Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Pelajaran yang Bisa Diambil Anak dari Perceraian Orang Tuanya

Amelia Sewaka   |   HaiBunda

Senin, 08 Jan 2018 16:02 WIB

Penceraian memang menyakitkan bagi anak. Tapi ada hal yang bisa dipelajari dari sana...
Pelajaran yang Bisa Diambil Anak dari Perceraian Orang Tuanya. Foto: Thinkstock
Jakarta - Dalam kehidupan rumah tangga, kadang tidak selamanya bisa berjalan mulus. Ada beberapa pemahaman atau prinsip yang akhirnya membuat pasangan suami istri mengambil keputusan untuk berpisah atau bercerai. Jika percerian tidak bisa dihindari, maka anak pun ikut terkena dampaknya.

Menurut psikolog anak dan remaja, Ratih Zulhaqqi, dampak secara keseluruhan pada anak yang orang tuanya bercerai adalah menyadari bahwa perceraian merupakan hal yang tidak menyenangkan. Ada situasi kehilangan, karena nanti si anak akan tinggal dengan sang ibu saja atau tinggal dengan sang ayah saja.

"Dengan adanya hal seperti itu, jelas ada perasaan tidak senang pada anak. Jika anak berusia sekolah dasar sekitar kelas 3 hingga 6 mungkin mereka bisa diberi penjelasan agar paham situasi kedua orang tuanya," papar psikolog dari RaQQi Human Development and Learning Centre ini.


Namun dikatakan Ratih, jika anak tersebut masih sekitar kelas 1 atau 2 sekolah dasar, maka anak belum paham apa-apa. Yang mereka tahu adalah kehilangan figur ayahnya atau ibunya, jika sang anak tinggal dengan salah satu dari orang tuanya.

"Sebenarnya yang membuat dampak lebih besar pada anak bukan perceraiannya melainkan pertengkaran tanpa henti, saling memaki atau berteriak di depan anak. Hal ini sih yang lebih ngena ke anak daripada perceraian itu sendiri," papar Ratih saat berdiskusi dengan HaiBunda.

Ratih memberi contoh, ada suatu kasus di mana sang orang tua sudah bercerai namun masih tinggal bareng satu atap dengan anak demi menjaga kesehatan anak secara psikis.

"Mereka sama-sama nggak bawa pasangan ke rumah dan merawat anaknya bareng. Anak akan berpikir, as long orang tuanya masih ada maka semua baik-baik aja. Tapi tetap sambil diberi pengertian ke anak," tutur Ratih.

Namun hal ini nggak bisa kita sama ratakan dengan semua kondisi keluarga ya, Bun. Jika ditilik dari segi budaya memang tidak bisa melakukan hal ini karena begitu cerai sudah diputuskan itu tandanya pasangan tersebut sudah bukan suami istri lagi. Masih tinggal bersama setelah perceraian kembali lagi pada budaya dan kepercayaan masing-masing. Namun apapaun alasannya, sebaiknya orang tua wajib memberi tahu keadaan sebenarnya pada anak.

Hal lain yang ditekankan oleh Ratih, ketika suatu pasangan memilih bercerai, maka perlu menjelaskan pada anak situasi sebenarnya. Kita perlu menjelaskan pula bahwa bukan berarti orang tuanya menjadi musuh setelah bercerai.

"Jaga ego masing-masing jadi anak juga tetap fine that. Mau dikata orang gimanalah orang tuanya atau ditanya orang soal perceraian orang tuanya, anak tetap merasa oh ya this is my family," papar Ratih.


Dari perceraian kedua orang tuanya, anak akan belajar bahwa terkadang segala hal yang sudah dibangun bersama tidak akan berlanjut karena suatu alasan. Namun meskipun ibu dan ayah tak lagi bersama, anak bisa belajar bahwa kedua orang tuanya berusaha keras untuk tetap memberikan perhatian sama besar seperti saat dulu belum bercerai.

Anak akan belajar banyak dari role modelnya, orang tuanya. Bahwa segala hal masih bisa tetap baik-baik saja, meskipun ayah dan ibu sudah bercerai dan tidak lagi tinggal bersama. (Nurvita Indarini)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda