Jakarta -
Mendengar si kecil udah bisa mengucapkan satu atau dua kata, wah rasanya udah senang banget ya, Bun. Tapi, ada nih sahabat HaiBunda yang galau karena
anaknya yang umur 13 bulan seringnya ngomong 'apa' sambil menunjuk sesuatu.
Kata bunda bernama Janna ini, anaknya bisa sih ngomong kata lain kayak 'mbah', 'ni' merujuk kata ini dan yang paling sering ya itu tadi, Bun, 'apa'. Jadi kalau lagi diajak keluar atau di rumah pun, dia sering ngomongnya 'apa' sambil nunjuk. Janna dan keluarga pun menyahuti si kecil dengan menjawabnya misalkan 'Itu ikan', 'Eh cicak' atau 'Iya itu ikan, ada berapa ya'.
"Pokoknya saya sahutin aja. Cuma kadang kan kalau kita lagi capek ya. Dia ngomong apa, sahutinnya ala kadarnya aja deh. Saya jawab ikan, cicak, gitu aja. Atau pas saya lagi nggak capek saya sahutin dengan kalimat lebih panjang, tapi nanti dia nyautinnya ya apa lagi," tutur Janna.
Bunda punya pengalaman serupa dengan Janna atau ada kerabat yang punya anak kayak gitu? Nah, saya mencoba ngomongin masalah ini ke psikolog anak dari Tiga Generasi Saskhya Aulia Prima nih, Bun. Wanita yang akrab disapa Saskhy ini bilang anak usia 13 bulan memang ada yang lancar ngomong berbentuk satu atau dua kata. Tapi, ada juga yang agak telat jadi babbling tanpa satu kata pun terucap.
Apa yang bisa kita lakukan untuk menanggapinya? Kata Saskhy, mau nggak mau memang itu agak melelahkan ya, Bun. He-he-he. Kadang menghadapi anak yang udah bisa mengucap beberapa kata dengan jelas aja kita capek nih nyautin mereka. Apalagi anak yang belum lancar bicaranya.
"Kalau anak ngomong apa apa apa, itu rasa penasarannya bagus nih. Nah, biar rasa ingin tahunya nggak terhambat sebisa mungkin nggak kita cueki. Sahutin aja. Soalnya kalau kita cuekin, sayang, dia nanti nggak mau nanya lagi. Jadi ya jawab aja," kata Saskhy waktu ngobrol sama HaiBunda.
Ketika kita menyahuti ucapan
anak, ada pembelajaran yang bisa anak dapat, Bun, yaitu bukan cuma lingkungan bisa memberi dia instruksi tapi dia juga bisa mengontrol lingkungan. Ya, soalnya ketika dia bertanya ada respons. Sehingga, selain bisa membangun kepercayaan anak pada lingkungan, rasa penasaran anak bisa bertambah dan dia belajar berinisiatif yaitu kalau mau melakukan sesuatu maka lingkungan akan merespons.
Nah, kalau anak udah bisa babbling sekalian bertanya, kita jawab, eh dia nanya lagi. Nah, Saskhy bilang sesekali boleh lho kita 'kerjain' anak balik. Contohnya anak bilang 'su' untuk ngomong susu. Kita tanya apakah dia mau susu dan kalau dia jawab iya atau he-eh, kita tanya lagi mau susu cokelat atau vanila.
"Atau kalau aku sama klien suka ambil barang yang sengaja disalahin supaya memancing dia ngomong. Saat
anak menyahuti balik 'apa' padahal udah kita jawab, istilahnya dia kayak ngotot gitu, nggak apa-apa kita juga ngotot aja karena ada fase anak nyebut satu kata untuk semua hal misal apa untuk beneran nanya apa, ikan apa, apalagi. Atau kayak minum untuk mau minum, sudah minum, dan lain lain, itu cuma diwakili satu kata, namanya holophrase," tutur Saskhy.
(rdn)