Jakarta -
Dulu waktu saya masih duduk di bangku sekolah dasar, ada salah satu teman yang sudah berkumis meski usianya masih sekitar 10 tahun. Kala itu banyak teman-teman yang membicarakannya. Untungnya anak ini nggak terlalu ambil pusing omongan temannya dan malah menunjukkan prestasinya.
Tapi gimana ya kalau omongan orang atas kumis yang sudah muncul meski
anak masih berseragam putih merah malah jadi bikin anak minder, menarik diri dari pergaulan, pokoknya bikin si kecil jadi nggak percaya diri? Padahal sebenarnya normal sih di usia 9,5 tahun ada anak yang di atas bibirnya muncul garis kehitaman tanda kumis yang akan muncul.
Ya, tapi namanya juga anak-anak ya, Bun. Meskipun normal, tapi kalau tampilan beda sedikit saja teman-temannya bisa berkomentar macam-macam. Ada saja macam-macam julukan di kelas untuk anak yang sudah kumisan itu, dari dipanggil 'om', 'bapak', bahkan 'Pak Raden'. Duh, kasihan si kecil.
Tumbuh kumis itu salah satu tanda pubertas pada anak laki-laki. Sebenarnya nggak hanya kumis saja yang muncul, rambut di ketiak dan selangkangan juga tumbuh. Pada awal pubertas, rambut itu tumbuh terpencar, jarang-jarang, dan tipis, serta warnanya terang.
Nah, kalau sudah akhir masa pubertas, rambut tersebut warnanya menjadi lebih gelap, lebih tebal, dan keriting. Rambut di wajah juga bertambah banyak Bun.
Kata Dr Paul Kaplowitz dalam bukunya Early Puberty in Girls, tanda lain pubertas pada
anak laki-laki adalah membesarnya testis atau buah pelir, tumbuhnya rambut kemaluan dan ketiak, membesarnya alat kelamin, membesarnya suara, dan percepatan pertumbuhan badan.
Oh iya pubertas itu sebenarnya permulaan kematangan seksual, periode di mana seorang anak mengalami perubahan fisik, hormonal, dan seksual. Pada pubertas dikenal dengan istilah precocious puberty (pubertas sebelum waktunya), yang artinya tanda-tanda puber itu muncul lebih cepat dari biasanya, Bun.
Precocious puberty itu bisa terjadi pada anak perempuan atau laki-laki. Penyebabnya ketidaknormalan struktural di otak atau tumor yang menghasilkan hormon. Pubertas dini pada anak laki-laki terjadi sebelum anak berusia 9 tahun atau 9,5 tahun. Padahal, normalnya terjadi ketika berusia 10-15 tahun.
Kalau anak sudah berkumis lebih cepat, langkah-langkah ini bisa kita lakukan agar anak nggak minder:
1. Sediakan InformasiKita bisa menyediakan referensi tentang pendidikan kesehatan reproduksi atau tentang pubertas yang normal maupun yang tidak normal. Carilah buku, majalah, atau situs yang bisa dipelajari anak jika ia malu membicarakannya. Demikian dikutip dari buku 'Parents Guide Growing Up Usia 10-13 Tahun'.
Anak yang mendapat informasi yang benar tentang dirinya di rumah biasanya lebih percaya diri dan nggak mudah terpengaruh omongan orang, Bun.
Kata dr Tri Gunadi, A.Md.OT., S.Psi dari Klinik Tumbuh Kembang Anak YAMET, kalau anak sudah dapat pendidikan kesehatan reproduksi, anak jadi nggak bingung atau takut saat memasuki masa pubertas.
"Maka dari itu pendidikan kesehatan reproduksi penting sejak dini. Jangan sampai anak tidak dipersiapkan yang bisa saja membuatnya mencari sendiri dari sumber-sumber yang tidak sesuai," tutur dr Gunadi, seperti dituliskan detikhealth beberapa waktu lalu.
2. Tanamkan Pada Anak Bahwa Dirinya NormalKita juga bisa menjelaskan masa pubertas anak itu nggak sama. Umumnya dari usia 10-15 tahun. Anak-anak nggak perlu malu gara-gara mengalami berbagai perubahan akibat masa puber.
Kalau pubernya lebih awal mungkin malu ya, Bun, tapi rasa malu itu bisa diubah menjadi rasa senang dan bersyukur karena telah dewasa di saat yang tepat. Agar nggak minder, yuk kita dukung anak untuk lebih bisa menunjukkan kelebihannya yang lain.
3. Anggap Enteng Semua EjekanKita bisa mengajarkan anak untuk bersikap santai menghadapi ejekan teman-temannya tentang kumisnya. Katakan kepada anak bahwa cepat atau lambat semua anak laki-laki yang mengejeknya juga akan mengalaminya.
Ia mungkin beruntung lebih dulu mengalami tumbuhnya kumis, Bun, karena bisa jadi teman yang mengejeknya kelak memerlukan informasi darinya. Tapi, kalau ejekannya sudah kelewatan, usulkan agar anak berbicara ke guru di sekolah.
4. Dorong Pencapaian PrestasiTawarkan kepada anak kegiatan yang benar-benar disukainya, Bun. Penting banget untuk menyemangatinya agar dia menekuninya lebih serius. Berilah dukungan moril dan materiil agar anak bisa meraih prestasi yang membanggakan dirinya. Ini akan membantu mengurangi rasa mindernya.
5. Ingatkan Anak Menjaga KebersihanWajah berkumis tapi terjaga kebersihan dan kerapihannya jauh lebih enak dilihat dibanding wajah licin tanpa kumis tapi nggak terawat. Karena itu yuk ingatkan
anak agar menjaga kebersihan seluruh tubuhnya, apalagi kalau sudah puber biasanya disertai menguatnya bau badan.
(Nurvita Indarini)