Jakarta -
Pernah nggak, Bun, lagi sibuk dengan kerjaan rumah eh
anak malah ngajak main? Kalau nggak dituruti malah menangis. Serba salah ya, he-he-he. Nah, ini juga dialami Natalie Reilly, ibu dua balita yang berusia 2 dan 4 tahun.
Natalie sadar dua anak balitanya butuh banget dirinya meski hanya untuk bermain. Biasanya, pulang kerja Natalie akan mengerjakan pekerjakan rumah. Tiba-tiba, si kecil minta dinyanyikan lagu. Kalau begitu, Natalie hanya menyanyikan beberapa bait lagu lengkap dengan gerakan.
"Tapi kadang anak-anak nggak bisa menerima. Alhasil, mereka menangis dan saya menuruti mereka menyanyikan satu lagu lagi. Memang jadi ibu nggak harus jadi super nanny. Tapi, saya sering merasa bersalah saat nggak mau main dengan anak-anak," tutur Natalie dilansir
Kidspot.
Natalie ingat, saat kecil orang tuanya seperti nggak suka mengajaknya bermain. Makanya, kini sebisa mungkin Natalie mau diajak anak-anaknya main meski kita tahu, permainan dengan anak cenderung berubah, sesuai kemauan
anak.
Menurut psikolog dan penulis Janet Landsbury, saat main dengan anak orang tua perlu jadi pengamat, apa yang disenangi anak dan jangan lupa tanggapi mereka. Jadi, orang tua nggak jadi peserta utama dalam permainan, Bun.
"Sebenarnya anak-anak hanya menginginkan perhatian Bunda ketika bermain dengannya. Karena itu, sebaiknya orang tua membuat momen seperti waktu makan dan mandi agar terhubung dengan mereka," ujar Janet.
 Ilustrasi orang tua ajak anak main Foto: thinkstock |
Di sisi lain, psikolog anak Louise Porter bilang sebisa mungkin terimalah ajakan anak bermain. Dengan menolaknya, anak akan merasa nggak diperhatikan. Toh Bunda sedang sibuk, coba sampaikan ke
anak Bunda mesti mengerjakan beberapa hal sebelum bermain dengan anak. Intinya, sebagai orang tua kita perlu sensitif dan responsif dengan kebutuhan anak, Bun.
Mulai usia dua tahun, anak-anak sudah ingin
bermain dengan anak-anak lain. Nah, kalau seperti ini, penitipan anak atau kelompok bermain bisa dijadikan sarana untuk mengembangkan keterampilan bermain dan sosialisasi anak.
Bicara tentang bermain, Dr Tomas Ellegaard dari The Centre for Research in Early Childhood Education and Care di Denmark, mengatakan bermain menjadi cara terbaik anak-anak untuk mencari jawaban untuk diri mereka dalam mendapatkan kompetensi penyelesaian masalah.
Thomas menegaskan, dengan bermain anak-anak lebih mungkin untuk berinteraksi dan belajar. "Saya tentu akan mendorong anak-anak untuk mengikuti pembelajaran berbasis permainan pada usia dini. Umumnya orang tua ingin anak mengembangkan kemampuan akademisnya. Tapi, nggak ada salahnya jika kita beri kesempatan mereka untuk bermain dan mengasah kemampuannya," tutur Tomas seperti dilansir
Telegraph.
(rdn/rdn)