilang ini termasuk reaksi serius. Karena itu, dr Wi menyarankan banget habis anak divaksin, pantau dulu ya, Bun, si kecil. Jangan langsung pulang.
"Kalau di klinik, RS kan bayar dulu. Itu ada kesempatan waktu tunggu. Kalau massal diharap guru ikut mantau, di posyandu tunggulah paling nggak kan ada dokter puskesmas atau bidan," kata dr Wi.
Apalagi reaksi anafilaksis susah diprediksi karena alergi yang dimiliki anak bukan alergi umum. Yang pasti, kata dr Wi begitu anak pernah mengalami alergi dicatat, Bun. Berarti lain kali anak nggak boleh lagi mendapat zat yang bisa memicu alergi.
"Sehingga di jadwal vaksin berikutnya kita carikan yang hipoalergenik. Misalnya ada reaksi alergi pas dapat DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus), mungkin besoknya DT aja. Bukan berarti satu vaksin nggak bisa, berikutnya anak nggak usah divaksin. Kalau ada dokumentasi anak nggak tahan zat dalam vaksin ini, dipertimbangkan lagi, nggak langsung eksekusi. Karena prinsip kita selalu kita cari yang benefitnya paling besar. Tapi jangan sampai lompat nggak divaksin. Yang masih bisa dicegah dengan
vaksinasi ya kita cegah," tutur dr Wi.
(rdn/rdn)