Jakarta -
Pada awal 2018, tepatnya pada bulan Februari, putri Pangeran Dubai Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum, Sheikha Latifa ingin melarikan diri ke Amerika Serikat namun gagal. Latifa merencanakan hal ini dengan matang bersama teman dekatnya, seorang warga negara Finlandia, Tiina Jauhiainen.
Diungkap oleh Jauhiainen keinginan Latifa kabur dari Dubai itu sudah lama, sejak ia masih remaja (kini Latifa sudah berusia 34). Sayangnya, rencananya selalu gagal. Rencana pertama Latifa kabur di 2002 malah berakhir di penjara selama 3,5 tahun.
Rencana kaburnya di 2018 ini merupakan rencana yang kedua. Rencana kabur jilid duanya ini bermula ketika putri dari Perdana Menteri UAE Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum itu bertemu dengan Jauhiainen sebagai instruktur capoeira-nya di 2010.
Latifa berlatih seni bela diri dari Brasil itu sekitar lima kali seminggu. Keduanya menjadi teman dekat, namun diakui Jauhiainen, Latifa merupakan sosok yang pendiam dan tertutup. Bertahun-tahun sebelum Latifa mengaku kepadanya, mengungkapkan bahwa dia telah mencoba melarikan diri dari Dubai
"Itu baru sekitar tahun 2016 ketika dia mulai bercerita tentang saudara perempuannya Shamsa dan pelariannya dan pemenjaraannya sendiri. Saya pikir dia sangat takut. Dia bisa dipenjara lagi," kata Jauhiainen kepada sebuah media, dilansir
Reuters.
Pada musim panas 2017, Latifa cerita kepada Jauhiainen bahwa dia tidak diizinkan meninggalkan Dubai sejak tahun 2000 dan tidak memiliki paspor. Ia meminta bantuan Jauhiainen dalam mencoba meninggalkan tanah airnya lagi.
Sheikha Latifa bersama ayahnya, Pangeran Dubai/ Foto: Dok. Instagram @latifamrm1 |
Dibantu mantan mata-mata PrancisLatifa telah membaca buku
Escape from Dubai oleh mantan perwira angkatan laut dan mata-mata Prancis Herve Jaubert beberapa tahun sebelumnya dan ingin menghubunginya.
Jauhiainen pergi ke Filipina untuk bertemu Jaubert dan mereka bertiga mulai merencanakan pelarian. Setelah bertemu Jaubert, kedua wanita itu melakukan diskusi di Dubai Mall.
"Kami akan menemukan sudut, kami akan mematikan ponsel kami. Jadi kami mengambil semua tindakan pencegahan, "kata Jauhiainen.
Latifa juga rajin mengubah alamat emailnya untuk menghindari deteksi. "Itu agak menakutkan sehingga kami tidak ingin ada yang mendengar percakapan itu atau mengikuti kami atau semacamnya," ungkap Jauhiainen.
Jaubert mengatakan kepada
Reuters bahwa ia merencanakan pelarian bersama Latifa dan kemudian meminta Jauhiainen untuk menemuinya di Filipina pada enam atau tujuh kesempatan untuk melatihnya.
Setelah enam bulan, mereka siap untuk mewujudkan rencana mereka. Pada 24 Februari 2018,
putri Pangeran Dubai itu diantar oleh sopirnya di sebuah kafe di pusat kota Dubai tempat dia dan Jauhiainen bertemu secara reguler untuk sarapan.
Di dalam, dia pergi ke kamar mandi untuk berganti pakaian, membuang telepon genggamnya dan pasangan itu berangkat dengan berkendara enam jam dari Dubai melalui Oman ke ibu kota pantainya, Muscat.
"Saya tidak tidur selama dua malam sebelum hari pelarian. Latifa duduk di sebelahku di kursi depan - dia tidak pernah duduk di kursi depan mobil, dia bersemangat, bahagia," ujarnya.
Di Muscat, mereka bertemu dengan seorang teman Jauhiainen, naik perahu, berpegangan erat ke sisi-sisi dalam kondisi badai, untuk mencapai perairan internasional di mana mereka naik ke jet ski dan naik ke kapal Nostromo yang berbendera AS.
Simak juga cerita Yannie Kim besarkan anak di Korea Selatan melalui video berikut:
(aci/som)