Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Bun, Yuk Pintar-pintar Sikapi Saran Terkait Kehamilan

Radian Nyi Sukmasari   |   HaiBunda

Minggu, 13 May 2018 07:02 WIB

Saat dapat saran atau informasi terkait kehamilan, kroscek dulu yuk.
Bun, Yuk Pintar-pintar Sikapi Saran Terkait Kehamilan/ Foto: Ari Saputra
Jakarta - Saat hamil pasti sering deh dengar berbagai nasihat terkait kesehatan si calon bayi. Apalagi kalau udah pakai kalimat 'katanya...,". Namanya lagi hamil, pasti parno ya, Bun, takut terjadi apa-apa sama si kecil.

Kalau sudah begitu, nggak sedikit calon orang tua terutama ibu yang mengikuti larangan atau anjuran yang diberi seperti pedoman medis. Padahal, di balik larangan atau anjuran itu belum ada bukti sains yang cukup.

Misalnya nih, Bun, penelitian soal kaitan konsumsi kafein selama hamil dengan risiko anak obesitas di kemudian hari. Kalau tahu soal itu, wajar memang bumil khawatir. Alhasil, bukan nggak mungkin ada ibu hamil yang jadi takut pada kafein, contohnya kopi yang di dalamnya terkandung kafein.

Padahal, secangkir kopi sehari nggak berdampak buruk pada janin. Kalau tiga atau empat cangkir yang diminum, itu mungkin bisa berdampak negatif.

"Saya pikir kita sebagai komunitas medis mendapat masalah ketika kita menggunakan pendekatan berbasis menakuti untuk menasihati ibu hamil," kata Jennifer Lang, dokter obgyn dan ahli onkologi ginekologi di California seperti dilansir Popsci.

Begitu juga soal konsumsi obat pada ibu hamil. Karena ada si jabang bayi di perut pastinya berbagi studi nggak mau sembarangan melakukan pengamatan pada ibu hamil karena nyawa taruhannya. Ya, nyawa dan kehidupan si calon bayi. Apalagi, saat hamil kondisi hormon fluktuatif dan itu bisa memengaruhi reaksi obat di tubuh.

Jennifer bilang, sebelum tahun 70-an, dokter memberikan resep alkohol intravena untuk mencegah kelahiran prematur dan menenangkan kontraksi rahim tanpa adanya bukti secara medis obat ini berfungsi. Ada juga ketika dokter m mencoba memberi diethylstilbestrol atau lebih dikenal sebagai DES kepada jutaan wanita untuk mencegah keguguran.

"Tetapi DES tidak hanya gagal mencegah keguguran, itu juga meningkatkan risiko bayi perempuan terkena kanker. Bayi perempuan yang ibunya diresepkan DES 40 kali lebih mungkin terkena sejenis kanker vagina yang langka. Ini tentu saja kasus ekstrem," kata Jennifer.

Kata Jennifer, tidak setiap obat yang belum diuji bisa berbahaya selama kehamilan, tetapi kenyataannya tetap ada risiko. Jennifer mengaku dia meminta pasiennya untuk menghindari sebanyak mungkin obat karena kita memang tidak tahu apa yang mungkin dianggap berbahaya di masa depan.

Tapi pada beberapa kasus penggunaan obat dengan bijak memang diperlukan. Misalnya antibiotik yang jarang diuji pada wanita hamil dapat dengan mudah menyebabkan perubahan mikrobiota. Makanya lebih aman menghindari mengobati masalah kecil dengan antibiotik.

Tetapi ada banyak infeksi serius yang jauh lebih baik diobati dengan antibiotik daripada kita mengandaliab sistem kekebalan wanita hamil itu sendiri. Misoanya infeksi seperti mherpes dan flu pada ibu hamil bisa menyebabkan komplikasi pada kehamilan dan berpotensi memengaruhi janin.

Selain konsumsi obat, anjuran olahraga untuk ibu hamil juga kadang kala tanpa bukti sains. Kata Jennifer, dalam bukunya The Whole 9 Months, dia merujuk pada skala penggunaan tenaga yang dipakai ibu hamil saat olahraga.

"Idenya adalah pada skala dari 1 (tidak ada pengerahan) hingga 10 (sulit bernapas, tidak dapat mempertahankan aktivitas untuk waktu yang lama). Nah, wanita hamil tidak boleh melakukannya di atas 8," kata Jennifer.

Bun, Yuk Pintar-pintar Sikapi Saran Terkait KehamilanBun, Yuk Pintar-pintar Sikapi Saran Terkait Kehamilan/ Foto: thinkstock


Kata Jennifer skala ini didasarkan teori bahwa latihan yang sangat sulit dapat menyebabkan peningkatan suhu inti tubuh yang secara teoritis dapat menyebabkan masalah perkembangan embrio. Tapi, belum cukup bukti untuk mendukung klaim itu.



Berangkat dari pengalamannya, Jennifer pasti happy saat bisa rutin olahraga. Tapi krtika nasihat terkait olahraga diberikan padahal belum ada cukup bukti ilmiah, bisa jadi si ibu hamil langsung stop olahraga. Padahal belum tentu seperti itu.

"Jika rekomendasi itu tidak berdasarkan bukti, kami hanya para ibu yang tersandung rasa bersalah untuk menghentikan aktivitas yang mereka nikmati," tambah Jessica.

Akibatnya, nggak sedikit ibu hamil yang nggak berusaha olahraga minimal 150 menit seminggu seperti saran yang Sudah memiliki bukti. Padahal kita tahu jarang olahraga terkait dengan risiko obesitas hingga diabetes. Kelebihan lemak tubuh juga menyebabkan kelebihan hormon hingga lemak tubuh dapat bersifat imunosupresif yang menyebabkan penderita diabetes gestasional mengalami lebih banyak infeksi.

Kita juga tahu ibu hamil yang rutin olahraga berisiko lebih rendah mengalami komplikasi terkait kehamilan. Jadi, selama hamil lakukanlah kebiasaan sehat yang udah diterapkan sejak sebelum hamil. Termasuk menghindari rokok dan alkohol. Kemudian kelola stres, cukup istirahat dan kurangi junk food serta konsumsi makanan bergizi seimbang.

"Dengan kata lain, kapanpun kita mesti menjalankan pola hidup sehat. Nggak cuma saat hamil aja karena sehat nggaknya kehamilan kita ditentukan juga dengan bagaimana gaya hidup kita sebelumnya," pungkas Jennifer.

Jangan lupa juga setiap informasi yang kita dapat terkait kehamilan dikroscek lagi pada sumber yang berkompeten ya, Bun. Atau, cek juga kebenarannya di buku atau situs yang sumbernya terpercaya.

(rdn)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda