Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Suamiku Seperti Sedang Berselingkuh dengan Handphone-nya

Melly Febrida   |   HaiBunda

Minggu, 22 Apr 2018 14:00 WIB

Sayang, please, jangan main handphone melulu...
Suamiku Seperti Sedang Berselingkuh dengan Handphone-nya / Foto: Rachman Haryanto
Jakarta - Sehari-hari suami sibuk dengan pekerjaannya, jadi saat weekend tiba wajar dong ya kalau kita ingin suami lebih banyak waktu dengan keluarga. Tapi nyatanya suami terus saja asyik dengan handphone-nya. Bahkan saat pulang kerja di weekdays, seolah-olah hal terpenting dalam hidupnya adalah kotak hitam kecil itu.

Inilah yang dialami seorang bunda, sebut saja bernama Jane. Menurut Jane, pernikahannya belakangan ini semakin dingin. Padahal dia begitu benci hal-hal yang dingin.

Ya, dia memang tinggal satu rumah dengan suaminya. Tapi Jane semakin merasa sang suami tidak ada di rumah. "Saya bangun sendiri, dan saya tidur sendiri. Semua karena suami saya sibuk. Dia sibuk dengan jempolnya dan mengobrol di Facebook," katanya, dikutip dari Babble.

Pernikahan Jane dan suaminya itu sudah berlangsung lama lho Bun, sekitar 16 tahun. Keduanya sudah banyak merasakan asam garam kehidupan percintaan. Tapi menurut Jane apa yang dilakukan suaminya belakangan ini sudah keterlaluan. Seolah-olah sang suami begitu terobsesi pada handphone.

"Dia bangun setiap pagi dan berbalik ke arah handphone-nya, bukan kepada putrinya atau istrinya, yang berbaring di sampingnya," keluh Jane.



"Dia menghabiskan sore hari dengan Facebook dan bukannya berbicara pada kami. Alih-alih meringkuk atau bermain dengan putri kami, di malam hari dia menonton video selama berjam-jam. Dia mengabaikan saya dan malah menghabiskan seluruh waktunya dengan teleponnya," sambung Jane.

Obsesi suami Jane pada handphone nggak cuma begitu saja, Bun. Suaminya bisa seharian sibuk dengam ponselnya, bahkan ketika di mobil. Waktunya dihabiskan untuk membaca update status teman-temannya ketimbang mengobrol bersama keluarga saat mereka sedang bersama.

Kekesalan nggak hanya dirasakan Jane, tapi juga putrinya yang berusia 4 tahun. "Ayah, letakkan teleponmu," kata Jane menirukan putrinya. Apakah ada pengaruhnya? Kata Jane tetap saja suaminya asyik dengan handphone. Ucapannya dan putrinya sepertinya tidak banyak gunanya.

Suamiku Seperti Sedang Berselingkuh dengan Handphone-nya /Suamiku Seperti Sedang Berselingkuh dengan Handphone-nya / Foto: ilustrasi/thinkstock


Jane melihat hal ini sebagai masalah. Sayangnya sang suami tak berpikiran yang sama. Saat Jane komplain, sang suami malah menuding Jane terlalu emosional, melebih-lebihkan, dan irasional.

"Dia pikir saya seharusnya tidak terlalu marah padanya karena menggunakan telepon, tapi obsesinya telah membuat saya marah dan marah. Hal itu menyebabkan pertengkaran dan ketidaksepakatan, juga mendorong perpecahan di antara kami," paparnya.

Menurut dia, hal yang paling sulit dihadapi adalah rasa sakit karena merasa diabaikan. "Bahkan, ia sering terlihat seperti berselingkuh dengan i-Phone-nya," lanjut Jane.

Penggunaan internet memang bisa jadi bahaya, Bun, buat hubungan. Menurut sebuah survei yang dipublikasikan Only You Forever, 8 persen pengguna Internet telah bertengkar dengan pasangannya terkait waktu yang telah dihabiskan untuk online.

Menurut Daily Infographic, rata-rata orang memeriksa telepon mereka 110 kali sehari. Sementara itu 61 persen orang tidur dengan telepon di bawah bantal atau di samping tempat tidur mereka. Dikatakan penulis Tristan Harris alasan menaruh handphone di bawah bantal sederhana saja, yakni khawatir kehilangan sesuatu yang penting.



Mengakses internet memang bisa berubah menjadi kecanduan alias adiksi, Bun. Menurut dr Leonardi A. Goenawan, SpKJ dari RS Pondok Indah-Puri Indah, untuk mengatasi hal tersebut segala cara memang perlu dilakukan untuk mengembalikan si penderita kepada kehidupan sosial yang sesuai dengan kapasitasnya seperti sediakala.

Bahkan, jika diperlukan bisa dilakukan berbagai pendekatan multimodal dan serempak hingga pada akhirnya si penderita bisa menjauh dari penggunaan internet atau media sosial yang melampau batas.

"Bukannya dihilangkan secara total. Nah, penderita bisa diajak untuk melakukan beberapa hal di antaranya mengganti jadwal penggunaan internet, mengganti kegiatan mengakses internet dengan aktivitas yang aktual, seperti kegiatan di luar rumah atau olahraga," kata dr Leonardi dikutip dari detikHealth. (Nurvita Indarini)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda