TRENDING
Curhat Anak yang Ibunya Meninggal karena Diabetes Diminta Akui Akibat COVID-19
Annisa Afani | HaiBunda
Kamis, 06 Aug 2020 08:58 WIBSeorang wanita pemilik akun Tea Ranich di Facebook menceritakan pengalaman terkait ibunya yang meninggal di sebuah rumah sakit di Kota Pasuruan, Bunda. Melalui laman Facebooknya, ia menceritakan dengan lengkap dan detail mulai ibunya dirawat karena diabetes hingga meninggal dunia dan dipaksa menandatangani surat yang menyatakan bahwa almarhumah meninggal karena COVID-19.
Tea mengatakan bahwa sang ibu memang sudah lama sakit dan mempunyai riwayat diabetes. Sebelum diperiksa ke dokter, sang ibu mengeluh panas demam seperti hari-hari sebelumnya, namun ia tidak begitu khawatir karena memang sudah biasa dan bisa sembuh dengan sendirinya.
Namun saat ia mencoba untuk melakukan tes, ternyata diabetes ibunya tinggi. Akhirnya, pada Selasa (28/7/2020), Tea membawa sang ibu ke klinik. Di klinik, ibunya mendapat perawatan dan didiagnosis panasnya bersumber dari paru-paru. Ia pun diminta untuk melakukan pemeriksaan ke laboratorium pada hari Kamis (30/7/2020).
"Dokter sarankan rontgen, diduga panas bersumber dari paru-paru. Meski tidak pernah menderita masalah paru-paru, hasil pemeriksaan katanya keluar Senin," tulis Tea.
Sambil menunggu hasil pemeriksaan keluar, Tea terus menunggu dan menemani ibunya di klinik tersebut. Setelah beberapa hari, karena kondisinya cukup baik meski tak sembuh total dan atas permintaan sang Bunda maka Tea membawa pulang ke tanah kelahiran ibunya di Lumbang.
Namun pada Sabtu (1/8/2020) sekitar pukul 23.30, ia mendapat kabar sang ibu menderita sesak napas hingga tak sadarkan diri. Tea pun segera menjemput dan membawanya ke rumah sakit di Keraton pada Minggu dini hari.
Sampai di rumah sakit, ibu Tea hanya diberi oksigen dan tidak mendapat tindakan apapun. Petugas medis pun menyarankannya untuk dibawa ke rumah sakit lain yang memiliki alat lebih lengkap.
"Setengah keadaan bingung, saya terpaksa bawa ke rumah sakit dengan harap-harap cemas. Sampai di IGD, ibu saya langsung dibawa ke kamar isolasi. Ini awal dari penyesalan saya," katanya.
Menurut Tea, dokter menyatakan ibunya terindikasi mengidap terkena virus COVID-19 berdasarkan gejala yang dimiliki. Tea mengatakan bahwa dokter mendesaknya agar menandatangani protap COVID-19 untuk menangani ibunya.
"(Kata dokter) 'Mbak gimana apa Anda bersedia ibu Anda, kami tangani secara COVID tapi kalau meninggal harus siap menjalani pemakaman secara covid. Saya minta tanda tangan persetujuan. Kalau Anda tidak setuju silakan bawa pulang ibunya, kami tidak akan melakukan tindakan apa-apa'," tulis Tea, .
Tea pun menolak permintaan dokter tersebut untuk menandatangani surat yang menyatakan ibunya terinfeksi COVID-19 karena hasil lab non reaktif dan tidak terkena COVID-19. Hingga saat sang ibu meninggal, ia masih tidak menyetujui permintaan tersebut agar sang ibu bisa dimakamkan dengan protap COVID-19.
"Saat mengambil jenazah pun saya masih harus dipaksa menandatangani surat yang menyatakan ibu saya COVID tetapi saya tetap menolak. Saya bersedia menjalani protokol pemakaman sesuai dengan anjuran pemerintah bukan berarti isinya harus mengiyakan ibu saya terkena COVID dan bersedia dimakamkan di TPU tempat pemakaman COVID," ujarnya.
Namun pada akhirnya Tea pun harus mengikhlaskan sang ibu untuk dimakamkan dengan menggunakan protap COVID-19 serta memakai alat pelindung diri (APD). Prosesnya pun dilakukan di TPU Lumbang dan hanya boleh dihadiri oleh keluarga.
Tina Soelistiani selalu Direktur RSUD dr R Soedarsono membenarkan bahwa ibu tersebut meninggal di rumah sakit. "Pasien memang meninggal di IGD pada Minggu, 2 Agustus," katanya, dikutip dari detikcom.
Bunda, simak juga 3 makanan yang dapat menjaga imunitas di masa new normal dalam video berikut: