Jakarta -
Ngomong soal perilaku makan anak-anak, ada dua kategori perilaku, good eater dan
picky eater. Pemakan yang baik dan si pemilih. "Pemakan yang baik" adalah anak-anak yang makan sayuran secara teratur dan dengan suka mencoba makanan baru.
Sementara yang pemilih atau picky eater, hidung dan lidah mereka 'lebih peka' pada makanan. Mereka juga nggak suka mencoba makanan baru. Yang jelas, semua orang tua nggak mau anaknya picky eater. Tapi, ingat Bun, anak apalagi balita cenderung meniru orang tuanya, jadi di sini perilaku orang tua adalah kuncinya.
Nah, berikut ini adalah lima perilaku orang tua yang mendukung anak supaya nggak jadi picky eater.
1. Jadi Role ModelDi usia balita, kita nggak bisa bilang kalau makanan A itu nggak sehat. Ya, karena mereka belum paham. Mereka hanya paham bahwa apa yang dimakan oleh orang tuanya itu baik dan bisa dimakan olehnya. Menurut ahli diet dan gizi, Ilyse Schapiro MS RD CDN, jika kita nggak makan buah-buahan dan atau sayuran, kemungkinan anak-anak kita juga nggak akan makan.
"Tunjukkan pada mereka bahwa makan sehat rasanya enak dan menyenangkan," saran Ilyse dikutip dari Romper.
2. Tidak MengalahDalam hal ini, tidak mengalah pada
anak itu tujuannya positif, Bun. Kadang-kadang, saat kita akhirnya menemukan makanan yang cocok dan akan dimakan anak, kita tetap menyajikannya lagi, lagi, dan lagi. Terutama jika mereka menolak makan apapun. Meskipun bisa dimengerti tapi sebaiknya untuk hal ini nggak perlu mengalah.
"Jangan menyerah saat anak kita menjadi picky eater. Anak-anak bisa terjebak dalam kebiasaan makan mereka dan mereka tidak ingin mencoba hal-hal baru," lanjut Ilyse.
Menurut dokter anak Claire McCarthy MD, dikutip dari Harvard Health Blog, jika kita melakukan itu, nggak ada inisiasi untuk mencoba makanan yang baru. Padahal anak-anak butuh berbagai macam makanan agar kebutuhan gizinya tercukupi. Jangan lupa untuk terus tawarkan makanan baru ya, Bun.
3. Bawa Anak Belanja Bahan MakananKata Ilyse, harus diakui, membawa si kecil ke toko kelontong akan membuat kegiatan belanja kita sedikit lebih memakan waktu, tetapi melibatkan mereka dalam tugas ini sebenarnya adalah cara yang bagus untuk membuka mata mereka terhadap jenis makanan baru.
"Mengekspos mereka ke pengalaman belanja makanan membantu mereka merasa terlibat dan mereka lebih mungkin untuk makan apa yang mereka pilih," tutur Ilyse.
Plus, kegiatan belanja bersama anak memberi kita kesempatan untuk mendidik anak-anak kita tentang nutrisi.
4. Ajak Anak Membantu di DapurSaat kita memasak, 'ide' membawa anak kita untuk membantu mungkin tampak seperti ide buruk. Tapi sebenarnya ini hal yang penting untuk dilakukan, karena mereka nggak hanya belajar memasak, mereka juga akan belajar tentang makan.
"Mengajak anak-anak turut serta dalam menyiapkan makanan akan membuat mereka lebih ingin mencoba makanan baru," kata Ilyse.
Bahkan, satu studi yang diterbitkan dalam CDC "Mencegah Penyakit Kronis: Penelitian, Praktik, dan Kebijakan Kesehatan Publik" menemukan bahwa anak-anak yang membantu di dapur lebih banyak konsumsi buah-buahan, sayuran dan serat makanan, lebih ingin mencoba makanan yang baru, demikian dikutip dari CBS News.
5. Biarkan Anak-anak Paham Prinsip KenyangAda nggak nih di antara Bunda-bunda yang sering bilang seperti ini, "Yuk, Nak, satu gigitan bayam aja habis itu makan es krim,"? Memang terlihat benar dan nggak masalah, tapi menurut Dina Rose PhD, dapat mengacaukan naluri alami anak-
anak untuk makan.
"Mengajarkan anak 'makan dua gigitan lagi' berarti bisa membuat anak-anak nggak paham tentang rasa lapar dan kenyang mereka sendiri. Ini berarti membiarkan anak-anak belajar mengukur berapa banyak yang mereka butuhkan untuk makan," jelas penulis buku It's Not About the Broccoli: Three Habits to Teach Your Kids for a Lifetime of Healthy Eating, dikutip dari Psychology Today.
(aci)