Jakarta -
Hmm, sudah saatnya belum ya si kecil mulai melakukan toilet training?
Anak sudah memberikan ciri atau tanda di mana ia siap memulai toilet training-nya nih. Meski begitu kadang kita masih ragu, benar nggak sih di usia anak ini sudah harus memulai toilet training.
Kadang karena melihat anak teman sudah
toilet training, kita jadi 'memaksa' si kecil agar memulai fase toilet training-nya.
Ternyata ada lho beberapa hal yang sebaiknya dihindari ketika menerapkan anak toilet training, namun kadang secara nggak sadar sering kita lakukan. Nah, dirangkum HaiBunda, berikut ini hal-hal yang sebaiknya dihindari ketika menerapkan toilet training. Yuk, disimak, Bun.
1. Terlalu Dini
 Jangan terlalu dini untuk melatih toilet trainin/ Foto: Thinkstock |
Bila anak belum siap memulai fase toilet training-nya dan kemudia dipaksakan, maka proses belajarnya akan selesai lebih lama. Pada kasus beberapa anak, ada lho, Bun, yang belum siap sampai usianya tiga atau empat tahun.
"Jadi sebenarnya, orangtua-lah yang tahu kapan waktu paling tepat mengajari anak toilet training dengan mengamati perkembangan fisik, kognitif dan perilakunya," papar psikolog pendidikan, Alfa Mardhika MPsi.
2. Memulai di Waktu yang SalahJangan memulai toilet training ketika si kecil akan punya adik dalam waktu dekat atau saat berganti pengasuh, atau masa-masa peralihan lain dalam hidupnya.
"Balita sangat perlu kegiatan rutin agar dia bisa memahami apa yang sedang diajarkan padanya sehingga perubahan apapun yang tidak sejalan dengan kesehariannya atau rutinitasnya itu bisa jadi kemunduran bagi anak," papar Alfa dalam kuliah What's App bersama Birth Club January'16 beberapa waktu lalu.
Jadi baiknya tunggu hingga situasi memungkinkan ya, Bun.
3. Membuat Toilet Training Menjadi Beban Membebankan toilet training pada anak/Foto: Thinkstock |
Hal ini sangat penting untuk kita perhatikan, Bun, yaitu jangan terlalu mendorong atau menekan si kecil untuk terus melakukan toilet training. Hindari juga memaksa anak belajar dengan cepat.
Kalau
anak tertekan menjalani toilet training, dia bisa jadi sulit BAB (buang air besar) atau mengalami masalah lainnya. Berikan anak waktu, dan biarkan dia menjalani proses belajar tersebut sesuai kemampuannya.
Anak akan belajar setahap demi setahap kok. "Misalnya, awalnya anak sudah mau menunjukkan ekspresi berbeda ketika ingin buang air, lalu anak mengungkapkan keinginannya, dilanjutkan dengan si anak mengajak ortu ke kamar mandi, dan begitu seterusnya. Jadi memang harus sabar," tutur psikolog yang minat utamanya pada bidang pendidikan dan pelatihan, khususnya tentang parenting ini.
4. Mengikuti Aturan Orang LainMelatih anak buang air, baik besar maupun kecil, di toilet butuh kesabaran dan waktu. Jadi jangan mendengarkan omongan orang lain yang merasa lebih tahu. Kita ibunya, jadi kitalah yang lebih tahu kondisi anak kita, Bun.
"Ketika orang lain seperti tetangga, mertua atau siapapun, menasihati kita agar anak segera diajari BAB atau BAK di kamar mandi, sebaiknya jangan cepat terpengaruh," saran Alfa.
Seperti sudah dikatakan sebelumnya, jika ternyata anak belum siap, proses toilet training ini malah bisa berlangsung lebih lama, Bun. Intinya jangan membandingkan kemampuan anak kita dengan anak lainnya.
5. Menghukum Anak
Menghukum atau marah pada anak ketika dia tidak benar-benar mau toilet training justru tidak menyelesaikan masalah. Menghukum juga tidak bisa membuat anak jadi belajar.
Sebagai orang tua, sebaiknya kita memahami bila penolakan
anak adalah wajar. Nah, jika anak diberi hukuman, maka hanya akan membuatnya semakin malas belajar BAB atau BAK di toilet.
"Anak jadi akan takut berbuat kesalahan karena ia tahu kita akan marah atau beberapa kasus justru anak jadi bermasalah dalam buang airnya," lanjut Alfa.
Berikan respons dengan bijak dan tenang ketika sedang melakukan toilet training pada anak, misalnya lupa ke kamar mandi untuk buang air, jangan marah yang sampai kalap banget ya, Bun. Kalau kita marah, anak malah jadi akan takut dan proses toilet training-nya bisa-bisa akan semakin lama.
(Nurvita Indarini)