Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Kisah Bocah 6 Tahun yang Tetap Semangat Meski Terlahir Tanpa Mata

Amelia Sewaka   |   HaiBunda

Jumat, 16 Mar 2018 19:00 WIB

Bocah ini terlahir tanpa mata. Tapi, dia tetap semangat dan membuktikan kalau dirinya bisa seperti anak lainnya.
Kisah Bocah 6 Tahun yang Tetap Semangat Meski Terlahir Tanpa Mata/ Foto: thinkstock
Tennessee, AS - Anak laki-laki berusia 6 tahun ini terlahir tanpa mata. Kondisinya ini kadang membuatnya diejek oleh orang di sekitar. Tapi, bocah bernama Christian Buchanan ini tetap ceria dan membuktikan bahwa dia bisa melakukan apa yang dilakukan anak lainnya.

Christian mengalami luka wajah Tessier dengan mikrofalmemia. Dalam sejarah medis hanya ada 60 kasus ini di dunia. Sejak umur 4 hari. Christian harus makan dari tabung dan sampai sekarang dia sudah menjalani tujuh operasi rekonstruksi. Kata sang ibu, Lacey, putranya itu mampu untuk hidup layaknya anak normal kok.

"Christian layaknya anak laki-laki biasa. Ia belajar membaca, suka bergulat dengan adik laki-lakinya dan ia sangat menikmati semua hal yang bisa dijalani oleh bocah 6 tahun," kata Lacey dikutip dari Daily Mail.

Christian juga nggak kalah sibuk seperti anak lainnya lho. Dia belajar, bermain biola dan berlatih karate. Meski berusaha menjalani hidupnya dengan normal Christian sering mendapat komentar jahat dari orang yang tidak dikenal.


"Saya tidak menyadari sebelum Christian lahir bahwa ada stigma sosial tentang perbedaan, terlihat berbeda, dan kebanyakan orang tidak tahu bagaimana menangani seseorang dengan perbedaan itu," tutur Lacey.

Dia berharap banyak orang bisa meningkatkan kesadaran terhadap penyandang disabilitas sehingga anak seperti Christian bisa diterima di masyarakat. Bicara soal kelainan sang anak, Lacey mengatakan pada Barcroft TV bahwa kondisi Christian disebut Tessier Cleft Lip and Palate yang memiliki klasifikasi tiga, empat dan lima mencakup mikrofalmemia.

"Kondisinya disebabkan oleh sindrom kejut amniotik, kondisi tersebut memengaruhi kehidupan kesehariannya terutama penglihatannya. Karena ia benar-benar buta, dia harus belajar menavigasi dunia dalam kegelapan. Meski begitu, Christian membuktikan kalau dia juga bisa mandiri dan melakukan apa yang anak-anak lain lakukan," papar Lacey.

Dalam keseharian, Christian sering dianggap aneh, Bun. Misalnya saat ke toko dan dia menyentuh mainan di rak, ada seorang wanita yang menyatakan rasa tidak sukanya pada Christian. Kadang, ada pula anak yang bertanya soal mata Christian tapi Lacey menjawab bahwa memang begitulah kondisi Christian sejak lahir.

"Komentar lainnya seperti, kenapa ia punya mata merah, maka saya akan jawab, 'Begitulah Tuhan menciptakannya dan mata merah itu keren' dan saya seperti memberinya naskah agar ia bisa menjawab, 'Beginilah saya lahir dan saya terlahir mengagumkan'," ungkap Lacey.

Christian menjalani home schooling dan sering menghadiri Special Kids Therapy & Nursing Centre di Murfreesboro, seminggu sekali di mana dia belajar berbagai keterampilan sehari-hari. Saat menjalani terapi okupasi, Christian juga berlatih memakai baju, pakai sepatu, menyusun lego dan ikut kelas geografi serta menulis. Bertemu dengan anak penyandang disabilitas lain juga membuat kemampuan sosial Christian berkembang.

Menurut Lacey, putranya adalah anak yang mandiri. Bahkan beberapa tahun lalu Christian yang meminta supaya dirinya diizinkan mencoba melakukan sesuatu. Selain itu, Christian juga anak yang berani dan optimistis, Bun. Maka dari itu, Lacey senang bisa berbagi cerita soal keluarganya dengan harapan kepedulian orang-orang terhadap penyandang disabilitas bisa lebih baik lagi.

"Saya berharap supaya nanti orang difabel juga punya hak untuk dipahami dan dihormati sehingga dunia menjadi tempat yang lebih baik untuk orang-orang seperti Christian," ujar Lacey dikutip dari Fox News.



Namanya orang tua pasti merasa sedih ketika buah hatinya didiagnosis difabel. Tapi, ketika anak masih memiliki semangat untuk tetap menjalani kesehariannya, orang tua pun harus mendukung, Bun.

"Ketika anak meski dia sakit tapi masih punya semangat sekolah, mau bermain sama teman-temannya, masih mau menjalani hobinya, kenapa kita batasi? Beri anak kesempatan melakukan hal itu," tutur perawat dari Rumah Rachel, yayasan yang memberikan layanan paliatif, Rina Wahyuni.

Dikutip dari detikHealth, Rina bilang orang tua nggak cuma perlu mengatasi gejala fisik anak saja tapi juga bagaimana bisa mendukung anak secara psikologis selama ia menghadapi penyakitnya. Salah satunya, dengan membiarkan anak mengembangkan kemampuan dan menikmati hari-harinya dengan kualitas yang lebih baik. Tapi gimana kalau posisinya anak kita yang bertanya kenapa orang lain berbeda?

"Ketika si kecil mengutarakan rasa penasarannya terhadap kondisi sang teman yang tak biasa, orang tua bisa menjelaskan dengan 'bahasa anak'. Jelaskan ke anak kalau teman mereka ini memang berbeda, tapi tetap bisa main kok, cuma ada beberapa hal yang dia lakukan dan nggak sama dengan kamu, katakan saja seperti itu pada anak," terang Eka Yulianti Yusuf dari Rumah Autis.
(rdn)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda