Jakarta -
Suami ketahuan
selingkuh. Berat dan menyakitkan banget pasti kan, Bun? Tapi, demi anak-anak dan keutuhan rumah tangga istri pun memaafkan kesalahan suami. Namun, lagi-lagi suami selingkuh. Kalau udah kayak gini, apa istri harus memaafkan kesalahan suami yang nyatanya berulang kali melakukan perselingkuhan?
Ini pernah terjadi pada seorang bunda bernama Izza. Dia menceritakan sejak sebelum menikah sang suami memang udah punya banyak pacar. Izza pun berpikir nanti ketika menikah dan punya anak si suami akan berubah dan lebih setia. Tapi nyatanya apa, Bun? Kebiasaan suami Izza berhubungan dengan banyak wanita makin menjadi. Alhasil, izza berulang kali melabrak wanita-wanita itu sampai hubungan tersebut berakhir.
"Saya berusaha memaafkan dan kembali menjalani perkawinan. Tapi setelah itu muncul lagi pacar-pacar lainnya. Saya sudah lelah. Kalau bercerai saya kasihan ke anak," ujar Izza. Hmm, kalau begini apakah Izza harus memaafkan sang suami?
Kata psikolog klinis dewasa sekaligus konselor pernikahan Adriana Ginanjar, perselingkuhan jenis serial affairs terjadi dengan banyak wanita berbeda, dalam jangka waktu tidak lama dan tanpa komitmen tinggi. Menanggapi yang dialami Izza, Adriana bilang karena sudah terbiasa ganti-ganti pasangan sejak sebelum menikah, seorang suami sulit berkomitmen terhadap perkawinan.
Apalagi ya, Bun, kalau suami tetap berhubungan dengan teman-teman wanitanya yangsudah pasti memberi lebih banyak excitement dibanding perkawinan yang menuntut banyak tanggung jawab. Serial affairs, kata Adriana, kelihatannya nggak terlalu berbahaya karena hubungan yang terjadi tidak mendalam dan dengan mudah bisa ditinggalkan. Tapi, berita buruknya nih, Bun, serial affairs sangat sulit dihentikan ddan berisiko besar dalam PMS atau penyakit menular seksual.
"Sebagai istri, kita tidak bertugas membereskan kesalahan suami apalagi yang dilakukan terus-menerus. Tahu
perselingkuhan suami satu kali aja sudah sangat menyakitkan apalagi kalau harus mengalami pola sama berkali-kali. Bila istri ingin bertahan dalam pernikahan, jangan lagi jadi dewi penolong suami," kata Adriana dikutip dari bukunya 'Pelangi di Akhir Badai'.
Adriana bilang, istri perlu fokus pada diri sendiri untuk pulih dari trauma
perselingkuhan, banyak berdoa untuk mendapat ekuatan dan ketenangan, melakukan kegiatan yang membuat happy dan mengurus anak-anak. Setelah kondisi psikologis membaik, perlu dilakukan evaluasi terhadap perkawinan secara mendalam.
"Karena selama ini perkawinan sangat rapuh dan suami nggak pernah berperan sebagai suami yang baik," pungkas Adriana.
(rdn)