Jakarta -
Tak semua anak bisa menerima perubahan yang terjadi akibat mewabahnya virus Corona. Biasanya bermain di luar rumah atau ke sekolah bertemu teman-temannya, sekarang tidak bisa. Apalagi anak-anak dengan autisme.
Kebanyakan anak pengidapÂ
autisme bisa mengalami kecemasan berlebihan, serta perilaku agresif akibat perubahan yang ada. Seperti adanya wabah Corona saat ini, yang mengharuskan kita melakukan
social dan
physical distancing.
"Keluarga yang memiliki anak pengidap autisme menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Pemimpin Redaksi Majalah Parenting Autism, Amy KD Tobik, dikutip dari
Great Reporter.
Menurut Amy, dengan kegiatan belajar mengajar di sekolah pindah ke rumah, program dan olahraga ditunda, dan terapi yang sangat dibutuhkan harus mundur, kehidupan sehari-hari begitu berat bagi kebanyakan keluarga.
"Ketika orang tua menghubungi kami untuk meminta bantuan, kami tahu kami harus merespons," tambah Amy, yang juga penulis buku Autism Parenting Magazine Issue.
Karena itu, Amy mengembangkan alat-alat seperti cerita sosial dan jadwal visual, bersama dengan nasihat dari profesional. Itu semua dianggap sangat penting.
 Ilustrasi anak autis/ Foto: Getty Images/iStockphoto/KatarzynaBialasiewicz |
Salah satu cara, Amy bilang, timnya memberikan strategi mengatasi karantina serta cara untuk mengatasi kecemasan yang meningkat akibat
COVID-19.
"Spesialis kami merekomendasikan cara untuk meningkatkan komunikasi saat terjebak di rumah, serta cara untuk berinteraksi dengan sekolah," tuturnya.
"Banyak terapis menawarkan teleterapi selama karantina, yang saya pikir akan membuat perbedaan besar bagi anak-anak yang mengalami tingkat stres atau depresi yang tinggi. Kami ingin orang tua tahu bahwa orang-orang di luar sana bersedia membantu."
Sementara itu, Areva Martin, presiden dan pendiri Special Needs Network, Inc., mengatakan, sebenarnya komunitas autisme di masa sulit ini sangat penting berkumpul bersama, sehingga bisa membantu keluarga menyaring informasi yang salah tentang COVID-19, serta mendapat saran dari ahli.
"Amy dan timnya berkomitmen penuh untuk menyediakan keluarga autisme dengan pedoman yang relevan, yang sangat mereka butuhkan saat ini," kata Martin.
Berbicara tentang autisme, untuk mengajak anak autis berkomunikasi, salah satu cara yang bisa dilakukan yakni dengan menerapkan metode sensasi, dimana ilmu seni digunakan sebagai metode terapi.
Metode sensasi pada dasarnya metode stimulasi sensori berbasis kreatif, yang merupakan aspek-aspek dalam seni yaitu audio, visual, dan kinetis. Ditegaskan dosen Desain Komunikasi Visual Universitas Multimedia Nusantara, Tangerang, dr.Anne Nurfarina, terapis terbaik anak adalah orang tuanya sendiri.
"Asal tahu strateginya. Metode sensasi juga bisa diterapkan untuk anak yang tidak menyandang disabilitas. Parameter kita pada anak dengan autisme karena membangun komunikasi ke mereka saja sudah sulit," jelas Anne.
Bunda, simak juga cerita Joanna Alexandra membesarkan anak bungsunya, Zoey, yang mengidap penyakit langka. Di video berikut:
[Gambas:Video Haibunda]
(muf/muf)