Jakarta -
Andrew Jackson merupakan PresidenÂ
Amerika Serikat ke-7 yang menang dalam pemilihan umum pada tahun 1828. Namun sayangnya, sebelum sempat menempati Gedung Putih, istri tercintanya Rachel Jackson meninggal dunia.
Jackson Lahir dalam keluarga miskin di wilayah Waxhaws, sebuah daerah di perbatasan North dan South Carolina pada 15 Maret 1767. Ia menjadi yatim piatu saat masih berusia 14 tahun dan tumbuh tanpa didikan orang tua. Akibatnya, dia menjadi anak yang bermasalah, namun Jackson memiliki hasrat terhadap sesuatu. Dia pun pergi ke wilayah Barat, Nashville di Tennessee untuk mempelajari ilmu hukum untuk menjadi pengacara.
Di sana, dia yang telah menjadi pengacara bertemu dengan Rachel. Saat itu, Rachel adalah wanita bersuami, namun memiliki masalah dalam rumah tangganya.
Dikutip dari
Smithsonian Magazine, Robards adalah pria yang kasar, pencemburu, dan menuduhnya berselingkuh, sehingga dia meninggalkan Rachel. Sepengetahuan Rachel, Robards saat itu sudah mengajukan gugatan cerai dan mengurus perceraian mereka, sehingga dia bisa menikah lagi.
Namun ternyata tidak. Robards sama sekali tidak mengurus perceraian tersebut sehingga statusnya masih menjadi suami Rachel. Robards pun kembali, dan menuduh Rachel telah direbut oleh Jackson, sehingga ketika telah menikah dengan Jackson, status Rachel menjadi bigami karena bersuami dua.
Pada saat itu, perceraian hampir tidak pernah terjadi, dan hukum yang mengaturnya pun tidak jelas. Selama masa kolonial, orang Amerika mengikuti hukum perkawinan yang sama dengan di Inggris, di mana pernikahan sering diadakan tanpa upacara atau saksi, namun untuk perceraian hukumnya sangat jarang terlihat.
Robards pun membawa kasus perceraiannya ke pengadilan distrik. Persidangan berlangsung hingga Agustus 1793, di mana pada tahun itu, Jackson telah menikahi Rachel di Natchez tanpa adanya bukti.
 Andrew Jackson dan istri/Foto: Biography |
Saat itu, Robards sendiri sebenarnya sudah menikah lagi. Namun, persidangan perceraiannya tetap dilanjutkan. Dia menang atas Rachel, yang dianggap telah meninggalkan suaminya, serta hidup dalam perzinahan dengan pria lain.
Skandal ini dijadikan bahan oleh lawan politiknya untuk menyerang dan menghalangi Jackson yang didukung Partai Demokrat untuk maju menjadi presiden. Rachel dijadikan kambing hitam oleh lawan politik Jackson, namun Jackson menang dalam pemilu. Hal ini menjadi sangat heboh karena istrinya dianggap tidak bermoral dan tidak pantas menduduki Gedung Putih.
Meski begitu, cinta di antara mereka begitu kuat. Umpatan yang diterima sama sekali tidak menggoyahkan cinta keduanya. Hingga akhirnya, mereka kembali melakukan upacaraÂ
pernikahan secara resmi dengan disaksikan saudara ipar Jackson, Robert Hays pada tahun 1794.
"Jackson sangat mencintai dan mengaguminya. Dia menemukan kebahagiaan dalam persahabatan," kata keponakan Jackson, Emily Jackson.
Sayangnya, sebagian masyarakat tetap mengecam pernikahan mereka. Akibat tekanan tersebut, kesehatan Rachel menjadi bermasalah.
Rachel memang telah menderita penyakit jantung selama 3 tahun sebelum kematiannya, namun Jackson tetap menuduh lawan politiknya yang menyebabkan kesehatan Rachel kian memburuk. Rachel akhirnya meninggal dunia pada 22 Desember 1828 di usia 61 tahun. Itu hanya tiga bulan sebelum suaminya dilantik menjadi presiden.
Diketahui, Jackson sangat sedih karena terpukul atas kematian Rachel. Dia bahkan tidak beranjak dari sisi istrinya dan berharap Rachel akan hidup kembali. Dalam peti matinya, jasad Rachel dibalut gaun putih, busana yang seharusnya dia kenakan saat pelantikan suaminya menjadi Presiden AS. Pemakaman Rachel terbuka untuk umum dan dihadiri ribuan pelayat.
Ketika Jackson telah resmi menjadi presiden, dia mengungkapkan seluruh kesedihan yang ditahan selama kepergian istrinya dalam sebuah pidato. "Aku bersyukur diberi kesempatan untuk membuatnya berada di sisiku di tempat yang terhormat, namun Tuhan lebih tahu, apa yang terbaik baginya".
Namun ketidakhadiran Rachel di Gedung Putih menyebabkan Jackson terus menerus merasa menderita. "Hatiku nyaris hancur. Aku mencoba untuk mengumpulkan kekuatan tetapi sia-sia," ujarnya kepada seorang teman di bulan Januari 1892.
Tonton juga yuk Bun bagaimana tips Hikmal Abrar saat menghadapi istrinya yang sedang ngambek dalam video berikut:
[Gambas:Video Haibunda]
(AFN/jue)