
trending
Idap Autisme, Pria Ini Jadi Ahli Matematika hingga Bisa 10 Bahasa
HaiBunda
Rabu, 13 May 2020 09:07 WIB

Jakarta -
Kecerdasan yang dimiliki tiap orang bisa berasal dari mana saja Bun. Ada yang dibentuk dari kebiasaan, genetika, atau dampak dari kondisi tertentu.
Sementara Daniel Tammet dengan kondisi mengidap autisme, memiliki kecerdasan luar biasa. Di balik tampilan sederhana dan kutu bukunya, Daniel memiliki otak jenius.
Saat balita, pria kelahiran London pada 31 Januari 1979 ini dulunya memiliki kebiasaan untuk membenturkan kepalanya ke tembok dan sering menangis. Kedua orang tuanya tidak menyadari bahwa perilaku Daniel disebabkan karena dia mengidap autis.
Daniel dulu juga tidak tahu bahwa dirinya mengidap autis. Dia hanya merasa hari-harinya begitu buruk dan sering mengalami kejang.
Untuk menghiburnya, saudaranya sering mengajak Daniel menghafal angka. Hebatnya, Daniel bisa menghafal banyak rangkaian angka yang disebutkan oleh saudaranya.
Daniel mengatakan bahwa dia dilahirkan dengan kemampuan untuk mendalami angka dengan cara yang sangat jelas. Dia pun kini dianggap sebagai orang jenius dalam matematika.
"Angka-angka itu bergerak dalam pikiran saya. Kadang cepat atau lambat, kadang menjadi gelap atau cerah. Emosi, gerakan, dan tekstur itu, akan sangat berkesan bagi saya," katanya dikutip dari ABC News.
Kemampuannya tidak hanya dalam matematika, tapi juga perhitungan astronomi dengan sekejap mata. Kecerdasannya tersebut juga membuatnya mampu berbicara dalam 10 bahasa berbeda, termasuk bahasa yang dia ciptakan sendiri dan diberi nama Manti.
Fenomena yang dialami Daniel ini disebut sinestesia, campuran indra yang menghasilkan pengalaman indrawi yang tinggi. Di mata dan pikirannya, setiap digit dari nol hingga 10.000 digambarkan sebagai bentuk 3 dimensi dengan warna dan tekstur yang unik. Misalnya, angka 15 berwarna putih, kuning, kental dan bulat.
Daniel memvisualisasikan angka dalam bentuk unik, kemudian menggabungkannya untuk membuat gambar baru sebagai jawaban. Kemampuannya tersebut sudah dirasakan sejak anak-anak.
"Saya belajar berhitung, seperti orang lain, di usia muda, dan ketika saya melakukannya saya akan melihat warna dan gambar dalam pikiran saya. Saat itu, saya berasumsi bahwa semua orang melihat angka seperti itu," tulisnya.
Dia tidak mengerjakan matematika seperti yang diajarkan di sekolah. Sebaliknya, dia mencari jawaban dengan caranya sendiri.
Selain memiliki sinestesia, Daniel juga menderita autis. Seperti yang digambarkan oleh Dustin Hoffman dalam film "Rain Man," Savant Syndrome adalah kondisi yang sangat langka di mana orang-orang dengan kelainan perkembangan, memiliki sisi cemerlang di area tertentu. Hanya 10 persen dari orang dengan autisme yang memiliki sindrom savant, dan kurang dari 1 persen dari orang yang tidak autis menunjukkan kecerdasan.
Bentuk autisme Daniel, yang disebut sindrom Asperger, membuatnya obsesif dan fokus secara tidak wajar. Tumbuh dewasa, dia merasa dibatasi oleh pola perilaku yang berulang, dan seperti kebanyakan orang pintar, dia menemukan kehidupan normal dan interaksi sosial hampir mustahil.
Ini disebabkan oleh cemoohan yang ia terima, sehingga ia memilih untuk mengisolasikan diri. "Anak-anak lain mengejek saya," ujarnya.
Cetak rekor
Obsesinya terhadap angka-angka membawa Daniel mencapai prestasi luar biasa pada 14 Maret 2004, yang dikenal sebagai Pi Day. Saat itu, dia mencetak rekor Eropa karena membacakan angka Pi dari ingatannya. Pi adalah rasio keliling lingkaran dengan diameternya dianggap sebagai angka "irasional" dalam matematika karena tidak berakhir.
Menurut pengakuannya, dia hanya sekali untuk membaca angka dan bisa mengingat 22.514 dari seluruhnya. Setelah beberapa minggu berlatih mengingat kembali angka-angka secara berurutan, Daniel hanya membutuhkan waktu selama 5 jam dan 9 menit. Untuk menghafal nomor panjang seperti Pi, Daniel mengatakan dia hanya membentuk lanskap yang indah dari bentuk yang dia bayangkan dalam benaknya.
"Saya mengambil angka, saya membuatnya menjadi warna dan bentuk. Saya dapat menempatkan mereka menjadi kombinasi yang membentuk bukit, tanah atau langit. Ini adalah dunia lain yang bisa saya kunjungi, alami, dan hidup di dalamnya."
Meskipun Daniel dianggap memiliki keterbatasan sebagai seorang autis. Namun cukup diakui bahwa dia memiliki bakat yang luar biasa. Daniel mampu meninggalkan dunianya yang autis dan berkomunikasi dengan cara yang tidak mungkin dilakukan oleh kebanyakan orang cerdas dan luar biasa lainnya.
"Seperti halnya angka, bahasa adalah sesuatu yang saya memiliki kemampuan luar biasa, dan itu adalah sesuatu yang saya dapat lakukan dengan sangat baik di luar kemampuan kebanyakan orang," katanya.
Daniel bahkan ditantang untuk mempelajari bahasa Islandia. Mungkin ini menjadi bahasa yang dianggap sulit untuk dipelajari, namun hanya dalam satu minggu Daniel mampu menguasainya.
Saat orang-orang mengatakan itu tersebut tidak mungkin, ia menjawab dengan, "Ini adalah sesuatu yang tidak dapat orang lakukan. Namun saya ingin melakukannya dan akan membuktikannya bahwa mereka salah (tidak mempercayainya)."
Adapun bahasa yang dia kuasai, di antaranya, Inggris Spanyol, Prancis, Jerman, Finlandia, Lithuania, Rumania, Islandia. Simon Baron-Cohen selaku Direktur Pusat Penelitian Autisme di Universitas Cambridge mengatakan, Daniel menguasai bahasa dengan memahami mereka sebagai kode.
"Dia memperlakukan kosa kata dan tata bahasa sebagai sistem dan dia ingin memecahkan sistem, memecahkan kodenya," katanya.
Setelah tujuh hari belajar bahasa Islandia, Daniel muncul secara langsung di sebuah acara bincang-bincang televisi Islandia dan membuktikan bakatnya kepada dunia. Kini Daniel membagikan kecerdasannya secara tertulis melalui autobiografi dengan judul "Born on a Blue Day".
Dia menggunakan sinestesia untuk memvisualisasikan struktur kalimat dan banyak yang menghargai pemandangan indah dari prosanya. Tulisannya tersebut telah laris terjual sebagai buku yang diterjemahkan ke dalam puluhan bahasa.
Simak juga manfaat terapi lumba-lumba bagi anak autisme dalam video berikut:
(AFN/jue)
Sementara Daniel Tammet dengan kondisi mengidap autisme, memiliki kecerdasan luar biasa. Di balik tampilan sederhana dan kutu bukunya, Daniel memiliki otak jenius.
Saat balita, pria kelahiran London pada 31 Januari 1979 ini dulunya memiliki kebiasaan untuk membenturkan kepalanya ke tembok dan sering menangis. Kedua orang tuanya tidak menyadari bahwa perilaku Daniel disebabkan karena dia mengidap autis.
Daniel dulu juga tidak tahu bahwa dirinya mengidap autis. Dia hanya merasa hari-harinya begitu buruk dan sering mengalami kejang.
Untuk menghiburnya, saudaranya sering mengajak Daniel menghafal angka. Hebatnya, Daniel bisa menghafal banyak rangkaian angka yang disebutkan oleh saudaranya.
Daniel mengatakan bahwa dia dilahirkan dengan kemampuan untuk mendalami angka dengan cara yang sangat jelas. Dia pun kini dianggap sebagai orang jenius dalam matematika.
"Angka-angka itu bergerak dalam pikiran saya. Kadang cepat atau lambat, kadang menjadi gelap atau cerah. Emosi, gerakan, dan tekstur itu, akan sangat berkesan bagi saya," katanya dikutip dari ABC News.
Kemampuannya tidak hanya dalam matematika, tapi juga perhitungan astronomi dengan sekejap mata. Kecerdasannya tersebut juga membuatnya mampu berbicara dalam 10 bahasa berbeda, termasuk bahasa yang dia ciptakan sendiri dan diberi nama Manti.
Fenomena yang dialami Daniel ini disebut sinestesia, campuran indra yang menghasilkan pengalaman indrawi yang tinggi. Di mata dan pikirannya, setiap digit dari nol hingga 10.000 digambarkan sebagai bentuk 3 dimensi dengan warna dan tekstur yang unik. Misalnya, angka 15 berwarna putih, kuning, kental dan bulat.
Daniel memvisualisasikan angka dalam bentuk unik, kemudian menggabungkannya untuk membuat gambar baru sebagai jawaban. Kemampuannya tersebut sudah dirasakan sejak anak-anak.
"Saya belajar berhitung, seperti orang lain, di usia muda, dan ketika saya melakukannya saya akan melihat warna dan gambar dalam pikiran saya. Saat itu, saya berasumsi bahwa semua orang melihat angka seperti itu," tulisnya.
Dia tidak mengerjakan matematika seperti yang diajarkan di sekolah. Sebaliknya, dia mencari jawaban dengan caranya sendiri.
Selain memiliki sinestesia, Daniel juga menderita autis. Seperti yang digambarkan oleh Dustin Hoffman dalam film "Rain Man," Savant Syndrome adalah kondisi yang sangat langka di mana orang-orang dengan kelainan perkembangan, memiliki sisi cemerlang di area tertentu. Hanya 10 persen dari orang dengan autisme yang memiliki sindrom savant, dan kurang dari 1 persen dari orang yang tidak autis menunjukkan kecerdasan.
Bentuk autisme Daniel, yang disebut sindrom Asperger, membuatnya obsesif dan fokus secara tidak wajar. Tumbuh dewasa, dia merasa dibatasi oleh pola perilaku yang berulang, dan seperti kebanyakan orang pintar, dia menemukan kehidupan normal dan interaksi sosial hampir mustahil.
Ini disebabkan oleh cemoohan yang ia terima, sehingga ia memilih untuk mengisolasikan diri. "Anak-anak lain mengejek saya," ujarnya.
![]() |
Cetak rekor
Obsesinya terhadap angka-angka membawa Daniel mencapai prestasi luar biasa pada 14 Maret 2004, yang dikenal sebagai Pi Day. Saat itu, dia mencetak rekor Eropa karena membacakan angka Pi dari ingatannya. Pi adalah rasio keliling lingkaran dengan diameternya dianggap sebagai angka "irasional" dalam matematika karena tidak berakhir.
Menurut pengakuannya, dia hanya sekali untuk membaca angka dan bisa mengingat 22.514 dari seluruhnya. Setelah beberapa minggu berlatih mengingat kembali angka-angka secara berurutan, Daniel hanya membutuhkan waktu selama 5 jam dan 9 menit. Untuk menghafal nomor panjang seperti Pi, Daniel mengatakan dia hanya membentuk lanskap yang indah dari bentuk yang dia bayangkan dalam benaknya.
"Saya mengambil angka, saya membuatnya menjadi warna dan bentuk. Saya dapat menempatkan mereka menjadi kombinasi yang membentuk bukit, tanah atau langit. Ini adalah dunia lain yang bisa saya kunjungi, alami, dan hidup di dalamnya."
Meskipun Daniel dianggap memiliki keterbatasan sebagai seorang autis. Namun cukup diakui bahwa dia memiliki bakat yang luar biasa. Daniel mampu meninggalkan dunianya yang autis dan berkomunikasi dengan cara yang tidak mungkin dilakukan oleh kebanyakan orang cerdas dan luar biasa lainnya.
"Seperti halnya angka, bahasa adalah sesuatu yang saya memiliki kemampuan luar biasa, dan itu adalah sesuatu yang saya dapat lakukan dengan sangat baik di luar kemampuan kebanyakan orang," katanya.
Daniel bahkan ditantang untuk mempelajari bahasa Islandia. Mungkin ini menjadi bahasa yang dianggap sulit untuk dipelajari, namun hanya dalam satu minggu Daniel mampu menguasainya.
Saat orang-orang mengatakan itu tersebut tidak mungkin, ia menjawab dengan, "Ini adalah sesuatu yang tidak dapat orang lakukan. Namun saya ingin melakukannya dan akan membuktikannya bahwa mereka salah (tidak mempercayainya)."
Adapun bahasa yang dia kuasai, di antaranya, Inggris Spanyol, Prancis, Jerman, Finlandia, Lithuania, Rumania, Islandia. Simon Baron-Cohen selaku Direktur Pusat Penelitian Autisme di Universitas Cambridge mengatakan, Daniel menguasai bahasa dengan memahami mereka sebagai kode.
"Dia memperlakukan kosa kata dan tata bahasa sebagai sistem dan dia ingin memecahkan sistem, memecahkan kodenya," katanya.
Setelah tujuh hari belajar bahasa Islandia, Daniel muncul secara langsung di sebuah acara bincang-bincang televisi Islandia dan membuktikan bakatnya kepada dunia. Kini Daniel membagikan kecerdasannya secara tertulis melalui autobiografi dengan judul "Born on a Blue Day".
Dia menggunakan sinestesia untuk memvisualisasikan struktur kalimat dan banyak yang menghargai pemandangan indah dari prosanya. Tulisannya tersebut telah laris terjual sebagai buku yang diterjemahkan ke dalam puluhan bahasa.
Simak juga manfaat terapi lumba-lumba bagi anak autisme dalam video berikut:
(AFN/jue)
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Trending
Sedih, Anak Down Syndrome Diusir dari Toko karena Tak Bisa Pakai Masker

Trending
2 Anak Autis dengan Kemampuan Super, Bisa Baca Pikiran Orang

Trending
YouTuber Pulangkan Anak Autis yang Diadopsi 2 Tahun karena Tak Mampu Merawat

Trending
5 Orang Jenius Bernasib Malang, Jatuh Miskin hingga Hilang Misterius

Trending
3 Anak Berotak Jenius, 6 Tahun Jadi Mahasiswa di Oxford
